Gio pulang dari kantor pukul 18.30 wib. Laki-laki itu bernapas lega ketika melihat mobil Karin di garasi, yang berarti istrinya itu sudah berada di rumah. Gio mengambil tas kerjanyanya lalu memasuki rumah.
"Mas.." Karin tersenyum dan mengambil tas kerja Gio, tapi dengan cepat Gio menepisnya.
"Mas kenapa?"
Gio hanya diam dan melangkah menuju kamarnya. Bayangan isi paket yang di terimanya tadi masih sangat jelas di kepala Gio. Itu benar-benar menyulut emosinya. Bahkan Gio tidak memperdulikan panggilan Karin ketika dia melangkah menuju lantai dua. Mungkin wanita itu kebingungan dengan perubahan sikap Gio.
Setelah Gio mandi, pintu kamar di ketuk dari luar. Beberapa detik kemudian terlihat Karin memasuki kamar.
"Mas.. makan malam yuk. Bibi udah siapin makanan di bawah."
"Kamu aja."
"Mas kenapa?"
"Lagi nggak nafsu."
"Mas ada masalah ya di kantor?"
Gio menghela napas. "Karin. Kamu hari Sabtu yang kita balik dari rumah Umi-Abi kemana?"
"Ng.." Gio dapat melihat perubahan pada wajah Karin. "Keluar sama Rena, mas."
"Tadi pagi kenapa telat datangnya?"
"Itu.. aku ke toilet dulu. Trus ke kantin. Eh aku lupa waktu mas, jadinya telat."
Gio menyeringai membuat bulu kuduk Karin merinding.
"Kamu nggak mau jujur?" Tanya Gio seiring langkahnya menutup pintu kamar.
"Jujur apa? Aku nggak bohong."
Gio mengambil amplop dari dalam tasnya, lalu memperlihatkan isinya kepada Karin. Nyaris bola mata Karin keluar di buatnya. Isi amplop tersebut adalah foto-foto kemesraan Karin bersama Christ. Di lengkapi tanggal pengambilan di setiap fotonya.
"Ini apa?!" Tanya Gio dengan intonasi tinggi. Wajah Gio yang putih berubah merah padam.
"Mas---"
"Kenapa kamu harus bohong sih Rin? Ini yang dinamakan jalan dengan Rena?" Gio mengangkat sebuah foto. Di foto tersebut terlihat Karin sedang berada di cafe bersama Christ dan laki-laki itu mencium pipi Karin.
"Trus ini yang di namakan ke toilet? Kamu ketemu sama dia di taman dan kamu membohongi aku?" Gio kembali memperlihatkan foto Karin dan Christ yang sedang berada di taman tadi pagi. Di foto itu mereka berpelukan.
"Dan aku juga lihat dengan mata kepala aku sendiri kalau kamu dan dia berpelukan di parkiran fakultas.! Aku ini kamu anggap apa, Karin?"
Nada bicara Gio tidak terlalu tinggi, tapi ada penekanan di setiap katanya.
Gio menghempaskan foto-foto tersebut sehingga semuanya berserakan di lantai. "KAMU BILANG, HUBUNGAN KAMU DAN DIA SUDAH BERAKHIR! NYATANYA APA? KAMU BOHONG, KARIN!"
Karin sesegukan menahan tangis. Dia sama sekali tidak menyangka akan seperti ini.
"Mas.. aku--"
Gio menggeleng. "Aku udah cukup sabar dengan kamu selama ini, Rin. Disaat aku lagi berusaha menjadi yang terbaik buat kamu, tapi kamu malah buat aku kecewa." Air mata Gio menetes. Dia benar-benar kecewa dengan apa yang di lakukan Karin.
"Hati aku sangat sakit liat foto-foto itu, Karin. Disaat aku nggak bisa dengan leluasa mencium, memegang, bahkan memeluk istri aku sendiri, tapi hal itu dengan mudah di lakukan lelaki lain kepada istri aku.!"
Gio memegang kedua pundak Karin. Mata mereka saling bertatapan. Dan mata keduanya juga berair menahan tangis. "Aku ini kamu anggap apa? Sebegitu nggak berharganya aku di mata kamu? Apa salah aku, Karin?!" Pertanyaan Gio terdengar begitu pilu.

KAMU SEDANG MEMBACA
(NOT) DREAM MARRIAGE
Teen FictionBagaimana rasanya menjalani rumah tangga tanpa dilandasi rasa sayang dan cinta? Apakah saling bertahan atau saling melepaskan? Yuk baca dan ikuti kisah Gio dan Karin :) Happy reading💋 -DelviSilvia- ---- 3 Februari - 28 September 2021