35. Jalan-Jalan

664 80 0
                                    

.Jangan lupa vote dan komentar!
.
.
.
.
.
@rahma_rohilatul // instagram
.
.
.
.
Happy reading♡

"Kemana?" Tanya Arsena saat kami semua sudah kumpul di mobil Angga. Ralat, mobil papahnya Angga.

Semua terdiam, tidak ada yang bisa menjawab karena memang kami semua tidak tau kemana tujuan jalan-jalannya.

Akhirnya ada sebuah ide muncul di benakku. Sedikit aneh, tapi biasanya ini berhasil. Dulu kak Gemy sering melakukan hal ini ketika dia ingin memberiku suprise.

"Arsena liat deh tangan gue. Di sini ada nama tempat yang pengen banget lo datengin." Kataku sambil menyembunyikan telapak tangan kananku.

Arsena menatapku dingin, "surga?"

Aku sama sekali tidak menyangka. Kenapa jawaban itu? Biasanya kalau kak Gemy menanyakan hal itu aku akan menjawab tempat yang ingin aku kunjungi dan kak Gemy akan membawaku ke tempat itu. Tapi kenapa? Kenapa jawaban Arsena seperti itu? Tidak mungkin kami pergi ke surga untuk sekarang. Ah Arsena pasti masih menyayangi Risa.

"Sen, kita ke pantai aja yuk. Kayaknya asik nih ke pantai." Kata Angga mencoba mencairkan suasana.

"Wah setuju tuh gue!" Kata Audy antusias. Audy menyukai senja apalagi ketika di pantai. Dan ia baru sekali melihat senja di pantai bersama keluarganya ketika jalan-jalan di Bali. Makanya, dia senang jika bisa melihat senja di pantai lagi. Itu sih yang aku dengar dari hatinya.

"Gimana Arsena? Mau nggak?" Tanyaku. Dan Arsena hanya mengangguk kecil tanpa ekspresi. Aku jadi kurang yakin kalau ia memang menginginkan jalan-jalan ini.

Aku tau dia memang merasa kehilangan sosok Risa. Bahkan mungkin saja kalau ia belum mengikhlaskan Risa. Tapi, ini usaha kami untuk membuat ia ikhlas. Sekoga saja berhasil. Karena kasihan juga kan kalau Arsena masih belum mengikhlaskan Risa. Padahal Risa sudah tenang di alam sana.

oOo

A

khirnya kami sampai di pantai. Cukup terik di sini. Panasnya langsung menghantam tubuhku. Keringat mulai bercucuran di bagian bagian tubuhku. Masalahnya, aku belum pernah ke pantai. Aku juga belum pernah merasakan panas matahari yang benar-benar panas. Rasanya itu membuat pusing.

"Tha lo ngga apa-apa kan?" Tanya Angga yang sepertinya sedikit khawatir.

"Gue ngga apa-apa kok." Kataku.

"Baru bentar udah keringetan gitu. Lo yakin ngga apa-apa?" Tanya Audy yang memang mengkhawatirkanku. Ya ampun, aku bersyukur banyak yang mengkhawatirkan keadaanku. Meskipun  Arsena yang cuek itu tidak. Lagi pula aku tidak mengharapkan perhatian darinya.

"Gue ngga apa-apa. Panas banget ya! Btw, gue belum pernah ke pantai sebelumnya." Ucapku jujur. Karena bagaimana pun memang cuman diriku di sini yang belum pernah ke pantai. Merasakan air yang katanya terasa asin. Melihat senja di pantai yang katanya sangat indah. Menikmati pemandangan di pantai. Ya, ini pertama kalinya.

"Gue ngga bawa baju." Ujar Arsena datar. Akhirnya aku ingat kalau aku memang tidak membawa pakaian. Pakaian yang aku kenakan sekarang juga pakaian Audy.

"Itu!" Audy menunjuk salah satu tempat jual baju di sekitar pantai. Aku baru tau kalau ada yang berjualan pakaian di pantai.

Kami langsung mendekati toko pakaian yang tidak teralu besar itu. Kami memilih pakaian untuk renang. Untuk baju ganti kami bisa memakai baju yang sekarang kami pakai. Aku membeli bikini, kaos lengan pendek dan celana pendek. Aku tidak mau berenang hanya dengan memakai bikini. Menurutku itu memalukan.

Audy membeli pakaian yang sama sepertiku. Sedangkan Angga dan Arsena membeli boxer. Kami mengganti pakaian.

"Mau main bola nggak?" Ajak Angga saat kami ingin berenang. Main bola? Hah? Main bola di pantai? Serius?

"Ayo! Asik tuh!" Kata Audy antusias. Lalu Angga menyewa bola yang ada. Aku bingung bagaimana cara memainkannya. Apakah ditendang di dalam air? Memangnya bisa?

Ah ternyata aku salah. Bola itu untuk di lempar bukan ditendang. Ya ampun aku norak banget! Kalian bebas berkomentar apapun karena memang aku sadar kalau aku norak!

Saat sedang asyik main bola di pantai. Lemparanku tiba-tiba saja meleset dan mengenai seseorang.

"Ma-maaf ya saya ngga sengaja." Kataku begitu panik. Takut kalau yang tidak sengaja kena lemparan bolaku marah-marah. Aku menunduk tidak berani menatap wajahnya.

"Ngga apa-apa kok Tha."

Aku terkejut. Hah? Dia mengenalku? Aku langsung mendongakkan kepala. Ternyata itu Gama. Ya ampun, kenapa dia bisa ada di sini?

"Kok lo ada di sini Gam?" Tanyaku bingung. Sebenarnya aku sedikit kesal karena pasti Gama akan mengganggu acara jalan-jalan kami.

"Gue lagi iseng aja pengen ke pantai. Pengen liat sunset di pantai." Jawab Gama dan aku hanya mengangguk. Rasanya ingin buru-buru menghampiri yang lain karena aku benar-benar kesal jika mengobrol dengan Gama.

"Lo ke sini sama siapa?" Tanya Gama.

"Audy, Angga sama Arsena."

"Gue juga kesini ngga sendiri, itu ada Rama." Kata Gama sambil menunjuk cowok yang sedang merokok. Apaan sih dia ini, padahal aku ngga nanya.

Hah? Rama? Rama yang Audy ceritakan? Dia merokok? Lah kan di sekolah tidak boleh? Eh ini kan bukan di sekolah. Tapi, bisa ilfeel Audy kalau melihat Rama merokok. Audy paling anti sama cowok yang merokok.

"Lo temennya Rey ya?" Tanya Rama lalu aku mengganggukkan kepalaku. Ternyata Audy tidak berbohong soal cowok bernama Rama ini memanggilnya dengan nama Reyna atau Rey.

"Rey ada ngga? Lo sama dia ngga?" Tanya Rama. Ya tuhan nih cowok sama aja kayak Gama. Menyebalkan.

Aku menganggukkan kepalaku, "Mana orangnya?" Tanya Rama sambil mencari sosok Audy.

"Tuh." Aku menunjuk kumpulan Audy Angga dan Arsena yang memang sedari tadi memperhatikan kami.

"Eh Rey suka cowok perokok ngga?" Tanya Rama lagi.

"Dia paling jiijik sama cowok perokok." Kataku sambil menatap puntung rokok di tangan Rama. Sontak Rama membuang puntung rokonya. Percis seperti apa yang aku bayangkan.

"Aduh mampus gue. Mana dia liat gue ngeroko lagi. Kenapa lo ngga bilang dari tadi!" Kata Rama panik. Rasanya aku ingin tertawa terbahak-bahak sekarang.

"Gue duluan ya. Mau lanjut main." Kataku pamit. Lama lama di sini aku bisa sebal sendirian. Apalagi dengan 2 orang garing ini.

"Ikut dong." Kata Gama. Idih! Ribet banget sih nih anak ikut-ikutan aja.

"Gue juga mau nyamperin Rey. Mau menjelaskan kejadian barusan." Kata Rama sok dramatis. Apaan sih ni anak. Tapi dari hatinya memang benar ia menyukai Audy. Ia tertarik kepada Audy.

Akhirnya terpaksa mereka berdua harus ikut denganku untuk bermain bersama aku Angga, Arsena dan Audy.

Btw, kalau di couple-couplein Audy-Rama, Angga-Agatha, Arsena-Gama. Hahaha. Jelas saja aku lebih memilih Angga dari pada Gama. Tapi kasihan juga Arsena harus berpasangan dengan Gama. Huh Risa andai lo masih hidup.

.
.
.
.
.
.
.
.

TBC?

I'm Normal [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang