EMPAT BELAS

4K 196 2
                                    

"Karin bangun." Gio menepuk pipi Karin pelan. "Karin.."

"Hmm.."

"Ayo pulang. Udah malam."

"5 menit lagi." Karin tetap menutup matanya.

"Ini udah jam 6 sore. Sebentar lagi maghrib. Kamu mau disini sampai malam?"

Saat ini jarum jam sudah pukul 18.00 Wib. Gio sengaja tidak membangunkan Karin dari pukul 17.00 tadi, karena dia dia tidak tega membangunkan Karin yang begitu pulas.

"Karin ayo. Atau kamu mau disini sendiri? Mas pulang yaa. Assalamualaikum."

"Enggak." Karin langsung bangun dari tidurnya. "Ih rese banget sih lo. Kepala gue jadi pusing nih."

Gio tersenyum. "Pasang sepatunya. Ayo pulang."

Karin mendengus sembari memasang sepatunya. Lalu mereka turun ke basement. Keadaan kantor sepi, di basement hanya terlihat beberapa mobil saja. Mungkin mobil karyawan yang lembur.

Di dalam mobil Karin kembali mencoba menutup matanya. Dia ingin melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu. Tapi, bunyi klakson mobil yang saling bersahutan di tengah kemacetan membuatnya tidak bisa tertidur.

"Berisik banget sih. Udah tau macet, masih aja nge-klakson."

Gio hanya diam saja. Membiarkan Karin mengomel sendiri.

Allahuakbar Allahuakbar....

Suara adzan maghrib berkumandang. Gio langsung saja membelokkan mobilnya ke arah masjid yang berada di pinggir jalan, meskipun beberapa mobil mengklakson mobilnya.

"Kita sholat dulu ya. Udah adzan." Gio membuka seatbeltnya.

"Tapi gue laper. Dari tadi belum makan."

"Astaghfirullah. Ayo kita makan dulu, nanti kamu sakit."

"Makan dimana?"

"Tuh." Karin mengikuti arah tunjuk Gio. Dari dalam mobil dia melihat ada penjual bakso.

"Hah? Di situ?"

"Iya. Ayok."

"Enggak deh. Makan di resto depan pertigaan aja yuk."

"Emang kenapa kalau makan di sini? Kalau kita makan sama bapak yang jualan bakso di depan, kita ngebantu perekonomian beliau. Lagian beliau jualan juga nyari makan, Karin."

"Yaudah." Pasrah Karin.

Gio menggandeng tangan Karin menuju tempat bakso tersebut. Kemudian Gio memesan dua porsi bakso. Seumur hidup Karin, baru kali ini dia makan makanan pinggir jalan.

"Gimana? Enak kan?"

"Not bad lah."

"Aku suka makan di tempat kayak gini, dan aku juga suka belanja di warung sebelah rumah kita."

"Kenapa?" Tanya Karin dan memakan bakso terakhirnya.

"Ya biar aku selalu bersyukur dengan apa yang aku punya. Karena nggak semua orang seberuntung kita."

Karin hanya mengangguk.

"Berapa pak?"

"24 ribu mas."

"Ini pak. Ambil saja kembaliannya."

"Alhamdulillah. Terimakasih banyak pak, bu. Semoga rezeki bapak dan ibu selalu bertambah."

"Aamiin. Terimakasih ya pak."

Karin sangat terharu melihatnya. Uang yang nominalnya kecil bagi Karin, ternyata sangat berharga bagi orang lain.

(NOT) DREAM MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang