5. Bola Basket

1.7K 184 5
                                    

Jangan lupa vote dan komen!
.
.
.
.
.

Hari ini hari kamis. Kelasku, kelas 11 IPA 2 sedang mengganti seragam kami dengan seragam olahraga. Aku cukup kesal karena hari ini Risa tidak masuk sekolah dikarenakan ada acara keluarga.

Sekarang, aku merasa bagaikan manusia tanpa teman, kasihan. Padahal, banyak yang mengajakku mengobrol, namun aku tidak akan mudah akrab dengan orang lain.

"Tha, cepetan!" teriak seorang gadis dengan pipinya yang sangat chubby. Siapa ya namanya? Aku lupa.

"Iya sebentar. Tungguin!" jawabku meminta teman-teman yang lain menungguku yang sedang mengganti pakaian. Bagusnya, teman-teman di kelas baruku ini orangnya mementingkan solidaritas daripada prioritas, jadi mereka akan menungguku untuk ke lapangan bersama. Baik banget ya! Padahal aku sendiri lupa nama teman-temanku.

Akhirnya aku selesai mengganti seragamku, "Udah nih. Yuk ke lapangan!"

Kami bersama-sama menuju ke lapangan. Namun, sebelum ke lapangan, mereka mengajakku ke lapangan indoor. Di sini ada dua lapangan, indoor dan outdoor. Aku senang karena fasilitas di sekolah ini lengkap. Berbeda dengan sekolah lamaku.

Di lapangan indoor ini lah, aku dan para siswa dan siswi yang lain mendapatkan satu loker pribadi yang bertuliskan nama masing-masing. Bayangkan, berapa banyaknya loker yang ada di sini untuk para siswa dan siswi dari seluruh kelas dan jurusan Ipa Ips.

Setelah menyimpan seragam di loker masing-masing, kami menuju lapangan outdoor yang biasa digunakan untuk upacara dan senam. Lapangan ini sangat luas. Ya ampun, surga banget ini mah!

"Semuanya sudah kumpul? Baris!" suruh Pak Asep selaku guru olahraga. Namun, aku bingung karena di sini bukan hanya ada kelasku. Oh mungkin dua kelas digabung.

"Kelas Ipa 1 di sebelah kanan saya, sedangkan Ipa 2 di sebelah kiri saya!" perintah Pak Asep.

"Tha sini!" panggil gadis berpipi chubby itu. Aduh, aku masih belum ingat namanya. Semoga nanti di absen, supaya aku tau namanya.

Aku menghampiri gadis berpipi chubby itu dan berbaris di belakangnya. Kami melakukan senam beberapa menit lalu dipersilahkan duduk di tempat karena Pak Asep ingin mengabsen. Huh, aku senang karena Pak Asep mengabsen, dengan begitu aku bisa tau nama gadis berpipi chubby ini.

"Dari kelas Ipa 1 ya." kata Pak Asep membuatku merasa aku akan bosan. Kenapa harus dari kelas Ipa 1 dulu! Harusnya kelasku duluan.

"Angga Saputra."

"Hadir pak!"

Aku mendongak mendengar nama seseorang yang membuatku penasaran itu. Angga. Angga kelas Ipa 1? Hari pelajaran olahraga kami sama? Ya ampun! Aku tidak boleh menyukai Angga hanya karena sebuah kebetulan ini.

"11 Ipa 2 nya ya." ujar Pak Asep lalu mengabsen kelasku.

"Agatha Qwertyra."

"Hadir pak." ucapku saat mendengar namaku disebut.

Pak Asep memperhatikanku, "anak baru ya?"

Aku mengangguk membenarkan. Terderngar suara hati Pak Asep yang memuji tampilanku. Bukannya aku ingin sombong. Tapi, itu sudah biasa.

"Audy Reyna."

"Saya pak." gadis berpipi chubby itu mengangkat tangannya. Ah ternyata namanya Audy. Kenapa aku bisa lupa ya.

"Sekarang materi kita tentang basket. Bapak akan panggil 6 orang dari kelas Ipa 1 dan 6 orang dari kelas Ipa 2." kata Pak Asep. Ya ampun, basket? Aku benar-benar tidak suka dengan olahraga itu. Aku tidak pandai bermain basket.

"Kelas Ipa 1. Aisah, Alvin, Amel, Andara, Angga, dan Asa." semua orang dengan nama yang disebut oleh Pak Asep langsung berbaris di lapangan. Mataku fokus menatap Angga. Caranya berjalan memang sangat cool. Kini aku tidak bisa memungkiri pujian orang-orang tentang Angga yang menjadi pangeran sekolah. Ia memang tampan dan keren.

Tapi, aku harus ingat bahwa aku tidak boleh menyukai lelaki itu. Lelaki yang membuatku menjadi gadis normal. Aku tidak boleh menyukai Angga.

"Kelas Ipa 2. Agatha, Arsena, Audy, Ben, Choki, dan Darisa." ujar Pak Asep. "Darisa tidak masuk ya? Ganti sama Deden!"

Kami menuju lapangan basket. Aku masih fokus kepada Angga yang kini juga menatapku. Ya ampun, kami tatap-tatapan! Seperti sinetron di televisi saja.

"Tha." panggil seseorang membuatku menoleh. Dia adalah Ena. Eh, Arsena.

"Ada apa?"

"Risul mana?" tanyanya dengan tatapan datar. Benar-benar manusia es! Namun, Risul itu siapa? Apakah aku pernah mengenal orang bernama Risul?

Akhirnya aku mengerti siapa yang dimaksud Risul, "Risa? Dia lagi ada acara keluarga katanya."

"Oh." jawab Arsena lalu berlalu dan tidak peduli lagi denganku. Tapi, ada sesuatu yang mengganjal pikiranku. Untuk apa Arsena menanyakan Risa? Apakah dia menyukai Risa? Ya ampun, pasti seru jika seorang Arsena si es menyukai Risa.

"Mulai!"

Aku terkejut dengan suara pluit dan ucapan Pak Asep. Ya ampun, aku tidak fokus. Aku tidak mengerti bagaimana cara memaikan olahraga basket ini. Alhasil aku hanya diam di tempat sambil memikirkan Arsena yang menyukai Risa. Tapi, Risa kan suka sama Angga.

"AGATHA AWAS!" Aku tidak mengerti maksud dari kata awas. Aku tidak bisa menghindari bola basket yang mendadak menenai kepalaku.

Kepalaku sangat berat saat bola basket itu mengenai kepalaku. Mendadak semuanya menjadi gelap. Aku pingsan!

TBC?

Instagram||@rahma_rohilatul

I'm Normal [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang