DUA

9K 239 4
                                    

"Non, bangun. Sudah pagi." Rena membuka gorden yang menutupi jendela kamar. Gadis itu membiarkan cahaya matahari menerobos masuk. Seorang gadis  yang tengah tertidur menutup wajahnya dengan bantal ketika sinar mentari tersebut terpantul kearahnya. 

"Non.. Non Karin harus bangun. Nanti jam delapan ada kuliah."

"Argh." Karin melempar bantal ke lantai. "Rena! Lo bisa nggak sih nggak ganggu gue?!" Marahnya kepada Rena, asisten pribadinya. Semua kebutuhan Karin, Rena lah yang di percaya Dirga untuk mengurusnya.

"Maaf Non. Tapi sebaiknya non bangun dan mandi. Bapak sudah menunggu di meja makan."

"Shit.! Keluar lo sana. Gue mau mandi."

Rena mengangguk kemudian keluar dari kamar majikannya itu. Kena omel tiap pagi oleh Karin adalah hal yang sangat biasa bagi Rena. Perkataan Karin juga tidak pernah di masukkannya ke dalam hati, karena Rena sudah bekerja sebagai asisten pribadi Karin beberapa tahun, jadi dia sudah sangat paham bagaimana karakter majikannya itu.

"Morning, Yah." Sapa Karin mencium pipi kanan Dirga.

"Morning sayang. Tadi sholat subuh nggak?"

"Pastilah yah." Jawab Karin sembari menggigit roti yang telah tersedia di meja makan.

"Benar?"

Karin mendengus. "Iya ayah." Tapi bohong, lanjutnya dalam hati.

"Alhamdulillah kalau begitu. Kamu tau kan keutamaan sholat subuh itu apa?"

"Disaksikan malaikat, penghalang masuk neraka, mendapat jaminan dari Allah dan di hitung seperti sholat semalaman penuh." Jawab Karin cepat. Dia sudah sangat hafal dengan kata-kata tersebut karena hampir setiap hari ayah menyampaikannya.

Dirga tersenyum. "Anak ayah pintar. Jadi jangan tinggalkan sholat subuh dan sholat lainnya ya."

"Iya ayah." Karin kembali menggigit rotinya.

"Kamu masuk jam berapa sayang?"

"Kata Rena sih jam delapan."

"Kok kata Rena? Yang kuliah kan kamu."

Karin hanya membalas dengan kekehan kecil.

Dirga hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan putrinya itu.

"Permisi pak, mobilnya sudah siap." Salah satu supir pribadi Dirga menghampirinya.

Dirga mengangguk. "Tolong bawakan tas saya."

"Baik pak."

"Sayang, ayah berangkat duluan ya. Kamu kuliah yang rajin. Jangan nakal."

"Siap pak Dirga." Balas Karin diiringi tawa.

Dirga tertawa renyah dan mencium pipi Karin lalu melangkah meninggalkan ruang makan.

Beberapa menit setelah kepergian Dirga, Karin juga meninggalkan rumah. Tujuannya adalah ke kampus. Kuliah adalah salah satu rutinitas yang tidak di sukai Karin. Bahkan terkadang yang mengerjakan tugasnya adalah Rena, karena mereka satu jurusan, bahkan satu kelas. Dirga sengaja menyekolahkan Rena sama dengan Karin agar Rena dapat memantau Karin lalu memberikan laporan kepada Dirga.

"Hai beb."

Karin menoleh kepada laki-laki yang merangkul pundaknya. Ia tersenyum ketika mendapati pria itu ialah Christ, kekasih hatinya satu tahun ini. "Haii." 

"Beb, nanti siang jalan yuk." Ajak laki-laki berkulit putih dan bertubuh atletis tersebut. Bola mata yang bewarna abu-abu membuat penampilannya semakin menarik dimata kaum hawa.

"Kemana?"

"Kemana aja oke asal berdua sama kamu." Christ mencolek hidung Karin.

Karin tersenyum lalu mengangguk. Rena yang masih berdiri di dekat mereka hanya memasang wajah datar.

(NOT) DREAM MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang