25. Gaji Pertama

727 94 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen!
.
.
.

".Entahlah rasanya mendapatkan sesuatu dari hasil kerja keras kita nyatanya sangat berbeda saat kita hanya tau meminta pada seseorang."

.
.
.
N/A: masih males ngebacot. Nanti aja ngebacotnya. Cape.
.
.
.

♡happy reading♡

Aku sangat bersyukur kepada Allah karena telah menyelamatkanku. Saat bel pulang sekolah terdengar, aku menunggu semua orang benar-benar pulang. Sebenarnya aku masih takut jika nanti ada anak osis yang sedang rapat. Ternyata hari ini tidak ada rapat. Jadi, setelah aku menunggu beberapa menit, aku berlari menuju lokerku dan mengganti seragam acak-acakanku dengan seragam olahraga.

Setelah menganti seragam, aku berniat mengambil tasku yang berada di kelas. Tapi, saat aku datang ke kelas, kelasku sudah kosong bahkan tasku tidak ada di sini.

"Kemana ya tasnya? Apa diusilin lagi sama Alya?" Tanyaku pada diriku sendiri. Kalo memang iya, aku akan benar-benar membenci Alya.

Tapi akhirnya aku memutuskan untuk mulai bekerja. Lagipula, aku bisa terlambat kalau tidak berangkat sekarang. Masalah tas, aku bisa urus nanti. Yang terpenting ya bekerja.

Sebenarnya, ada hal yang sangat penting di dalam tasku, yaitu ponsel. Masalahnya tasku tidak ada dan ponselku juga ngga ada. Aku sendiri ngga tau siapa yang ngambil. Tapi, aku janji kalau Alya yang ngambil, aku ngga akan ampunin dia!

oOo

"Atha, kok kamu pake seragam olahraga? Tumben." Tanya kak Dini saat aku baru saja sampai di Cafè.

Aku menghela nafas gusar, "seragamku bermasalah."

Kak Dini tampak bingung, tapi ia langsung menyambutku dengan baik. "Yaudah kamu sekarang ganti baju aja. Untung Cafè ini punya seragam sendiri, jadi kamu ngga perlu kepanasan make baju olahraga."

Aku terkekeh, "iya kak syukurlah. Yaudah aku ganti dulu ya."

Setelah aku mengganti seragam olahragaku dengan seragam pramusaji di Cafè, aku langsung memulai pekerjaanku. Memang melelahkan, tapi aku menikmatinya. Aku jadi punya banyak teman, terutama yang lebih dewasa. Apalagi ada kak Dini yang membuatku merasa kak Gemy ada di sampingku setiap saat.

Biasanya jam 7 sampai jam 9 malam, Cafè selalu ramai. Maka dari itu, kami jangan sampai kewalahan. Bahkan untuk waktu istirahat pun susah jika bekerja malam. Itu kata kak Dini. Kak Dini pernah dua kali kerja pagi, dan nyatanya Cafè cuman ramai pas jam 11 sampai jam 2 siang. Banyak waktu istirahat dan mengobrol.

"Silahkan mau pesan apa?" Tanyaku kepada salah satu pengunjung di Cafè. Seperti inilah pekerjaanku, setelah aku mencatat, aku akan kebagian dapur. Lalu setelah pesanan siap, aku akan mengantarnya ke pelanggan.

Terdengar suara kekehan dari calon pembeli itu, "Oh jadi lo kerja di sini? Sebagai pramusaji?"

Aku akhirnya menatap wajah yang ada dihadapanku. Bodohnya aku tidak menyadari siapa yang ada di hadapanku. Itu Alya, dan dia seorang diri.

Aku terdiam. Aku ingin menjawab. Tapi aku berfikir dua kali untuk hal itu. Pasalnya, aku tidak mau kena masalah lagi. Aku lelah berurusan dengan gadis bernama Alya ini.

I'm Normal [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang