LIMA

3.9K 192 1
                                    

"Saya terima nikah dan kawinnya Anastasya Karina Lexy binti Dirga Lexy dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas seberat 200 gram di bayar tunai."

"Bagaimana saksi? Sah?"

"Sah."

"Alhamdulillahirobbilalamin."

Hari ini adalah hari pernikahan Gio dan Karin. Mereka merencanakan pernikahan sebulan setelah Karin menyetujui pernikahan tersebut. Akad di laksanakan di sebuah hotel bintang lima, begitu juga dengan resepsi yang langsung di laksanakan setelah ijab Kabul. Resepsi bertemakan modern, sedangkan ijab qabul dengan adat Jawa karena kedua mempelai sama-sama berdarah Jawa. Tema untuk resepsi di tentukan oleh Karin, walaupun dengan sedikit paksaan dari Dirga.

Resepsi putri tunggal orang terkaya di Indonesia tentu di hadiri oleh berbagai kalangan. Mulai dari keluarga besar kedua mempelai, kolega bisnis Lexy Corp dan Farukh Corp, teman-teman Karin dan Gio hingga para menteri dan presiden Indonesia. Resepsi di laksanakan dari pukul 10.00 wib hingga pukul 17.00 wib. Karin dan Gio selalu memasang senyum manis ketika para tamu undangan bersalaman dengan mereka.

Setelah acara resepsi usai, para tamu undangan dan keluarga kedua belah pihak meninggalkan hotel. Sedangakan kedua mempelai menginap di hotel tersebut. Sebenarnya Karin maupun Gio ingin langsung pulang saja, tetapi Dirga melarangnya dengan alasan 'kalian masih capek' dan mereka pun menurutinya.

 Sebenarnya Karin maupun Gio ingin langsung pulang saja, tetapi Dirga melarangnya dengan alasan 'kalian masih capek' dan mereka pun menurutinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mas yang mandi duluan atau kamu?" Tanya Gio ketika mereka berada di dalam kamar hotel.

"Lo aja." Jawab Karin cuek. Bahkan dia tidak menoleh kepada Gio yang telah sah menjadi suaminya.

Gio mengedikkan bahu dan berlalu begitu saja memasuki kamar mandi.

Karin memandangi wajahnya yang penuh make-up di depan cermin. Tidak ada rona bahagia di sana. Dari awal seharusnya dia tidak menyetujui pernikahan ini, tapi percuma saja menyesalinya karena nasi telah menjadi bubur. Dan yang ada di otak Karin saat ini adalah apa yang akan dia lakukan setelah ini? Tidur dengan orang yang sama sekali tidak di cintainya?

"Mas udah selesai. Sekarang kamu bisa mandi." Karin kaget melihat Gio keluar dari kamar mandi hanya bertelanjang dada. Seumur-umur Karin belum pernah melihat pria bertelanjang dada tepat di depannya, biasanya dia hanya melihat di media sosial saja.

Tanpa menjawab kata-kata Gio, Karin menuju ke kamar mandi.

*

Karin keluar dari kamar mandi dan melihat Gio sedang mengaji di atas kasur. Tanpa memperdulikan pria itu, Karin duduk di depan meja rias lalu mengeringkan rambutnya menggunakan hair dryer.

"Kamu udah sholat?" Tanya Gio setelah menutup al-quran.

Karin diam, tidak menjawab.

"Kamu udah sholat?" Ulang Gio.

"Lo nggak usah deh ngurusin gue." Lalu Karin berbalik menghadap Gio. "Mau gue sholat atau nggak, nggak ada urusannya sama lo."

"Jelas itu urusan aku. Kamu istri aku dan aku bertanggung jawab atas kamu. Apapun yang kamu lakukan, aku yang bertanggung jawab, termasuk dosa kamu."

"Kita suami-istri hanya depan ayah dan keluarga lo. Jadi anggap aja itu hanya status dan kita berhak menjalankan hidup masing-masing. Terserah lo mau pacaran dengan siapa dan gue pacaran dengan siapa."

Gio menghela napas berat. Dia tidak menyangka malam pertama mereka terjadi perdebatan seperti ini.

"Pernikahan bukan main-main, Karin.! Kita sudah berjanji di depan Allah dan ayah kamu.!"

"What ever." Karin mengedikkan bahunya lalu naik ke atas tempat tidur. "Dan please, jangan sentuh gue." Lanjut Karin menutup matanya.

Gio memandangi istrinya itu, dia hanya menggelengkan kepala melihat sikap Karin.

-----

Keesokan paginya, Gio dan Karin telah sampai di rumah Gio. Rumah yang akan mereka tempati untuk ke depannya, walaupun dengan berat hati Karin harus meninggalkan Ayah dan rumah mewahnya.

Rumah Gio memang tidak sebesar dan se-mewah rumah Dirga, tapi rumahnya masih tergolong rumah mewah dan elit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumah Gio memang tidak sebesar dan se-mewah rumah Dirga, tapi rumahnya masih tergolong rumah mewah dan elit. Rumah bernuansa putih itu sudah di bangun dan di tempati sekitar 3 tahun lalu oleh Gio, pembantu rumah tangga, satu orang tukang kebun dan satu orang supir.

Karin mengikuti langkah Gio memasuki rumah dan mereka langsung menuju ke lantai dua. Langkah Gio terhenti di depan sebuah kamar. Dia memutar badannya menghadap Karin.

"Gue mau kamar sendiri." Terang Karin ketika mereka berhadap-hadapan.

"Sebegitu nggak pentingnya pernikahan ini bagi kamu?"

"Dari awal gue emang nggak menyetujui pernikahan ini. Gue cuma ngikutin permintaan ayah."

Seharusnya Gio dari awal tau itu.

"Jadi plis jangan berharap gue mau satu kamar bahkan tidur sama lo.!" Lanjut Karin.

"Kalau itu mau kamu, silahkan. Kamu bisa pakai kamar yang ada di belakang kamu." Setelah mengatakan itu, Gio masuk ke dalam kamarnya.

Bukan pernikahan seperti ini yang di impikan Gio. Dia dari dulu Gio selalu memimpikan pernikahan yang harmonis, di selimuti kebahagian, saling memberi rasa hangat dan nyaman.

Tapi Gio berusaha untuk tidak menyesali pernikahannya dengan Karin, karena Gio yakin ini adalah takdir yang sudah di gariskan oleh Allah. Mungkin Allah ingin Gio membimbing Karin menjadi lebih baik dan itu tidak bisa di lakukan secara instan.

Gio merebahkan tubuhnya di atas kasur, selang beberapa detik, pintunya di ketuk dari luar. Gio kembali bangkit dan membuka pintu. Dia mendapati Karin berdiri di sana.

"Gue nggak tau gimana cara menata baju dalam lemari." Ujar Karin.

Gio tersenyum samar. Dia memaklumi jika Karin tidak pandai menata baju ke dalam lemari karena dari kecil hidup Karin sudah ada yang mengatur, bahkan sampai hal-hal kecil seperti itu.

"Minta tolong sama bi Sri."

"Gue nggak tau bi Sri yang mana."

"Ya cari sendiri dong."

"Lo yang nyariin dong, kan lo suami gue!" Geram Karin ketika Gio bersikap cuek kepadanya.

"Suami? Bukannya tadi malam kamu bilang itu hanya berlaku depan orang tua kita?"

"Ish nyebelin banget sih lo!" Setelah mengatakan itu, Karin turun ke lantai dasar untuk mencari bi Sri.

Gio kembali ke dalam kamar dengan senyum yang mengembang di bibirnya. Karin terlihat sangat menggemaskan, apalagi dalam keadaan kesal seperti tadi. Sebenarnya Gio bisa saja membantu Karin menyusun baju ke dalam lemari, itu akan terlihat romantis apabila mereka saling cinta, tapi kenyataannya tidak. Gio sengaja mengikuti alur permainan Karin agar perdebatan tidak selalu ada di antara mereka. Dan Gio percaya, suatu hari nanti Karin akan jatuh cinta kepadanya dan pernikahan ini akan menjadi pernikahan yang di dambakan oleh keduanya.

💮💮💮

-DelviSilvia

(NOT) DREAM MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang