TIGA PULUH ENAM

3.2K 158 4
                                    

2 hari kemudian..

Keluarga Lexy dan keluarga Farukh masih dalam keadaan berkabung. Papan bunga setiap harinya selalu bertambah di depan rumah. Begitu juga dengan hampers dan ucapan bela sungkawa. Hal tersebut menjadi bukti bahwa banyak orang yang berduka atas kepergian seorang Dirga Lexy.

Gio yang baru kembali dari pemakaman mengklakson beberapa wartawan yang berdiri di depan pagar rumah Dirga. Wartawan-wartawan tersebut hampir setiap hari berada disana untuk mencari informasi.

"Kita temuin mereka ya." Ujar Gio kepada Karin yang di iyakan Karin dengan anggukan.

Gio mematikan mesin mobil, lalu mereka keluar dari mobil. Tangan Gio meraih Karin, lalu merangkulnya. Melihat narasumber yang dicari berada di hadapan mereka, wartawan segera mengerubungi.

"Pak Gio, bu Karin, boleh minta waktunya sebentar?"

"Ya silahkan."

"Mbak Karin, apa benar yang akan menggantikan posisi Almarhum pak Dirga di Lexy Corp adalah Bu Gina Lexy?"

"Perihal siapa yang akan menggantikan posisi ayah kita belum tau mbak. Karena saya, mas Gio, dan keluarga besar belum berdiskusi mengenai hal ini."

"Tapi bu Gina telah memberikan statement kepada publik bahwa Lexy Corp diambil alih beliau, mbak."

Baik Gio maupun Karin kaget mendengarnya.

"Benar mbak. Bu Gina menemui kami dan mengatakan bahwa Lexy Corp telah jatuh ketangannya dan berita itu juga telah dimuat di sosial media."

"Maaf ya mas, mbak. Sepertinya kami harus masuk ke dalam. Terimakasih." Gio kembali membawa Karin ke dalam mobil.

Tanpa memperdulikan panggilan wartawan, mobil Gio berlalu memasuki halaman rumah.

"Mas..."

"Udah. Kamu nggak usah pikirin apa yang dikatakan wartawan tadi. Biar mas yang urus semuanya."

"Tapi mas---"

Gio menghentikan langkahnya tepat di loby. "Karin, percaya sama mas. Yang terpenting sekarang itu kesehatan kamu."

Karin mengangguk walaupun sebenarnya hatinya menolak. Dia tidak setuju apabila tante Gina yang mengganti posisi ayah di Lexy Corp.

"Setelah ini kamu makan dan istirahat."

"Aku nggak lapar, mas."

"Karin, tiga hari ini tubuh kamu kekurangan nutrisi. Nasi nggak ada masuk ke lambung kamu. Liat sekarang kamu pucat dan kurusan. Mas nggak mau kamu sakit lagi, sayang."

Karin hanya mengangguk. "Aku mau ke kamar, mas."

Gio menggenggam tangan Karin, kemudian melanjutkan langkah mereka menuju kamar.

"Gio, Karin." Panggil tante Gina. "Duduk dulu sini." Lanjutnya.

Di sofa ruang keluarga, sudah berkumpul keluarga besar Lexy. Mulai dari om Ameer dan istrinya, tante Gina beserta suami dan anak-anaknya, juga ada keluarga dari pihak lain.

Karin yang hendak duduk tidak sengaja melihat media cetak yang berada diatas meja. Tangannya meraih media cetak tersebut lalu membaca judulnya.

'MENINGGAL DUNIA 3 HARI YANG LALU, POSISI DIRGA DI LEXY CORP DIGANTIKAN OLEH SANG ADIK. GINA LEXY: SAYA YANG MENGAMBIL ALIH LEXY CORP'

"Ini maksudnya apa, tante?"

"Kamu sudah baca kan? Jadi mulai sekarang Lexy Corp tante yang ambil alih."

Karin menggeleng. "Ayah baru meninggal 3 hari, dan tante malah sibuk ngambil alih posisi ayah. Tante juga bikin statement kepada publik padahal kita belum diskusi tante."

(NOT) DREAM MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang