22. Kenapa?

848 128 12
                                    

Follow akunku yuk!
Follback dm aja
@rahma_rohilatul |instagram

.
.
.
.

"Hal ini makin sulit. Aku sangat mencintainya, dan rasanya tidak mungkin untuk berhenti."

.
.
.
N/A: Jujur ya gue lagi ngga semangat ni ngetik ceritanya. Makanya kalian juga bantuin semangatin dengan cara vote dan komen ya.
.
.
.
.
.

♡happy reading♡

Hari ini sesuai keinginan mamah, aku dan Angga latihan di rumahku. Meskipun aku masih merasa kurang nyaman berada di dekat Angga akibat kejadian di sekolah. Tapi, mamah memang sudah sangat senang saat Angga datang. Aku tidak mungkin mengusir Angga dengan alasan aku ingin sendiri dan Angga harus menjauhiku.

Kami memulai latihan drama. Sebelumnya mamah telah menyambut Angga, dan itu membuatku kembali bersemangat. Senyuman dan tawa kecilnya membuatku senang.

Seperti yang sudahku katakan sebelumnya, aku dan Angga memang sudah terlatih untuk melakukan drama ini. Jadi, seharusnya kami tidak perlu latihan setiap hari. Akting yang dilakukan oleh Angga memang sangat menghayati dan membuatku merasakan apa yang dirasakan oleh putri salju dalam dongeng.

"Lo aktingnya makin bagus Tha. Keren! Udah kayak putri salju di negri dongeng." Puji Angga membuatku tersipu. Ya Tuhan Angga memujiku? Benar kah ini Angga, orang yang aku cintai?

"Lo lebih keren Ngga. Gue ngerasa jadi putri salju beneran. Lo kayak pangeran asli Ngga!" Aku memujinya balik. Sejujurnya aku gugup saat memujinya balik. Pasalnya, Angga baru saja memujiku. Astaga! Sungguh ini hal terbaik!

"Udah cocok nih gue jadi pangeran buat lo?" Pertanyaan Angga membuat pipiku makin memerah padam. Angga memang jago membuat orang jadi malu dan gugup ya!

"Apaan sih ga jelas deh!" Ujarku sambil membuang muka karena takut Angga mengetahui kalau aku sedang malu-malu kucing.

"Ngapain buang muka? Pipi lo merah lagi?" Pertanyaan Angga membuatku sangat terkejut. Tapi, itu justru membuat pipiku semakin merah. Mungkin aku tidak melihatnya di cermin, tapi aku merasakan pipiku yang semakin panas.

"Apaan si Angga." Kataku kesal, "lo pasti haus, gue ambilin minum ya."

Aku berjalan menuju dapur, tapi Angga menghentikan langkah kakiku. Ia memegang pergelangan tanganku. Sontak aku menoleh padanya. Ya Tuhan menatapnya dari jarak sedekat ini membuat jantungku seakan-akan ingin loncat.

"Tunggu di sini aja. Gua gamau sendirian." Kata Angga membuatku akhirnya duduk bersama Angga di ruang tamu sambil menunggu mamah datang membawakan minum dan makanan ringan seperti kemarin.

Benar saja, tidak sampai 10 menit kami menunggu, mamah sudah datang sambil membawakan minuman dan makanan ringan.

"Udah selesai latihannya? Nih minumannya, pasti Angga haus." Kata mamah sambil menyodorkan minuman kepada Angga.

Angga tersenyum lalu meneguk minuman yang disodorkan oleh mamah. Aku menatap mata Angga. Ya Tuhan! Sungguh, pada saat sedang minum pun dirinya masih tetap ganteng. Bahkan lebih ganteng. Kayaknya aku sudah benar-benar jatuh cinta sama Angga.

I'm Normal [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang