DUA PULUH SEMBILAN

3.7K 166 0
                                    

Setelah berbincang dengan pengelola panti asuhan mengenai perkembangan dan kebutuhan panti, Gio dan Karin pun pamit. Sebelum meninggalkan panti, mereka menyempatkan waktu untuk berbicara dan bermain dengan anak-anak panti yang tengah bermain di lapangan depan panti.

"Om Gio, tante cantik, seling-seling main kesini ya."

Gio tersenyum. "Iyaa sayang."

"Naya sayang om Gio dan tante cantik."

Karin berlutut menyamakan tingginya dengan Naya. "Tante juga sayang sama Naya." Karin mengusap pipi perempuan kecil di hadapannya itu. "Naya baik-baik ya disini. Nanti tante sama om Gio kesini lagi."

Naya mengangguk. "Bye Om Gio, tante cantik."

"Daah sayang." Karin melambaikan tangan dan mobil Gio pun meninggalkan panti asuhan.

"Sayang..."

Karin yang merasa dipanggil pun menoleh. "Hmm?"

"Mas dari dulu pengen banget nge-adopsi Naya. Dan sekarang rasanya tambah besar."

Karin tidak menjawab.

"Tapi mas mikir lagi, kalau sekarang mas adopsi Naya, mas takut nanti dia kurang perhatian karena kamu kuliah dan mas sibuk kerja."

Karin mengangguk. Akhirnya Gio memiliki pemikiran yang sama dengan dirinya. Karin dari tadi diam karena memikirkan jika mereka mengadopsi Naya, siapa yang akan merawat dan menjaga Naya? Sedangkan dia sibuk kuliah dan Gio sibuk kerja.

"Tapi nanti kalau kamu udah selesai kuliah, kamu setuju kan kalau Naya jadi bagian dari kita?"

"Setuju Mas."

Gio tersenyum kemudian mengelus puncak kepala Karin.

"Mas. Aku kangen ayah. Aku telvon ayah ya."

Gio mengangguk.

Karin mencari kontak Dirga dan langsung menelvonnya. Semenjak ayah berangkat ke luar negeri, Karin jarang sekali berkomunikasi dengannya.

"Assalamualaikum Karin."

"Waalaikumsalam Ayah. Karin kangen banget sama ayah."

"Ayah juga kangen banget sama kamu sayang. Ayah baru aja pengen nelfon kamu, eh kamunya udah duluan."

Karin terkekeh. "Ayah kapan pulang? Aku pengen peluk ayah."

Gio hanya tersenyum mendengar perbincangan Karin dengan Dirga. Ada rasa bahagia di dirinya melihat raut bahagia di wajah Karin.

"Ayah secepatnya pulang. Kamu lagi dimana?"

"Lagi di jalan yah. Dari panti asuhan sama mas Gio."

"Oh lagi sama Gio. Kalian sehat kan?"

"Sehat yah. Ayah sehat?"

"Sehat dong." Terdengar suara kekehan di seberang telvon. "Yasudah. Ayah mau meeting. Udah dulu ya sayang. Titip salam buat Gio."

"Iya yah. Nanti Karin sampein. I Love You, Ayah."

"I love you so much, Nak."

Karin tersenyum dan kembali memasukkan hp nya ke dalam tas.

"Mau makan siang dulu nggak sayang?"

"Boleh Mas."

"Di restoran kita aja ya, mas sekalian mau ngecek resto."

Karin mengangguk. "Mas.."

"Hmm?" Balas Gio yang sedang fokus menyetir. Jalanan yang padat membuat Gio harus membawa mobilnya dengan hati-hati.

(NOT) DREAM MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang