34. Rencana Jalan

727 74 0
                                    

Jangan lupa vote dan komentar!
.
.
.
.
.
@rahma_rohilatul // instagram
.
.
.
.
Happy reading♡

Malam ini Audy banyak cerita soal cowok bernama Rama. Aku baru kali ini melihat Audy marah hanya karena satu cowok memanggilnya dengan nama belakangnya. Seperti dugaanku, Audy terlihat sangat menggemaskan.

"Udah ngga apa-apa kali Dy. Cuman satu orang kan?" Kataku mencoba menenangkan Audy.

Audy menghela nafas gusar, "iya sih. Tapi anaknya ngeselin banget!"

Aku terkekeh, "yaudah bales dulu sono chat dari Rama."

"Ngga ah males." Tolak Audy. "Oh iya, si Gama masih deketin lo?"

Aku mengedikkan bahu, "seperti yang lo ketahui."

Audy menggelengkan kepalanya, "gila sih tuh cowok. Baik sih tapinya. Pinter juga. Tapi kan, mantan pacarnya baru seminggu yang lalu meninggal."

Aku menghela nafas berat. Rasanya air mataku ingin tumpah saat ini juga. Mengingat ketiga sahabatku tewas karena menjadi korban pembunuhan.

"Oh iya Tha, lo pernah megang tangan mereka kan? Tanggalnya sama nggak?" Tanya Audy.

Ya, Audy tau tentang hal ini. Tentang kutukanku. Aku menceritakan ini karena aku yakin, Audy orang baik. Ia tidak merasa keberatan berteman denganku. Ia satu-satunya teman dekatku.

Aku mengingat-ingat ketika aku menyentuh tangan ketiga sahabatku. Ah! Benar! Tanggal kematian Risa 28 Juni 2020. Sedangkan Zilfa dan Mega 29 Juni 2020. Dan itu tepat ketika kematian mereka. Ini artinya, harusnya aku yang lebih teliti dan hati-hati.

"Iya. Sama persis." Kataku seolah tidak percaya. Aku mengetahuinya, kenapa aku tidak mencoba menghalangi kematian ini?

Audy menatapku seolah tak percaya, "seriusan? Kenapa lo nggak hati-hati ditanggal itu?"

"Gue bahkan ngga inget." Kataku kecewa.

Audy menepuk pundakku pelan. "Yaudah ngga apa-apa. Lagi pula ini bukan salah lo. Ini semua takdir."

Aku hanya menganggukkan kepalaku dengan lemah. Masih mencoba menerima takdir.

Saat kami melihat jam ternyata sudah pukul 2 dini hari, kami memutuskan untuk tidur.

oOo

Ketika jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi, aku terbangun. Aku sudah biasa jika harus bangun pagi. Biasanya aku akan menyiapkan sarapan, beres-beres rumah dan melakukan kegiatan bermanfaat lainnya.

Aku menatap Audy yang masih terlelap dengan selimut dan gulingnya. Sangat manis dan menggemaskan. Bahkan ketika tidur pun ia bisa tampak cantik? Apalagi diriku yang fisiknya sangat sempurna ini?

Aku baru saja ingin membangunkan Audy, tapi tidak jadi. Aku kasihan kepadanya. Ya, aku yakin ia masih tertidur karena kami baru tidur jam 2 dini hari. Ia pasti sangat mengantuk.

"Apa gue keluar aja ya?" Tanyaku pada diriku sendiri, "ah ngga deh. Ngga sopan."

Akhirnya aku memutuskan untuk menunggu Audy bangun sambil memainkan ponselku. Aku membalas pesan dari Angga.

I'm Normal [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang