JANGAN LUPA VOMEN.
.
.
.
Instagram||@rahma_rohilatul
.
.
."Lo yakin ngga mau ke kantin?" tanya Risa untuk yang ke 53 kalinya. Astaga! Apa anak ini tuli? Sudah jelas-jelas aku tidak ingin ikut bersamanya ke kantin.
"Gue mau ke perpus." jawabku masih sama dengan yang ke 53 kalinya.
"Lo yakin ngga mau ke kantin?" pertanyaan itu lagi! Astaga! Menyebalkan.
"Ris, lo kalo mau ke kantin yaudah. Gue mau ke perpus." aku menjawab sambil menghela nafasku gusar.
"Perlu gue anter ngga?" tanyanya dengan cemas. Aku tau ia khawatir, tapi aku juga tau dirinya sangat lapar setelah mendengarkan ceramah Bu Dewi soal pentar seni yang diadakan bulan depan. Memang sih, Bu Dewi itu guru fisika, namun sebagai wali kelas yang baik hati, ia memberi taukan pada kami supaya bisa tampil semaksimal mungkin saat pentas seni. Aku sih tidak berniat ikutan pentas itu. Ya lagipula, aku tidak mungkin ikut.
"Ngga perlu. Gue udah gede kali Ris. Bisa jalan sendiri ngga perlu dianter." ujarku terkekeh.
"Kan lo masih baru, takutnya lo ngga tau letak perpusnya." jawab Risa yang ada benarnya juga. Aku baru tiga hari di sekolah ini. Tentu saja aku belum mengetahui soal letak perpustakaan karena aku tidak mengikuti mos di sekolah ini. Tapi, kalau aku meminta Risa untuk mengantarku, kasihan cacing di perutnya yang sudah demo ingin makan.
"Biar gue yang anter." mendadak ada seseorang yang ikut bicara diantara aku dan Risa. Sontak aku dan Risa menatap orang itu. Angga? Astaga apa yang dia lakukan di kelasku?
"Ngga perlu, gue bisa sendiri." jawabku setelah mendengar suara hati Risa yang tidak ikhlas melepaskan aku bersama dengan Angga.
"Ngga apa-apa, gue sekalian mau ke perpustakaan." ujar Angga sambil menarik tanganku. Astaga apa yang dia lakukan lagi? Risa jadi salah paham dan cemburu. Aku tidak mau melukai hati sahabatku. Kasihan dia.
"Lepas!" kataku kesal.
Angga berhenti dan menatapku, "emang lo tau jalan ke perpustakaan?"
"Gue bisa tanya ke orang yang ada di sini." ujarku.
"Ada yang mau gue omongin sama lo." kata Angga sambil senyum. Astaga! Senyumnya benar-benar menyeramkan. Ia seperti akan menerkamku.
"Yaudah tinggal ngomong, ribet!" gerutuku kesal.
"Penting dan ini rahasia." kata Angga.
"Yaudah kalo rahasia ngga usah ngomong!" jawabku asal.
Angga mencubit hidungku, "lo gemesin banget sih! Jadi pengen nyium deh!"
Jantungku rasanya ingin pindah ke ginjal. Astaga! Apa yang terjadi padaku akhir-akhir ini saat berada di samping Angga? Aku tidak menyukainya kan? Ah tentu saja.
Apa mungkin aku mencintainya? Itu kan beda dengan menyukai. Ah tapi, aku sama saja melukai hati Risa.
"Cie salting!" Angga menggodaku.
"Apaan sih orang engga." ujarku membela.
"Pipi lo merah tuh!" katanya dan aku refleks menutupi pipiku. Astaga! Apa-apaan ini? Aku jadi malu sekarang.
Angga tertawa, "lo suka ya sama gue?"
Aku menatap wajah Angga lekat-lekat. Memperhatikannya dengan seksama. "GEER!"
"Bukan Geer. Tapi, lo itu gampang ditebak. Lo suka kan sama gue?" tanya Angga membuatku makin kesal.
"Gue mau ke perpustakaan. Lo mau nganterin apa ngga?" tanyaku yang benar-benar sudah kesal dengan Angga.
Angga terkekeh. "Idih gitu doang ngambek. Yaudah ayo!" katanya sambil berjalan didepanku untuk memandu menuju perpustakaan.
oOo
Ya ampun! Perpustakaan ini benar-benar luas. Aku sangat terpukau dengan perpustakaan ini. Di sekolah lamaku, perpustakaan tidak teralu besar. Tapi disini, benar-benar besar. 5 kali lipat dari perpustakaan lamaku. Bayangkan saja di perpustakaan ini ada tempat untuk santai dan ada tempat untuk charger ponsel atau laptop. Ya ampun! Aku yakin ini lebih nyaman dari perpustakaan lamaku.
"Lo mau nyari buku apa?" tanya Angga.
"Novel."
"Yaudah kita ke lantai dua." kata Angga membuatku sangat terkejut. Astaga! Jadi ini baru lantai satu? Ada lagi lantai dua? Ya ampun! Nikmat tuhan mana yang engkau dustai?
Aku dan Angga kini berada di lantai 2 perpustakaan. Di sini fasilitasnya sama dengan di lantai 1, bedanya di sini ada lemari es tempat minuman. Yang kayak di mall sama alfamart itu lho! Apa sih namanya? Aku ngga tau.
"Keren." tanpa aku sadari kata itu muncul begitu saja dari mulutku.
Angga tersenyum, "lebih bagusan sekolah ini kan dari pada sekolah lama lo?"
"Apa sih." kataku asal lalu pergi menuju rak-rak buku. Berbagai novel dan komik ada di sini. Dari mulai genre romance, horor, action, fantasy, comedy, fiksi remaja, dan lain-lain. Sangat lengkap!
Aku tersenyum melihat judul dari sebuah novel yang sangat aku gemari. Aku mengambil sebuah novel bergenre romance dari rak buku itu. Inilah novel yang aku cari. Novel kesukaanku.
Angga melirik buku yang aku ambil, "Ini kan udah ada filmnya."
"Iya." jawabku sambil menuju tempat duduk untuk menikmati bacaanku.
"Cerita itu udah di filmin." kata Angga lagi.
"Iya gue udah tau Angga." ujarku geram.
"Terus ngapain lo baca novelnya? Kenapa ngga liat filmnya aja?" tanya Angga.
Aku kesal dengan Angga yang mengganggu bacaanku. Oke, aku sudah selesai membaca buku ini berkali-kali. Namun, aku belum memilikinya di rak buku kamarku. Maka dari itu, aku tidak pernah bosan untuk membaca novel kesukaanku itu.
"Gini ya Angga. Ngga semua film itu sama banget sama novelnya. Gue pengen baca versi novelnya." jelasku.
"Emang lo belum baca novelnya?"
"Udah."
"Terus ngapain dibaca lagi?" pertanyaan Angga benar-benar membuatku emosi. Angga berisik banget sih!
"Bacot lo! Gausah banyak nanya! Mending pergi!" usirku dengan ketus. Bodoamat dibilang jutek juga. Aku tidak peduli. Aku kembali larut dalam bacaanku.
"Tha."
"Tha."
"Agatha!"
"Agatha!"
"Agatha Qwertyra!" aku mendongak dengan terpaksa. Menatap seorang Angga yang dari tadi menggangguku.
"Lo udah nonton filmnya?" tanya Angga dan aku menggeleng. Aku memang belum menonton film yang sangat aku sukai itu. Ya karena aku tidak mempunyai teman untuk diajak nonton. Lagi pula, aku rasa Risa tidak minat diajak nonton film bergenre romance itu.
"Malem minggu nonton yuk sama gue! Gue juga belum nonton filmnya." kata Angga membuatku merasa terbang menuju langit ke7. Namun, aku langsung jatuh lagi karena mengingat Risa yang menyukai Angga. Lagi pula, Risa diberikan surat cinta oleh Angga, tidak sepertiku.
"Tapi..."
"Gue ngga terima penolakan. Oke, malem minggu gue jemput di rumah lo. Byeee... Sampai ketemu malem minggu Tha." ujar Angga yang langsung pergi meninggalkanku.
Ya ampun! Ini serius? Angga mengajakku nonton? Apakah ini ajakan kencan seperti di film-film? Ya ampun! Keren!
Eh. Bagaimana kalau Risa tau akan hal ini? Apakah Risa akan membenciku dan merasa aku menikungnya? Aku tidak mau hal itu terjadi! Tapi itu terlambat.
TBC?
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Normal [COMPLETED]
Teen Fiction1#anugrah[1382020] 2#asyik[1482020] 2#rank[09062021] Agatha Qwertyra. Itu adalah namaku. Seorang gadis yang dipanggil dengan nama depanku, Agatha atau Atha. Gadis yang terkutuk. Ya! Aku sangat terkutuk dan aku membenci diriku sendiri. Aku hanya in...