DUA PULUH DELAPAN

4.2K 171 0
                                    

Selesai membersihkan diri, Karin kembali ke lantai bawah untuk bergabung dengan keluarga Gio, ah maksudnya keluarga Karin juga. Karena sekarang mereka telah menjadi satu keluarga.

Mereka mengobrol hingga jam sepuluh malam. Yang dibicarakan hanya seputar kuliah Gino, kuliah Karin, bisnis Gio dan Abinya serta pembahasan ringan lainnya. Umi juga menanyakan perihal momongan kepada Karin dan Gio yang hanya dijawab 'Do'akan saja Umi.'

"Hari ini ngapain aja?" Tanya Gio seraya duduk diatas kasur.

"Bimbingan mas." Karin melepaskan ikat rambutnya dan ikut duduk disebelah Gio. "Sebenarnya sih bimbingannya cuma lima belas menit, tapi pak Bimo minta aku bantuin periksa laporan pratikum."

"Kok kamu mau?"

"Yakali aku nolak mas."

"Ya kenapa nggak?"

"Namanya dosen minta tolong ya pasti mahasiswa jawabnya iya, mas."

Gio mengangguk mengerti. Mana berani mahasiswa menolak permintaan dosen.

"Hp kamu kenapa nggak aktif?"

"Astagaaa... aku lupa." Karin beranjak dari kasur dan mengambil hpnya di dalam tas lalu nge-charge nya. "Hp aku lowbat mas dari pagi. Oh iya, kok kamu nggak bilang sig Abi dan Umi datang?"

"Aku udah chat kamu, tapi nggak kamu baca."

"Iya ya mas? Maaf ya mas."

Gio mengangguk seraya tersenyum. "Yuk tidur. Udah malam."

Karin mengangguk dan merebahkan tubuhnya disebalah Gio. Lampu kamar dimatikan Gio dan tidak lama kemudian sepertinya laki-laki itu sudah tertidur. Tapi mata Karin belum juga terpejam. Perutnya keroncongan. Dari pagi belum ada nasi yang masuk.

"Kamu kenapa sayang?" Tanya Gio dengan suara serak. Sepertinya laki-laki itu menyadari kegelisahan Karin.

"Ng... nggak apa-apa kok."

Gio menghidupkan lampu. "Kenapa? Cerita sama aku."

"Itu mas..."

"Kenapa?" Gio menatap Karin serius.

"Aku... laper." Jawab Karin cengengesan memegang perutnya yang berbunyi beberapa kali. Puppy eyesnya membuat Gio gemas sendiri.

Gio mencubit hidung Karin. "Yuk makan. Mas temenin."

"Makan mie goreng boleh?" Karin menengadah. Memberikan senyum terbaiknya agar Gio mengizinkannya untuk makan mie.

"Nggak boleh." Jawab Gio santai menuruni tangga.

"Makan mie rebus deh."

"Nggak boleh juga."

"Kasian loh mas mie nya di anggurin aja di dapur."

"Biar aja. Pokoknya nggak ada makan mie."

"Mas..." Rengek Karin.

Gio tidak menjawab lagi. Dia mengambil piring dan menyendokkan nasi beserta lauk. Karin yang duduk di meja makan hanya bisa memanyunkan bibir.

"Ini lebih enak dari mie." Gio meletakkan sepiring nasi di hadapan Karin.

"Mas, kamu mau bikin aku gendut? Ini nasinya banyak banget loh." Protes Karin. Bagaimana tidak? Isi piringnya lebih dominan nasi.

"Makan aja deh sayang. Ini udah larut loh." Balas Gio menguap. Sudah tidak terhitung berapa kali pria itu menguap.

Karin hanya bisa menuruti apa yang di perintahkan sang suami. Dia menyuap setiap nasi dan lauk yang terdapat di piring. Makanan mala mini terasa begitu enak dan nikmat, karena perut Karin sudah sangat kelaparan.

(NOT) DREAM MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang