DUABELAS

4.1K 190 0
                                    

Satu minggu telah berlalu semenjak pertengkaran hebat antara Gio dan Karin. Selama itu pula keduanya saling diam. Tidak ada yang memulai komunikasi terlebih dahulu. Gio lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Gio selalu berangkat kerja pukul 06.00 wib dan pulang pukul 20.00 wib. Sesampai di rumah pun Gio langsung tidur. Begitu setiap harinya.

Tidak jauh berbeda, Karin juga lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Karin keluar rumah setelah Gio berangkat kerja dan pulang sebelum Gio kembali. Dia tidak pernah di sapa maupun menyapa Gio. Mereka seperti dua orang asing yang tinggal di satu atap. Terkadang Karin ingin kembali ke rumah ayah, tapi hatinya berkata lain. Dia juga takut ayah terkena serangan jantung lagi jika Karin menceritakan permasalahannya dan Karin tidak mau itu terjadi.

Karin sadar dia yang salah dalam pertengkaran ini, dia terlalu dalam melukai Gio. Karin pernah berkeinginan untuk meminta maaf, tapi Karin mengurungkan niat tersebut karena egonya yang tinggi. Karin lebih memilih diam, meskipun di lubuk hatinya paling dalam dia merindukan semua sikap Gio kepadanya seperti dulu.

Hari ini Karin berada di kampus karena ada jadwal mata kuliah ekonomi. Ketika Karin memasuki kelas, teman-temannya sudah pada heboh. Ada yang main game dan ada juga yang bergosip ria. Biasanya Karin akan ikut bergabung dengan kelompok yang bergosip, tapi kali ini tidak. Dia lebih memilih untuk duduk di kursinya bersama Rena sembari berdoa semoga yang mengajar hari ini pak Irfan bukan Gio.

"Assalamualaikum."

Doa Karin ternyata tidak terkabul.

----

Gio melangkahkan memasuki ruang kelas yang akan di ajarnya. Tadi pagi pak Irfan menelponnya lalu mereka berdiskusi bersama Dekan Fakultas dan di dapatkan keputusan bahwa Gio akan mengajar sampai Ujian Akhir Semester. Awalnya Gio menolak tapi karena pak Irfan memohon kepadanya, akhirnya Gio menyanggupi.

"Assalamualaikum." Gio mengucapkan salam ketika memasuki kelas.

"Waalaikumsalam."

Gio meletakkan segala peralatannya di atas meja. Hari ini Gio mengenakan baju kemeja abu-abu dan celana hitam, membuat penampilannya semakin tampan dan tegas.

"Silahkan kumpulkan tugasnya."

Gio memperhatikan semua mahasiswanya mengeluarkan makalah mereka dari dalam tas lalu mengumpulkannya ke depan. Mata Gio menangkap Rena mengeluarkan dua makalah kemudian memberikan satu makalah kepada Karin. Gio segera mengalihkan pandangannya ketika Karin berjalan ke meja dosen untuk mengumpulkan tugas.

"Sudah semuanya?" Tanya Gio setelah seluruh mahasiswa kembali duduk.

"Sudah pak."

Gio mengangguk lalu berdiri. Matanya menatap seisi kelas dengan tatapan tajam, membuat semua mahasiswa yang berada di dalam kelas merasa terintimidasi.

"Jujur sama saya. Siapa disini yang tugasnya di buatkan orang lain?"

Kelas menjadi ribut karena pertanyaan Gio. Mereka mulai berbisik-bisik, siapa yang di maksud oleh Gio.

Gio memperhatikan Karin sekilas, terlihat sedikit raut kaget bercampur gelisah di wajahnya.

"Tidak ada yang mau jujur? Oke nggak apa-apa. Tapi saya sudah tau orangnya."

"Siapa pak?"

"Kalian tidak perlu tau karena saya tidak mau mempermalukan mereka." Gio mengambil spidol di atas meja. "Nanti yang merasa tugasnya di buatkan dan yang membuatkan, silahkan temui saya di ruangan pak Irfan. Kalau tidak ada yang datang, saya pastikan nilai kalian satu kelas di bawah C."

Mendengar pernyataan Gio yang lebih mengarah kepada ancaman tersebut membuat seisi kelas menjadi ribut. Mereka tidak terima nilai mereka C gara-gara kesalahan dua orang.

(NOT) DREAM MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang