TIGA

4.5K 188 2
                                    

Karin bersama Christ berada di dalam mobil. Mereka sedang menunggu Rena dan driver yang tengah sholat di masjid dekat kampus. Tujuan mereka setelah Rena sholat adalah ke bioskop untuk menonton film terbaru karya Hanung Bramantyo. Ya, Karin kemana-mana selalu bersama Rena dan selalu di antar oleh pak Ali, driver pribadi Karin yang di pilihkan oleh Dirga. Mau tidak mau Karin harus menurutinya.

"Beb, aku keluar dulu ya. Sekalian mau nyari angin." Pamit Karin kepada Christ. Laki-laki itu mengangguk dan kembali fokus pada gamenya.

Karin keluar dari mobil. Awalnya dia hanya berdiri di dekat mobil, tapi setelah melihat Rena dan pak Ali keluar dari masjid, Karin pun menghampiri mereka.

"Rena, pak Ali, buruan." Teriak Karin sembari berjalan menuju kedua orang tersebut.

"Non Karin nggak sholat dulu?" Tanya pak Ali.

"Ngapain sih ngurusin gue!" Karin sedikit membentak pak Ali.

"Sesama muslim harus saling mengingatkan mbak, makanya bapak ini ngingetin mbak."

Mata pak Ali, Rena dan Karin langsung beralih ke arah sumber suara. Dua orang pria telah berdiri di dekat mereka.

"Nggak usah ikut campur!" Balas Karin ketus. Matanya menatap pria itu dengan tajam.

"Memang ya anak sekarang, nggak ada sopan-sopannya."

"Eh, jaga ya mulut lo!"

"Sudah sudah." Lerai pak Ali. "Ayo non kita berangkat."

"Awas ya kalau lo jumpa gue lagi! Bakal habis lo di tangan gue! " Ancam Karin dan berbalik badan menuju mobil yang di ikuti Rena dan pak Ali.

"Kenapa wajahnya di tekuk gitu, beb?"

"Tadi tuh ada orang ngeselin. Ngapain coba dia ngurusin aku."

"Udah ah. Lupain aja. Kan sekarang kita mau senang-senang." Christ merangkul Karin. Bibirnya mengecup pipi Karin sekilas.

Mendapat perlakuan seperti itu, wajah Karin langsung merona. Dia tersenyum simpul lalu merebahkan kepalanya di pundak sang kekasih.

💮💮💮

"Sumpah ya, lo itu kurang kerjaan banget negur anak orang kayak tadi. Padahal lo nggak kenal sama dia."

Gio terus saja menyuap makan siangnya. Dia tidak peduli dengan omelan Haikal.

"Kok lo diam aja sih?"

"Terus?" Jawab Gio menaikkan sebelah alisnya. Gio meraih air mineral lalu meneguknya beberapa tegukan. "Gue nggak suka aja sama orang yang nggak sopan ke orang lain. Apalagi ke yang lebih tua. Makanya gue tegur."

Haikal mengangguk. Dia sudah tidak heran lagi dengan apa yang di lakukan oleh sahabatnya itu.

"Jadi panti asuhan lo apa kabar? Udah lama banget gue nggak main kesana."

"Alhamdulillah. Tadi pak Dirga nemuin gue dan ngasih donasi."

"Masih ada ya orang kaya yang rendah hati kayak beliau. Salut gue."

Gio mengangguk setuju. "Semoga jadi amal jariyah buat beliau."

"Aamiin."

"Nanti malam gue berencana ke rumah pak Dirga."

"Ngapain?" Tanya Haikal penasaran.

"Ngelamar anaknya."

"Hah? Serius lo? Dia ada anak perempuan emangnya?"

Gio tertawa. "Nggak. Becanda gue. Tapi pak Dirga kayaknya punya anak perempuan."

"Jangan becanda soal begituan. Nanti di Aamiin-in malaikat baru tau rasa lo. Kan lo sering bilang tuh 'kata-kata adalah doa', jadi hati-hati."

(NOT) DREAM MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang