Jangan lupa vote dan komen!
.
.
.
@rahma_rohilatul
.
.
"Sakit tapi tak berdarah. Seperti itulah yang aku rasakan setiap aku bertemu dan berbicara kepada orang yang sangat aku sayang. Mamah."
-AgathaN/A: Dear readers yang ngga pernah ngevote tapi baca. Hargain orang woiii!! Lo pikir ini cerita lu sendiri yang bisa dibaca kapanpun dan dimanapun tanpa harus ngevote. Hello! Ini cerita gue sayang. Ayo dong bantu vote. Tinggal klik doang susah amat_-
.
.
.Jam menunjukkan pukul setengah 10 malam. Akhirnya aku bisa berada di rumah pada saat ini. Aku baru saja sampai ke rumah karena angkutan umum jarang lewat, makanya aku menggunakan ojek online.
Lelah, cape, dan ngantuk. Itulah yang aku rasakan saat akhirnya aku sampai di rumahku. Rasanya aku ingin segera masuk ke kamarku dan tidur di kasur kesayanganku.
"Dari mana saja anda?" Tanya mamah dengan nada seperti biasanya. Aku tersenyum karena mamah menanyaiku. Meskipun aku tau, sebentar lagi aku akan mendapatkan omelan dari mamah.
"Aku baru pulang kerja mah." Jawabku jujur.
Mamah menatapku dengan sinis, "oh iya? Kerja apa?? Jadi pelacur? Dapat banyak duit dong? Mana duitnya?"
Aku menatap mamah seolah tak percaya, "maksud mamah apa? Aku ngga mungkin ngelakuin hal bodoh seperti itu."
"Tapi itu kan bisa bikin anda kaya. Jadi anda tidak perlu berbohong, saya sudah tau kalau anda memang menginginkan banyak uang makanya anda menjual diri anda kepada om-om diluar sana. Jadi, mana uangnya!" Perkataan mamah sangat menyakitkan. Oke, mungkin aku sudah terbiasa dengan perkataan mamah yang sangat menusuk, tapi tetap saja hatiku selalu sakit mendengarnya.
"Mah aku ngga jual diri aku." Kataku mulai tak kuasa menahan air mata. Ya aku menangis, dan itu sudah biasa aku lakukan jika diriku sudah tidak tahan mendengar ucapan mamah yang kadang menyakitkan. Ralat bukan kadang tapi memang selalu menyakitkan.
"Lalu anda bekerja sebagai apa? Model majalah dewasa?" Tanya mamah masih sangat menyakitkan. Tidak bisa kah mamah berfikir positive tentangku? Sehari saja.
"Aku bekerja sebagai pramusaji di Cafè puny---"
"HAH? PRAMUSAJI? ANDA GILA?" Teriakan mamah membuatku sedikit terkejut. Namun aku sudah tahu maksudnya karena mamah mengolok-olokku di dalam hatinya. Ia tidak setuju aku menjadi pramusaji dan lebih setuju aku menjadi pelacur yang menjual harga diriku kepada om-om.
Mamah tidak jahat, mamah juga tidak kejam, ia hanya menginginkan uang karena biasanya kak Gemy selalu memberikan uang.
"Anda fikir uang yang akan anda dapat berapa? Berapa gajinya? Tidak akan seberapa dengan uang almarhumah anak saya." Kata mamah dengan tatapan sangat sinis.
"Tapi kan mah, kak Gemy juga seorang pramusaji dulunya." Kataku mengingat pekerjaan kak Gemy waktu ia masih hidup.
"Dia bukan cuman pramusaji! Dia bisa menghasilkan uang dari kepintaran dan kecantikannya. Berbeda dengan anda! Anda hanyalah orang yang tidak berguna!" Mamah kembali membuat aku seolah-olah teriris oleh silet. Sakit, namun tak berdarah. Seperti inilah yang aku rasakan.
"Tapi mah, gajinya lumayan kok untuk kita makan sehari-hari." Kataku sambil tersenyum berusaha menutupi rasa sakit dihatiku.
"Memangnya anda fikir saya hanya butuh makan? Tidak! Saya juga butuh hiburan!" mamah kembali membentakku.
"Iya aku bakal berusaha buat menuhin semua kebutuhan mamah. Mamah yang sabar ya." Kataku sambil tersenyum.
"Terserah!" Mamah meninggalkanku yang masih terdiam dengan sakit yang mendalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Normal [COMPLETED]
Teen Fiction1#anugrah[1382020] 2#asyik[1482020] 2#rank[09062021] Agatha Qwertyra. Itu adalah namaku. Seorang gadis yang dipanggil dengan nama depanku, Agatha atau Atha. Gadis yang terkutuk. Ya! Aku sangat terkutuk dan aku membenci diriku sendiri. Aku hanya in...