23. Mempermalukan

819 108 5
                                    

Jangan lupa vote dan komen
.
.
.

"Jangan suka mempermalukan orang lain di depan umum, jika diri sendiri tidak mau dipermalukan."

.
.
.

N/A: untuk hari ini males ngebacot. Lagi pengen jadi orang pendiem.
.
.
.

♡Happy Reading♡

"

"Lo tuh emang cewek ngga tau diri ya! Udah tau Angga tuh cowok gue. Ngapain lo masih deketin Angga?" Aku terkejut saat Alya membentakku tepat ketika aku dan Risa duduk di kursi kantin.

Aku cukup sebal karena Alya membentakku di depan umum dan itu artinya kini kami menjadi pusat perhatian. Aku memang sering menjadi pusat perhatian karena fisikku yang sempurna. Tapi, harus kalian ketahui, menjadi pusat perhatian karena sebuah masalah itu sangat tidak menyenangkan.

"Apa sih yang Angga liat dari dia. Jelas lebih cantikan lo kemana-mana." Ujar salah satu temannya Alya. Dari papan nama yang ada di seragamnya, namanya adalah Zilfa Auliya. Tapi, ucapannya berbalik dengan kata hatinya. Di hatinya, ia memujiku dan mengatakan Angga pantas memilihku dibandingkan sahabatnya, Alya.

"Yaiyalah! Dia aja yang centil. Deketin Angga terus." Jawab Alya sambil menatapku sinis. Ditatap seperti itu, aku hanya bisa menundukkan kepalaku. Takut, geram, kesal, dan malu menjadi satu. Rasanya aku ingin lenyap dari bumi ini, sekarang juga!

"Kok lo diem aja? Jawab dong! Jujur ke semua yang ada di sini kalo lo itu cewek centil yang suka godain cowok orang!" Bentak Alya. Aku masih menunduk. Mendengar kata-kata Alya yang menusuk hatiku, aku ingin menangis. Namun, aku harus menahannya. Jika tidak, aku akan semakin dicaci maki.

"Kayaknya dia pengen ditampar lagi deh Al. Soalnya, dia belum kapok." Kata temannya yang lain. Bukan suara Zilfa. Entahlah aku siapa. Aku masih takut mengangkat wajahku untuk membaca papan nama di seragamnya. Yang jelas, perkataannya memang sebanding dengan didalam hatinya. Ia seakan-akan membenciku karena aku akan merebut pacarnya. Ya Tuhan, boro-boro ngerebut, kenal geh kaga!

Alya mengangkat wajahku dan tiba-tiba menampar pipi kiriku.

Prakkk!!!

"Itu karena lo ngga ngedengerin omongan gue!"

Sungguh tamparan Alya memang sakitnya kelewatan. Mungkin, itulah sebabnya dia hobi banget nampar orang. Pipi kiriku rasanya ingin robek. Panas dan sakit.

Parahnya, Alya memang berniat untuk menamparku sampai lebih dari 10 kali. Karena katanya, kesalahanku sudah melewati batas.

Risa pun tidak berani berbuat apa-apa. Bahkan siswa dan siswi di kantin hanya menonton sambil mengasihani diriku. Pedagang di kantin hanya diam dan tidak berani berbuat apapun.

Seseorang, tolonglah diriku!

Prakkk!!!

"Itu karena lo udah berani deketin Angga saat gue di Singapura!"

Tamparan ini menusuk pipi kananku. Ya tuhan! Rasanya pipiku sangat sakit, panas dan perih. Kenapa sih hobinya Alya menampar? Kenapa ngga membelai aja?

Meskipun sakit, dan menahan air mata. Aku harus siap-siap, karena Alya akan menampar pipi kiriku lagi. Ya tuhan! Siapapun tolonglah aku!

Prakkk!!!

Kini tamparan itu tidak mengenai pipiku. Melainkan pipi kanan Alya. Aku kaget saat melihat Angga yang menampar Alya. Untung saja Angga datang. Namun, masalahnya pasti akan semakin besar sekarang.

I'm Normal [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang