3. Terlambat

2K 212 15
                                    

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!

Aku benar-benar harus menyalahkan diriku yang menyalin catatan Risa hingga tengah malam. Akhirnya sekarang, aku terlambat datang ke sekolah. Bagaimana ini? Padahal aku murid baru namun sudah melanggar peraturan.

Aku dan beberapa anak lainnya yang terlambat dihukum oleh guru BK, Bu Tata. Guru itu memang pantas dijadikan guru BK karena memang selain wajahnya yang garang, ia juga sangat tegas dalam berbicara.

"Kalian niat sekolah ngga sih? Punya jam ngga di rumah? Ngga tahu ini sudah jam berapa?" bentak Bu Tata membuatku menunduk karena takut.

"Kamu tuh ya Ram, terlambat kok malah dijadiin hobi." ujar Bu Tata sepertinya sedang menyindir salah satu diantara kami. Yang jelas, bukan aku.

"Itu yang sedang menunduk, angkat kepala kamu! Kalo sedang dinasehati tuh jangan sok-sokan nunduk seakan-akan tidak bersalah!" kata Bu Tata membuatku sontak mengangkat kepalaku.

Bu Tata mengerutkan keningnya, "anak baru ya?"

Aku mengangguk dengan rasa takut. Sontak semua pasang mata menatapku dan langsung memujiku dalam hatinya. Bahkan ada juga yang sempat-sempatnya menghina diriku. Oke, aku pantas dihina karena terlambat saat masih menjadi murid baru.

"Kamu tuh masih murid baru udah terlambat. Bagaimana kedepannya? Mau terlambat lagi? Mau seperti Rama yang hobinya terlambat dan sama sekali tidak merasa bersalah?" kata Bu Tata.

"Bu, ibu itu suka ya sama saya? Kok dari tadi saya terus yang dibicarain sama ibu? Saya tau kok bu, saya ganteng. Tapi maaf ya bu, saya ngga doyan tante-tante." ujar seorang lelaki dengan sangat berani. Aku rasa namanya adalah Rama karena tadi Bu Tata telah memanggilnya dengan nama seperti itu.

Ucapan Rama membuat para siswa-siswi yang sedang ketakutan terkekeh. Namun, aku tidak. Itu tidak sopan menurutku. Bahkan aku merasa itu tindakan jahat. Bagaimana jika Bu Tata justru sakit hati disebut tante-tante?

"Rama kamu tuh ya! Hukuman kamu double. Lari keliling lapangan sampai bel istirahat, lalu pulang sekolah bantuin Mang Ajis bersihin sekolah!" ujar Bu Tata dengan sadis.

Aku langsung takut. Apakah hukuman yang akan diberikan Bu Tata untukku sangat sadis seperti yang diberikan untuk lelaki bernama Rama itu? Oh yaampun, aku sangat tidak suka dengan hukuman!

"Dan untuk kalian semua, kalian---"

"Permisi Bu." mendadak seseorang datang. Dia Angga! Lelaki dengan senyuman biasa saja namun karena kejadian di kantin kemarin, aku jadi penasaran akan sosok dia.

"Angga? Kok kamu terlambat?" Bu Tata terlihat terkejut.

"Maaf bu. Saya tadi habis nolongin nenek-nenek dijalan. Kasihan, dia tidak bisa menyebrang." jelas Angga. Aku bertanya-tanya dalam hatiku apakah dia berbohong atau tidak? Aku tidak bisa menemukan jawabannya karena aku tidak bisa mendengar suara hati Angga. Ah, itu tidak penting!

"Yaampun Angga, kamu tuh jadi anak baik banget sih. Udah ganteng, baik lagi, idaman banget deh." mendadak sikap Bu Tata berubah drastis. Aku sangat terkejut dengan perubahan sikapnya yang begitu tiba-tiba dan tanpa sebab. Namun, aku bisa mendengar suara hatinya yang memuji-muji nama Angga. Bukan hanya Bu Tata, bahkan hampir perempuan yang ada disini semuanya memuji nama Angga. Hanya aku yang tidak. Ya! Aku tidak akan memujinya.

"Tapi Angga, kamu tetap tidak boleh terlambat. Aturan tetap aturan, kamu harus tetap dihukum." Bu Tata kembali tegas. Aneh! Cepat sekali ia mengubah sikapnya. Keren.

Angga tersenyum, "yasudah tidak apa-apa bu. Apa hukumannya?" tanya Angga dan membuat gadis-gadis termasuk Bu Tata tersipu. Yaampun, apa yang salah dari mereka?

"Kamu dan yang lainnya harus lari keliling lapangan sampai ganti pelajaran ketiga. Khusus untuk Rama, seperti perjanjian yang tadi ya!" jelas Bu Tata membuat kami semua termasuk aku menghela nafas gusar. Ganti pelajaran ketiga? Masih ada waktu 1 jam lagi. Lama!

"DIMULAI DARI SEKARANG!"

Kami semua mengikuti instruksi Bu Tata dan langsung lari keliling lapangan. Cape? Ah tentu saja. Namun, aku bisa melihat Angga yang masih sempat-sempatnya berkenalan dengan adik kelas. Huh, dasar playboy!

"Woy, cepetan dong! Lari bukan jogging!" seseorang berteriak dibelakangku membuatku akhirnya menambah kecepatan berlariku. Namun, aku malah menabrak seseorang yang berada didepanku. Yaampun kami jatuh.

"Maafkan aku, aku benar-benar tidak sengaja." aku mencoba bangkit dan menatap wajah orang yang kutabrak.

Yaampun! Itu Angga.

"Lo?" Angga terlihat seperti sedang mengingat-ingat diriku.

"Agatha."

"Ah ya, Atha. Lo juga telat?" tanya Angga yang menurutku tidak seharusnya ia bertanya. Jelas jawabannya ya. Kalau tidak, untuk apa aku di sini?

Aku hanya menganggukan kepalaku.

"Lo kan masih murid baru, masa dihukum sih?" kata Angga.

Aku menggelengkan kepalaku. "Tidak tahu. Namun, sepertinya sekolah ini ingin ada keadilan. Maka dari itu, aku yang terlambat telah melanggar aturan jadi harus dihukum."

Dia terkekeh. "biasa aja kali Tha. Ngomongnya ngga perlu pake aku-kamu kok. Gue santay kok orangnya, pake lo-gue aja."

Aku tertawa, meskipun garing.

"ITU YANG BERHENTI MAU DI TAMBAHIN LAGI HUKUMANNYA?" teriak Bu Tata membuatku dan Angga segera melanjutkan hukuman kami. Angga menyamakan langkahnya dengan langkah kakiku, entah apa maksud dan tujuannya.

"Kok lo bisa terlambat?" tanya Angga.

"Aku--- eh gue semalem abis nyatet materi. Takut ketinggalan waktu ulangan." jawabku gugup. Oh sumpah! Posisi Angga sekarang sangat dekat denganku. Aku memang tidak menyukainya. Tidak dan tidak akan pernah, tapi ini pertama kalinya aku berbicara dengan laki-laki dengan jarak yang dekat apalagi sambil berlari. Huh ini gila!

"Rajin banget dah!" katanya sambil terkekeh. Entah apa yang dia tertawakan. Memangnya apa salahku jika tidak ingin tertinggal materi?

"Atha!!!" seseorang berteriak memanggil namaku. Aku pun menoleh untuk memastikan siapa orang itu. Bukan hanya diriku, Angga juga ikut melihat orang tersebut.

Risa? Ada perlu apa dia ke lapangan? Dia bersama seorang lelaki? Siapa dia? Yaampun, otakku sekarang penuh dengan tanda tanya.

Risa menghampiriku. "ya ampun, kok lo bisa terlambat?"

"Gue nyalin catetan lo." jawabku. "lo ngapain di sini?"

"Gue itu di---"

"DARISA DAN ARSENA CEPAT LAKSANAKAN HUKUMAN KALIAN!" Teriakan seorang guru laki-laki yang memiliki tompel besar di bagian hidungnya. Siapa ya nama guru itu? Entahlah, kita sebut saja Pak Tompel.

"Lo dihukum?" tanyaku setengah tidak percaya.

"Iya. Lo tau ngga sih gara-garanya tuh apa?" tanya Risa dengan nada yang berkobar-kobar. Aku menggeleng.

"DARISA GAUSAH GOSIP MULU!" Pak Tompel kembali meneriaki Risa. Akhirnya dengan sangat terpaksa, Risa pun berlari ke dekat tiang bendera dan melakukan sikap hormat kepada bendera itu. Di sampingnya ada seorang lelaki. Siapa ya dia? Intinya dia tuh satu kelas sama aku. Ah aku ingat! Namanya Arsena. Tadi kan Pak Tompel sempat berteriak memanggil nama lelaki itu.

"Arsen kok bisa sampe dihukum ya?" tanya Angga entah pada siapa. Eh ralat, dia bertanya padaku. Hah? Padaku?

"Dia dihukumnya bareng Risa. Kenapa ya?" tanyaku juga.

"WOY LARI BEGO! LU BERDUA DARI TADI NGOBROL AJA!" Rama meneriaki aku dan Angga. Akhirnya aku dan Angga melanjutkan hukuman tanpa ada lagi percakapan.

TBC?

@rahma_rohilatul // instagram.

I'm Normal [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang