40. Kotak Misterius

679 88 9
                                    

.Jangan lupa vote dan komentar!
.
.
.
.
.
@rahma_rohilatul // instagram
.
.
.
.
Happy reading♡
.
.
.
.
.
.
.
.


Hatiku kini sedang berdetak dengan kencang. Rasanya ingin pingsan. Ya, sebenarnya aku dan Angga hanya akan berangkat bersama ke Cafè. Tapi, hatiku benar benar merasakan kesenangan luar biasa.

"Tha, kita nanti ke rumah gue dulu ya. Bokap nyuruh bawa berkas di rumah. Ngga apa-apa kan?" Pertanyaan Angga membuat hatiku semakin tidak karuan. Ke rumah Angga? Hah? Serius? Ini aku lagi mimpi apa gimana si?

"E-eh iya ngga apa-apa." Kataku mendadak gugup. Aduh Agatha, kamu kenapa si?

"Yaudah ayo Tha." Kata Angga. "Gausah malu-malu gitu, pipi lo jadi merah kan."

Aku spechless. Apa katanya? Pipiku merah? Sungguh? Apakah terlihat jelas? Astaga! Ini memalukan! Aku seperti maling yang tertangkap basah.

"Apaan sih. Ayo." Kataku sambil menundukkan kepalaku, menyembunyikan pipiku yang merah merona.

Angga terkekeh, "lo lucu kalo lagi blushing kaya gitu. Malu malu kucing."

Hah? Sungguh perkataan macam apa itu? Memalukan. Dan jelas saja itu membuat pipiku semakin merah. Aku memang tidak melihat pipiku secara langsung, tapi aku yakin 100% pipiku kini sudah seperti kepiting rebus.

"Tuh kan. Pipinya merah, lucu." Kata Angga membuatku membuang muka.

"Cepetan, berangkat!"

oOo

Hujan tiba-tiba mengguyur ibu kota. Membuat diriku dan Angga basah kuyup. Awalnya kami sama-sama bertekat untuk meneduh. Tapi, kami takut telat sampai di Cafè. Akhirnya kami menerobos hujan deras itu.

Jadi, disinilah aku yang basah kuyup ini. Di rumah Angga. Aku terpukau melihat rumah Angga yang benar-benar luas dan besar. Seperti istana di negri dongeng. Bagus banget! Mewah banget! Aku sendiri sampai bertanya tanya, kalau yang nyapu ni rumah ngga cape apa ya? Juga yang nyapu rumah butuh waktu berapa jam ya?

Tapi, ada 1 hal yang membuatku bingung. Sepi. Ya, di rumah sebesar dan semewah ini sepi. Sangat sepi.

"Rumah lo gede banget. Mewah juga. Berarti bener ya kalo lo itu orang kaya." kataku terpukau.

Angga terkekeh geli, "yaelah ini juga rumahnya bonyok bukan gue."

"Oh iya, kok sepi si? Nyokap lo kemana?" Aku memberanikan diri untuk bertanya. Tapi aku berhati-hati takut ternyata mamah Angga sudah tidak ada.

"Iya. Nyokap lagi jenguk kakak gue ke luar negri. Kalo papah lagi di Cafè." Jawab Angga membuatku menanggukkan kepala pertanda mengerti.

"Ngga ada pembantu gitu di rumah ini? Satpam gitu?" tanyaku penasaran. Maaf jiwa kekepoanku mulai terlihat.

"Ada. Cuman lagi cuti. Yang pertama anaknya lagi nikahan, kalo yang satunya lagi lagi pulang kampung. Satpam ada sebenernya. Cuman, ya gitu kerjaannya tidur terus." jawaban Angga membuatku mengangguk paham. Ingin sebenarnya aku bertanya lagi tentang keluarganya. Tapi, aku sadar, itu sebuah privasi.

"Ke atas yuk. Badan lo basah kuyup gitu, mending sekalian mandi terus ganti baju." Kata Angga lalu aku mengangguk. Aku memang kedinginan. Aku tidak mau diriku sakit. Nanti siapa yang akan menjaga mamah?

I'm Normal [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang