Gio bangun dari tidurnya ketika jarum jam menunjukkan pukul 04.30 wib. Gio menyibakkan selimut dan bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu, Gio memakai sarung dan baju koko putih, tidak lupa memakai peci. Gio meraih parfum di atas meja dan menyemprotkan ke tubuhnya, karena Rasululllah menganjurkan agar laki-laki memakai wewangian ketika hendak memasuki masjid. Ya, Gio selalu rutin sholat subuh berjamaah di mesjid dekat rumahnya. Gio berjalan kaki menuju mesjid yang jaraknya hanya beberapa meter dari rumah. Laki-laki itu selalu senang berjalan kaki karena dia dapat bersilaturahim dengan tetangga dan terlebih lagi setiap langkah yang berjalan menuju mesjid di hitung pahala oleh Allah.
---
Langit masih sedikit gelap ketika Gio selesai sholat berjamaah. Dia memasuki rumah dan mendapati bi Sri sibuk di dapur mempersiapkan sarapan. Itu adalah hal rutin yang dilakukan oleh bi Sri setiap pagi. Gio terus melangkahkan kaki menuju lantai dua, lalu berhenti di depan kamar Karin. Sepertinya Karin belum bangun, batin Gio.
"Karin.." Gio mengetuk pintu kamar Karin, tapi tidak ada sahutan.
Gio memutar knop pintu dan ternyata pintu tidak di kunci. Dari depan pintu, Gio dapat melihat istrinya itu masih tertidur, mungkin masih capek karena acara pernikahan mereka.
"Karin.." Gio menghampiri Karin dan menggoyangkan tubuh Karin dengan pelan.
"Karin.. bangun. Sholat subuh."
Karin yang merasa tidurnya di usik pun membuka mata. Dia kaget mendapati Gio ada di kamarnya.
"Lo ngapain di kamar gue?"
"Mas cuma bangunin kamu buat sholat subuh."
"Tapi lo nggak sopan masuk kamar gue gitu aja."
"Nggak sopan dari mana? Jelas mas suami kamu dan mas berhak atas diri dan tubuh kamu seutuhnya."
Karin mengeratkan selimut yang menutup tubuhnya. Seketika dia bergidik ngeri mendengar kalimat yang dilontarkan Gio.
"Yaudah sana keluar."
"Nggak."
"Ish kok lo nyebelin banget sih. Gue mau mandi tau. Lo jangan modus deh."
"Yaudah mandi aja sana."
"Ya lo keluar."
"Mas nggak bakal keluar kalau kamu belum sholat subuh."
Karin memutar bola matanya malas. Nggak ayah, nggak Gio sama aja bawelnya, batin Karin.
"Iya iya. Gue sholat. Puas lo!"
Karin menghentakkan kakinya ketika turun dari ranjang. Lalu dia berjalan menuju lemari dan mengambil pakaian untuk di gantinya di kamar mandi.
Kira-kira 20 menitan Karin berada di kamar mandi. Karin sangat berharap ketika dia keluar, Gio sudah tidak berada di kamarnya. Tapi sepertinya Karin harus menelan pahit-pahit harapannya itu karena Gio masih duduk di ranjang. Tidak bergeser sedikit pun.
"Bawa mukenah?" Tanya Gio kepada Karin yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk.
Tanpa menjawab Karin mengambil mukenahnya di dalam lemari kemudian dia melaksanakan sholat subuh agar Gio segera menyingkir dari hadapannya.
Gio tersenyum melihat Karin sholat. Dia berdoa dalam hati, semoga kelak dia dan Karin dapat sholat berjamaah di rumah. Lalu saling bersalaman ketika sholat selesai dan sama-sama berdoa kepada sang ilahi.
"Gue udah sholat, jadi sekarang lo keluar dari kamar gue.!" Bentak Karin.
"Karin, sholat itu karena Allah bukan karena kamu terpaksa."
"Emang gue terpaksa. Kan lo yang maksa gue buat sholat! Dan sekarang udah kan? Lo bisa pergi dari sini."
Gio menghela napas. "Mas tunggu kamu di bawah. Kita sarapan dan berangkat bareng."
"Gue nggak sudi sarapan sama lo apalagi berangkat bareng lo ke kampus. Mending lo duluan aja."
"Kamu bisa sopan sedikit nggak? Aku suami kamu." Gio mulai emosi, tapi dia masih bisa menahannya. Menghadapi Karin sangat membuatnya kehabisan tenaga.
"Suami? Bukankah dari awal kita udah bahas itu? Apa perlu gue buat surat kesepakatan biar lo selalu ingat? Dan satu yang harus lo tau, gue punya pacar. Dan lo jangan ikut campur urusan pribadi gue.!"
Gio diam. Dia tidak membalas lagi omongan Karin. Hatinya begitu perih mendengar setiap kata yang keluar dari mulut istrinya itu.
"Yasudah kalau kamu nggak mau berangkat bareng, mas duluan."
"Bodo amat!"
Gio keluar dari kamar Karin lalu menuju kamarnya. Dia mengganti baju koko dan sarungnya dengan baju kemeja putih polos dan celana bewarna hitam. Tidak lupa mengenakan jas bewarna senada dengan celananya.
Gio turun ke lantai bawah dan menikmati nasi goreng buatan bi Sri.
"Non Karin mana atuh Tuan?" Tanya Bi Sri sembari menuangkan air putih di gelas Gio.
"Masih di atas bi. Masih istirahat." Bohong Gio. Tidak mungkin dia menceritakan yang sebenarnya.
"Masih capek ya Tuan karena olahraga semalaman."
Gio langsung tersedak mendengar kata-kata bi Sri. Dia meraih air minum dan meneguknya beberapa tegukan.
"Husst.. apasih bi."
"Hehe.. maaf Tuan."
Gio melanjutkan makannya. Perkataan bi Sri masih terngiang di telinganya. Boro-boro olahraga, sekamar aja kagak, gumam Gio.
💮💮💮
Semua karyawan yang berpapasan dengan Gio mengucapkan salam dan di balas ramah oleh sang Direktur Utama tersebut. Di balik ketegasannya, Gio adalah pemimpin yang baik. Pemimpin yang mengerti dengan keadaan karyawannya. Gio tidak pernah memaksakan kehendaknya kepada karyawan, dia akan memilih berdiskusi terlebih dahulu.
"Pengantin baru kok udah ngantor aja." Haikal masuk ke dalam ruangan Gio. Duduk di sofa putih yang tersedia di sana.
"Gimana malam pertamanya? Enak kan?" Lanjut Haikal mengedipkan sebelah matanya.
"Hmm" Gio hanya berdehem menjawab pertanyaan Haikal karena dia tidak tau harus menjawab apa. Lagian dia juga tidak tau rasanya.
"Trus kenapa lo masuk kerja? Lo nggak pengen berduan dulu sama istri lo?"
Gio menatap Haikal jengah. "Ini kantor. Mending lo kerja deh sana."
"Yaelah gitu doang ngambek."
Gio tidak merespon.
Haikal pindah tempat di depan Gio. Dia mendekatkan wajahnya ke Gio lalu dengan sedikit berbisik berkata "Gue mau ngasih lo tips gimana caranya biar istri lo cepat hamil. Gue jamin deh tips dari gue kemungkinan besar berhasil."
Muka Gio memerah. Obrolan Haikal sungguh mengganggu konsentrasinya.
"Gimana?" Haikal menaikkan sebelah alisnya. "Gue dapat tips ini dari nonton dokter Boyke di Tonight Show. Coba lo praktekin deh."
"Kal.."
"Oke oke. Gue keluar." Haikal langsung keluar dari ruangan Gio. Dia takut kena amuk oleh sahabatnya itu karena nada biacaranya berbeda dari yang biasanya.
"Astaghfirullah." Gio mengusap wajahnya kasar.
Seharusnya pagi ini Gio tidak masuk kantor. Seharusnya pagi ini dia berduaan dengan istrinya. Menghabiskan waktu berdua, atau mungkin mereka akan keluar kota atau keluar negeri untuk honeymoon. Seharusnya begitu. Tapi kenyataannya tidak. Kontak fisik saja belum ada, apalagi mempraktekkan tips yang akan di berikan oleh Haikal.
💮💮💮
-DelviSilvia
KAMU SEDANG MEMBACA
(NOT) DREAM MARRIAGE
Teen FictionBagaimana rasanya menjalani rumah tangga tanpa dilandasi rasa sayang dan cinta? Apakah saling bertahan atau saling melepaskan? Yuk baca dan ikuti kisah Gio dan Karin :) Happy reading💋 -DelviSilvia- ---- 3 Februari - 28 September 2021