JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN
Hai. Namaku Agatha Qwertyra, panggil saja aku Agatha atau Atha. Aku memiliki wajah yang bersih dan cerah, bibirku berwarna pink alami, rambutku panjang, hitam dan tebal, tinggiku ideal dan badanku juga bagus. Bahkan banyak yang iri dan ingin menjadi sepertiku. Tidak jarang ada orang yang mengomentari diriku dalam lubuk hatinya.
Bagaimana aku tahu? Jelas aku mengetahuinya. Karena itu adalah salah satu kutukanku.
Ya! Aku memang gadis terkutuk. Dan tidak ada yang tahu akan hal itu. Aku bisa mendengar suara hati dari orang-orang. Dan kutukan ini sudah dari lahir.
Dulu, ketika aku masih menduduki kursi sekolah dasar.
'Ih Atha mah anaknya ngeselin. Kalo bukan karena tugas ini, males banget aku temenan sama dia.'
Aku mendongak menatap teman sekelasku yang menjadi teman dekatku. "kamu ngomongin aku ya? Jadi kamu temenan sama aku cuman gara-gara tugas? Yaudah kamu cari temen yang lain aja!"
Dan semenjak hari itu, anak-anak di sekolah dasarku mengetahui kalau aku bisa membaca pikiran dan suara hati orang. Aku pun dibully oleh banyak teman karena mereka menganggap kalau aku ini anak yang aneh. Karena aku tidak ingin itu terjadi lagi, aku memutuskan untuk pura-pura tidak mendengar suara hati orang lain saat aku menginjakkan kaki di sekolah menengah pertama. Sampai saat ini, aku masih merahasiakannya.
Kini, saat ini aku berusia 16 tahun, kelas 2 SMA. Aku pindah sekolah dan menjadi anak baru. Aku memasuki kelas baruku, 11 IPA 2.
"Sekarang kita kedatangan murid baru. Agatha, silahkan perkenalkan dirimu!" Bu Dewi, guru fisika sekaligus wali kelas di kelas itu mempersilahkan diriku untuk memperkenalkan diri.
"Hai. Namaku Agatha Qwertyra, kalian bisa memanggilku dengan nama Agatha atau Atha. Aku pindahan dari Bekasi. Salam kenal semuanya." aku menampilkan senyuman terbaikku untuk menarik orang-orang agar mau berteman denganku.
'Cantik banget sih.'
'Udah cantik, baik-baik, bodygoals lagi. Akhirnya ada bidadari juga dikelas yang penuh setan ini.'
'Yah cakep banget sih! Saingan nambah lagi nih.'
'So cakep.'
'Caper najis!'
Begitulah suara hati murid kelas 11 IPA 2 yang dapat didengar jelas olehku. Aku tersenyum lagi. Selalu saja begini. Banyak yang mencibirnya melalui hati mereka. Aku sudah terbiasa dengan hinaan yang tidak dilontarkan lewat mulut, bibir, dan kata-kata.
"Baiklah, Agatha silahkan duduk di kursi yang kosong. Ibu ingin memulai pelajaran." perintah Bu Dewi. Aku pun segera mencari kursi kosong. Dan itu tidak teralu sulit karena hanya ada 1 kursi kosong di kelas ini. Kursi di sebelah gadis berkulit sawo matang dan berambut ikal sebahu.
"Apa disini kosong?" aku meminta izin terlebih dahulu.
"Oh iya di sini kosong kok. Lo kalo mau duduk silahkan." akhirnya akupun duduk dikursi sebelah gadis itu.
"Nama gue Darisa, panggil aja Risa." gadis itu mengulurkan tangannya.
Deg!
Tidak! Aku tidak mungkin menjabat tangan gadis itu. Aku tidak ingin bersentuhan dengan tangan siapapun. Mengapa? Karena ini adalah kutukan keduaku. Jika aku bersentuhan dengan tangan orang lain, maka aku bisa melihat tanggal, bulan dan tahun kematian orang tersebut.
Dan aku tidak suka dengan hal ini.
Bagaimana sekarang? Aku harus apa? Tidak mungkin aku hanya mengatupkan tanganku, karena yang berkenalan denganku adalah seorang gadis. Lagipula, tidak enak rasanya jika tidak membalas uluran tangan seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Normal [COMPLETED]
Teen Fiction1#anugrah[1382020] 2#asyik[1482020] 2#rank[09062021] Agatha Qwertyra. Itu adalah namaku. Seorang gadis yang dipanggil dengan nama depanku, Agatha atau Atha. Gadis yang terkutuk. Ya! Aku sangat terkutuk dan aku membenci diriku sendiri. Aku hanya in...