REGRET

3.1K 117 6
                                    

Arsha sedikit mengerang. Perlahan ia mencoba untuk membuka matanya. Retinanya mencoba untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Yang pertama kali dilihatnya adalah ruangan dengan dominasi warna putih. Dimana dia sekarang? Kepalanya masih terasa sangat pusing. Arsha merasakan ada yang mengganjal di tangannya. Infus? Sejak kapan gue make ini?

Arsha kemudian mengalihkan tatapannya ke arah lain. Dia menemukan Jevan sedang tertidur sangat pulas di sofa. "Van," panggilnya lirih. Namun tentu saja, Jevan tidak akan mendengarnya. Lihat, pukul berapa sekarang? Pukul 3 dini hari.
Arsha membiarkan saja sahabatnya itu tertidur.

Pandangan Arsha menatap lurus ke langit-langit kamar rumah sakit ini. Dia sadar, kalau dia ternyata berada di rumah sakit. Arsha kembali mengingat apa yang sudah terjadi padanya.
Terakhir kali yang Arsha ingat, Aiy mengatakan kalau gadis itu sayang padanya. Setelah itu Arsha mencium punggung tangan Aiy lalu dia ambruk dan tidak tau apa yang terjadi selanjutnya.

"Hoaammm." Jevan mengucek-ngucek matanya dan menemukan Arsha sudah terbangun. Dia buru-buru mendekati brankar Arsha. "Eh, Sha, lo udah bangun? Syukurlah."

Arsha menoleh pada Jevan. "Kenapa gue harus di infus segala?"

"Lo kehilangan banyak cairan, Sha. Badan lo lemah banget karena itu. Udah, mendingan lo istirahat lagi aja, ya." Arsha menggeleng pelan.

"Lo butuh apa? Biar gue ambilin."

"Nggak, Van. Gue nggak butuh apa-apa." Arsha terdiam sejenak. "Mm ... Aiy mana?"

Mendengar nama itu disebut membuat Jevan sedikit geram. "Di rumahnya. Masa iya dia di sini. Ntar kakaknya marah gimana?"

Arsha berpikir sejenak. Mungkin Jevan benar. Berarti gadis itu akan datang besok pagi? Oke baiklah. Arsha harus tidur agar bisa menyambut gadisnya esok hari. "Gue mau tidur aja," katanya dengan seulas senyuman.

"Oke. Istirahat, ya." Jevan menaikkan selimut hingga menutupi sampai dada Arsha.

Saat Arsha akan memejamkam matanya, Arsha teringat kembali akan sesuatu. "Van, apa bunda tau soal ini?" tanyanya cemas.

Jevan menggeleng pelan. "Nggak. Tante Gina nggak tau. Gue bilang lo nemenin gue karena orang tua gue ke luar kota."

Arsha menghembuskan nafas lega. "Syukurlah."

"Udah, mendingan lo tidur. Biar cepet pulih." Arsha mengangguk lalu kembali memejamkan matanya.

🌿🌿🌿🌿🌿

"Ay, ntar malem ke café kuy. Gue bosen nih," ajak Zara. Gadis itu sedang meniup-niup baksonya yang masih panas.

"Nggak, ah. Gue mau dirumah aja."

"Ih, ayolah, Ay. Udah lama kita nggak hangout bareng lagi kaya dulu. Sekalian refreshing, Ay. Biar lo nggak sedih-sedih mulu. Ayolah." Zara masih mencoba untuk merayu Aiy.

Aiy menarik nafas pelan, lalu mengangguk singkat. "Pacar lo mana?"

"Oh, jaga pacar lo di rumah sakit."

Aiy termenung. Harusnya dia yang ada disana. Saat Aiy sakit, Arsha yang menemaninya hingga sembuh. Sekarang? Bahkan Aiy tidak tau bagaimana keadaan Arsha sekarang. Aiy bingung. Aiy sudah janji pada Jevan untuk menjauhi Arsha, namun rasanya sangat sulit.

"Ay, makan, noh baksonya. Dianggurin mulu, elah." Aiy terkejut dan melihat mangkok baksonya yang masih penuh.

"Nggak. Gue nggak selera." Aiy berlari meninggalkan Zara yang sudah menatapnya dengan bingung.

AIYARSHA #AlisonSeries1[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang