41. Cafe

685 84 11
                                    

Jangan lupa vote dan komentar!
.
.
.
.
.
@rahma_rohilatul // instagram
.
.
.
.
Happy reading♡
.
.
.
.
.
.
.
.

Akhirnya aku dan Angga sampai di Cafè. Aku sangat merindukan Cafe ini. Di tempat ini semuanya bersikap baik kepadaku. Meskipun melelahkan kalau harus bekerja sehabis pulang sekolah di Cafè ini. Tapi, menyenangkan.

"Tha, kamu kemana aja sih? Kamu ngga betah ya kerja di sini? Kenapa?" Tanya kak Dini membuatku menggelengkan kepalaku.

"Aku ngga apa-apa kak. Mamah aku lagi sakit, makanya aku ngga bisa kerja." Kataku lesu. Kalau membahas mamah yang sedang sakit, itu membuat tubuhku menjadi lemas.

"Oh. Sakit apa tuh kalo boleh tau?" tanya kak Dini.

"Mm, kanker darah kak." kataku semakin sedih. Penyakit mamah ini berbahaya dan itu membuatku merasa sedih. Takut terjadi sesuatu yang tidak aku inginkan dengan mamah.

"Astaga! Maaf ya Tha, aku ngga tau. Cepet sembuh ya untuk mamah kamu." Kata kak Dini.

"Ngga apa-apa kok kak. Amin. Makasih ya." jawabku sambil tersenyum.

Aku masih memikirkan soal kotak misterius di rumah Angga. Apa ya isinya? Bagaimana cara membukanya. Kenapa instingku mengatakan kalau diriku harus membuka kotak misterius itu?

"Tha, ganti baju dulu sana." kata kak Dini. "Aku duluan, ada pelanggan."

Aku menganggukkan kepalaku. Lalu aku segera ke ruang ganti untuk mengganti seragamku. Sudah lama aku tidak memakai seragam Cafè. Meskipun seragam seorang pelayan, aku sangat menyukai seragam ini.

Aku sangat bersyukur, papah Angga tidak memecatku. Padahal, aku sudah lama tidak bekerja di Cafè ini. Kalau saja aku dipecat, bagaimana aku akan membayar uang rumah sakit mamah? Bagaimana aku mencukupi kebutuhan kami berdua? Bagaimana aku bisa membayar uang sekolah?

Aku tidak bisa membayangkan hal itu.

oOo

Hari ini aku sangat bersemangat untuk bekerja. Bukan hanya karena ini hari pertamaku bekerja setelah sekian lama tidak bekerja, tapi karena hari ini Angga yang bertugas memperhatikan seluruh karyawan. Termasuk diriku.

"Hm senyum senyum terus dari tadi." kata kak Dini menyenggol pundakku.

"Ih apaan si kak." kataku sambil menyembunyikan wajah maluku darinya.

Tanpa di beritahu, kak Dini pasti akan tau perasaanku terhadap Angga. Karena aku sadar, aku tidak pandai menyembunyikan perasaan. Apalagi menyembunyikan rasa bahagiaku saat ini. Seharian bersama Angga!

"Cie cie cie... Atha jatuh cinta nih yaa..." kak Dini mengejekku.

"Ih engga kok kak." kataku.

"Masa si? Pipinya merah benget tuh Tha." kata kak Dini membuatku memegang kedua pipiku untuk menutupi rona merah.

"Percuma Tha di tutupin gitu juga masih keliatan kalo kamu emang salah tingkah." perkataan kak Dini membuatku semakin salah tingkah. Aduh jangan-jangan kak Dini punya kutukan kaya aku juga ni. Bisa baca pikiran orang lain.

I'm Normal [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang