EMPAT

4K 184 0
                                    

"Gue udah bilang sama lo, jangan asal ngomong. Kejadian kan."

Gio mengacak rambutnya frustasi. Omelan Haikal membuatnya semakin pusing. Sekarang mereka lagi berada di ruangan Gio dan laki-laki itu menceritakan permintaan pak Dirga kepada Haikal.

"Jadi gimana? Lo mau ngabulin permintaan pak Dirga buat nikahin anak perempuannya itu?

"Gue nggak tau."

"Kalau menurut gue sih nikahin aja. Lagian umur lo juga udah 28 tahun. Lo nggak pengen jadi bapak kayak gue? Nikah itu ibadah bro. Enak juga."

"Gue nggak pengen nikah karena terpaksa, Kal."

Haikal menyesap kopinya, lalu meletakkan kembali diatas meja. "Niatkan semuanya Lillahi Ta'ala. Inshaallah Allah memberkahi pernikahan kalian."

Gio tak bergeming lagi. Pikirannya bercampur aduk. Apakah dia harus menerima permintaan pak Dirga?

"Kalau lo masih ragu, mending lo sholat istiqoroh. Minta petunjuk sama Allah."

"...."

"Mending gue kerja dari pada ngomong sendiri." Haikal yang kesal karena Gio tidak menanggapi perkataannya pun keluar dari ruangan sang 'Direktur Utama' tersebut.

"Ya Allah. Beri hamba petunjuk." Gumam Gio mengusap wajahnya frustasi.

💮💮💮

Karin merebahkan dirinya di ayunan sebelah kolam renang. Hari ini tidak ada jadwal kuliah dan Karin ingin menghabiskan waktunya dirumah saja. Karin menghirup udara segar di sekitarnya. Tangannya sibuk membuka aplikasi online shop. Hidup Karin bisa dikatakan terlalu enak. Kelewat enak malahan. Dia bisa mendapatkan apapun tanpa harus berusaha terlebih dahulu. Terlahir dari keluarga konglomerat membuat kehidupan Karin serba gampang di tinjau dari sisi manapun. Terkecuali untuk urusan kuliah. Sampai detik ini, Karin belum mempersiapkan tugas akhirnya. Dia sama sekali belum menyentuh skripsi, padahal Karin telah berada di semester 7. Sudah seharusnya Karin seminar proposal seperti teman-temannya dan juga Rena.

"Ren, menurut lo baju ini bagus nggak?" Karin memperlihatkan sebuah foto baju croptop kepada Rena yang duduk di sebelahnya.

"Bagus Non." Rena berkata jujur. Karena memang majikannya itu selalu cocok mengenakan baju jenis apapun.

"Oke. Gue beli dua deh, lo suka nggak?"

"Terlalu terbuka buat saya Non. Nggak cocok."

"Jadi lo mau yang mana?"

"Nggak usah beliin saya Non. Baju saya masih banyak."

"Ren please deh. Nggak usah sok segan gitu sama gue. Lagian tiap hari lo sama gue, yakali baju lo nggak nyamain baju gue." Kata-kata Karin terdengar sedikit kasar, tetapi Rena tau maksud Karin itu baik.

Sebenarnya Karin itu baik, ketika berbelanja dia akan selalu membelikan Rena. Apapun itu. Hanya pembawaannya saja yang jutek dan judes.

"Gue pesan suka-suka gue ya. Lo harus pake apapun nanti yang gue beliin." Ujar Karin lalu mengklik tombol beli pada salah satu foto baju croptop bewarna navy. Karin juga memilihkan Rena baju kemeja bewarna maroon.

"Selesai." Gumamnya kegirangan.

"Karin." Suara Dirga terdengar. Pria paruh baya itu menghampiri putrinya.

"Selamat pagi, Pak." Sapa Rena yang di balas Dirga dengan anggukan.

"Ayah nggak kerja?" Karin merubah posisinya menjadi duduk. Membiarkan Dirga duduk di sebelahnya.

"Nanti siang, sekalian rapat sama klien."

Karin mengangguk.

"Ayah mau ngomong serius sama kamu."

"Apa?"

"Kamu mau menikah dengan Gio?"

Karin langsung menoleh kepada Dirga. Apakah ayahnya itu sedang bercanda?

"Yah. yang benar aja."

Dirga memegang tangan Karin. "Ayah mohon. Demi ayah."

"Nggak yah. Nggak.!" Tolak Karin.

"Karin.. Ayah semakin tua. Tidak lama lagi pun mungkin ayah akan di panggil sama yang maha kuasa. Ayah nggak mau kamu hidup seperti ini terus. Ayah ingin kamu punya pendamping hidup yang bertanggung jawab, taat kepada penciptanya, dan itu ada di Gio, sayang."

Karin menggeleng. "Aku bisa nikah dengan Christ Yah. Dia pacar aku."

"Ayah tidak setuju."

"Ayah nggak bisa maksain kehendak ayah ke aku dong. Yang bakal ngejalaninnya aku yah. Lagian Karin masih muda, masih 22 tahun." Bentak Karin. Emosinya sudah di ubun-ubun. Dia tidak sudi menikah dengan pria menyebalkan itu.

Tiba-tiba saja tubuh Dirga melemah. Badannya terjatuh ke arah Karin. Dirga pingsan.

"Yah.. ayah." Panggil Karin tapi tidak ada sahutan.

"Ren, telpon dokter pribadi ayah. Sekarang.!"

Rena mengangguk dan bergegas keruang utama.

----

"Bagaimana keadaan ayah, Dok?" Tanya Karin kepada dokter Ihsan, dokter pribadi keluarga Lexy.

"Keadaannya sudah mulai membaik. Hanya saja pak Dirga lemah jantung. Jangan sampai beliau begitu shock."

Karin mengangguk dan memandang ayah yang sedang tertidur dengan nanar.

"Saya permisi mbak Karin."

"Baik. Thank you Dok."

Dokter Ihsan mengangguk lalu keluar kamar diantar Rena.

"Yah.." Panggil Karin menggenggam tangan Dirga. Sungguh, Karin takut ayah meninggalkannya. Itu hal yang paling Karin takutkan dari dulu.

Mata Dirga terbuka secara perlahan. Dia tersenyum ke arah Karin.

"Karin mau menikah dengan Gio, yah." Kata itu keluar begitu saja dari mulut Karin.

Karin tidak punya pilihan lain, dia harus mengikuti kemauan ayah agar ayah selalu sehat. Lagi pula, pria itu tidak jelek, pikir Karin.

"Benar?"

Karin mengangguk. Binar kebahagian tampak jelas di mata Dirga. Karin tidak sanggup untuk meruntuhkannya.

"Percaya sama ayah. Kamu pasti hidup bahagia dengan Gio."

Karin hanya bisa mengangguk.

💮💮💮

Pak Dirga Lexy Corp

Assalamualaikum Gio.
Apa kabar? Semoga Allah selalu melindungi kamu dimana saja.
Bagaimana dengan tawaran saya? Apa kamu bersedia?

Gio memandangi pesan dari Dirga. Otaknya masih berpikir, apakah perempuan itu bersedia menikah dengannya? Pertanyaan itu memenuhi pikiran Gio. Gio juga telah beberapa kali sholat istiqoroh untuk meminta petunjuk kepada Allah, dan Allah memberi petunjuk melalui mimpi. Karin selalu hadir di dalam mimpinya.

Waalaikumsalam.
Alhamdulillah saya sehat. Bapak bagaimana? Semoga selalu sehat yaa.
Inshaallah minggu depan saya akan datang bersama keluarga untuk melamar putri bapak.


Dengan Bismillah, Gio memutuskan untuk menerima tawaran pak Dirga. Tidak masalah baginya, Gio akan mengenal Karin setelah menikah. Lagi pula menikah juga penghalang untuk berzina.

Gio mengambil hp dan mengetik nomor keluarganya. Memberi kabar bahwa dia akan menikah.

Gio sudah lama tidak tinggal bersama dengan orang tua dan adik-adiknya. Laki-laki bertubuh jangkung dan berkulit putih itu lebih memilih tinggal sendiri di sebuah rumah hasil jerih payahnya.

💮💮💮

-DelviSilvia

(NOT) DREAM MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang