12. Pentas Seni

1K 118 1
                                    

Jangan lupa vote dan komentar!

.

Follow juga instagramku hehe

@rahma_rohilatul

.

Happy reading all!!!

.

.

.

"Baiklah, jadi siapa di sini yang bisa menari? Siapa yang bisa menyanyi? Siapa yang bisa berakting?" tanya Bu Sisi selesai menjelaskan tentang pentas seni yang akan dilaksanakan bulan depan. Ya ampun, ternyata benar apa kata Bu Dewi soal pentas seni ini. Tapi, aku sama sekali tidak tertarik dengan pentas seni ini. Jujur, aku tidak berbakat.

"Hei! Pada denger Bu Sisi nggak sih? Kok ditanyanya diem aja?" kata guru seni itu. Aku tau, dia kesal karena siswa dan siswi di kelasku hanya terdiam sambil memikirkan berbagai hal. Aku juga tau, di antara mereka, ada yang bisa menyanyi dan ada yang pandai menari. Namun, mereka hanya malu untuk berargumen. Kalau aku sih tidak bisa apapun.

"Oke, kalau ngga ada yang mau. Biar ibu yang pilih. Sekarang juga ibu bakal test vocal. Kalo ngga bisa ya harus nari. Terserah mau nari apa. Yang jelas, ibu ngga mau nerima alasan apapun kalo kalian ngga mau ikut." tegas Bu Sisi. Ya ampun, aku tau dia marah, tapi jangan test juga dong! Aku kan ngga bisa.

"Ris, gimana dong? Gue ngga bisa nyanyi lagi." bisikku kepada Risa.

"Gue juga ngga bisa kali Tha. Ya mau gimana lagi. Bu Sisi kalo udah marah emang kayak gitu. Baperan orangnya. Turutin aja." kata Risa santai. Ya ampun, Bagaimana bisa ia sesantai ini? Padahal aku saja sudah panas dingin. Aku sama sekali tidak bisa menyanyi, apalagi menari.

Bu Sisi mulai mengabsen nama murid dari kelas kami. Ya ampun, bagaimana ini? Namaku berawalan huruf A, artinya nomor absenku paling atas. Ya ampun! Aku kan tidak bisa menyanyi. Kalo nari? Aku tidak tahu tarian apa yang ada. Aku tidak hafal gerakan tarian yang ada. Bagaimana ini? Ya Allah tolonglah aku.

"Agatha." bagaikan tersambar petir saat namaku dipanggil oleh Bu Sisi. Aku maju ke depan dengan tubuh yang gemetaran. Bahkan banyak orang yang mengomentari kalo wajahku sangat pucat. Apakah itu benar? Rasanya aku jadi ingin bercermin dan menatap wajahku saat ini.

"Kamu mau nyanyi apa?" tanya Bu Sisi. Aku terdiam memikirkan lagu apa yang aku hafal sekaligus bisa kunyanyikan dengan suara yang pas-pasan ini.

"Lagu 'pilih saja aku' dari Petra Sihombing." kataku dengan gugup. Sungguh, suaraku tidak bagus. Aku bahkan tidak terbiasa untuk menyanyi. Tapi, mau Bagaimana lagi? Lagu yang kupilih juga asal. Hanya lagu itu yang ada dibenakku.

Cinta mengapa kau sengsara benci ku melihatnya

Oh oh dia itu siapa bisa membuatmu merana

Cinta apa kau tak bahagia sini denganku saja

Oh oh dia itu siapa aku ini lebih baik darinya

Hanya ada suaraku yang terdengar. Mereka semua terdiam sambil mendengarkan alunan suara yang berasal dari bibirku. Semua focus mendengarkan. Diriku mencoba untuk tenang dan segera mengakhiri test focal ini.

Jauh dalam hatimu aku tahu

Engkau ingin ada orang yang selalu

Mencinta dan memelukmu setiap waktu

Kalau dia tak mampu pilih saja aku

Akhirnya selesai. Terdengar suara tepukan tangan dan sorakan heboh dari para murid di kelasku. Kebanyakan suara tepukan tangan itu berasal dari siswa laki-laki, dan sorakan itu berasal dari murid perempuan. Aku tahu, suaraku tidak teralu bagus. Aku sadar diri karena banyak juga yang mengolokku di dalam hatinya. Ah, tidak masalah. Lagipula, yang penting aku sudah selesai test focal ini.

"Selanjutnya, Audy." Bu Sisi kembali mengabsen dan aku duduk ke tempat dudukku. Perasaan takut dan gugup tadi sudah sedikit lepas dari tubuhku. Akhirnya aku merasa lega.

Audy, gadis berpipi chubby yang ramah itu memilih untuk menari. Ia tidak berniat menyanyikan lagu apapun. Ia menari. Gerakannya bagus, lincah, lembut. Aku tidak tahu tarian apa yang ia lakukan, yang jelas itu cukup menarik bagiku yang tidak bisa menari.

"Darisa." Bu Sisi memanggil nama Risa. Aku menatap wajah teman semejaku yang sama sekali tidak panik dan gemetar sepertiku. Ia justru terlihat santai. Ia berjalan ke depan dengan langkahnya yang biasa saja, bagaikan tidak ada beban.

"Saya mau nyanyi lagu 'tegar' dari Rosa." kata Risa dengan sangat santai. Aku menatap Arsena yang sedang focus melihat Risa. Aku tersenyum lalu menatap Risa yang mulai siap-siap bernyanyi.

Tergoda aku tuk berpikir

dia yang tecinta

mengapa tlah lama tak Nampak

dirimu disini

jangan inginku tersenyum

tak ada gairah

kuingin slalu bersamamu

kini kuresah

diriku lemah tanpamu.. ohh

gapai semua jemariku

rangkul aku dalam bahagiamu

kuingin bersama berdua... selamanya

jika kubuka mata ini

kuingin selalu ada dirimu

dalam kelemahan hati ini

bersamamu

aku tegar

Demi apapun, itu suara Risa? Sungguh sangat bagus! Bahkan lebih bagus karena Risa sangat menjiwai. Aku tidak menyangka jika Risa memiliki suara yang sangat merdu. Bahkan, banyak orang juga yang tidak menyangka hal itu, termasuk Arsena. Lelaki itu terkejut tapi kagum dengan Risa. Mungkin wajah Arsena memang sedatar tembok, tapi hatinya tidak mungkin bohong. Ia memang mengagumi sosok Risa. Romantis ya.

Risa kembali duduk setelah banyak tepukan tangan dari teman satu kelas. Ia duduk lalu tersenyum kepadaku. Aku juga tersenyum.

"Kok lo ngga bilang-bilang kalo suara lo merdu banget." kataku kesal karena Risa sama sekali tidak memberitahuku. Setidaknya ia bicara lewat hatinya kek! Kalo kayak gini kan aku kaget banget.

Risa terkekeh, "Suara gue b aja kali Tha."

"B aja apaan. Semua orang tuh kaget dan terpukau, termasuk Arsena." kataku asal.

"Hah? Ena?" Risa tampak terkejut. Astaga! Aku lupa, Risa kan tidak tahu kalo Arsena menyukainya. Apa aku beritahu saja ya? Ah tapi, percuma juga kan? Risa sudah cinta kepada Angga. Bahkan Angga juga memiliki perasaan yang sama kepada Risa. Terbukti dari surat untuk Risa yang katanya dari Angga. Ya ampun! kenapa aku jadi iri ya?

"Woy! Ngelamun aja! Gue nanya nih. Si Ena beneran terpukau?" tanya Risa dengan mimic serius. Aku hanya menganggukkan kepalaku.

Risa tersenyum smirk, "Bagus! Dia jadi tau kelebihan gue. Semoga dengan ini, dia jadi males cari gara-gara sama gue. Soalnya gue juga males." kata Risa.

Aku hanya tersenyum singkat. Ya ampun, kasihan sekali Arsena. Apakah Risa sama sekali tidak tertarik dengan Arsena? Apakah Risa hanya menganggap Arsena sebagai musuh? Ya ampun, Risa tuh kurang peka atau gimana sih? Aku jadi pengen ngasih tau ke dia soal perasaan Arsena deh. Greget banget ih!

"Oke, ibu sudah menentukan yang akan menyanyi ada 6 orang, yang menari ada 8 orang. Dan sisanya harus bisa acting drama yang telah ibu tentukan." kata Bu Sisi tegas.

"Untuk drama, ibu akan gabungkan dengan kelas Ipa 1. Kalau untuk yang nyanyi ibu gabungkan dengan kelas Ipa 3. Sedangkan yang nari gabungannya dengan kelas Ips." kata Bu Sisi menjelaskan. Kami semua hanya menganggukkan kepala.

"Naufan, Arsena, Rangga, Fiona, Jenny dan Risa menyanyi. Audy, Winda, Chika, Isal, dan Beni menari. Sisanya drama." kata Bu Sisi tegas. Aku tahu, aku tidak akan ikut menyanyi bersama Risa. Aku juga tidak mungkin ikut menari bersama Audy. Aku hanya akan jadi pemeran drama di antara banyaknya tokoh dalam drama itu. Ah, tidak masalah. Aku cukup senang karena Risa dan Arsena bisa bersama.

TBC?

I'm Normal [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang