"Pengantin baru emang selalu lengket ya." Goda Haikal kepada Gio dan Karin. Keduanya menghampiri Haikal dengan tangan yang saling menggenggam.
"Kalau gue tau tamu nya lo, malas banget gue turun." Balas Gio sarkastik. Haikal dan istrinya tertawa mendengar kalimat Gio.
"Haii." Sapa Dinda kepada Karin. "Aku Dinda, istri Haikal."
"Karin." Balas Karin manis.
"Selamat ya Karin, Gio atas pernikahan kalian. Maaf waktu itu aku nggak bisa datang, maklum lagi trimester pertama." Dinda mengelus perutnya yang terlihat sedikit membuncit karena sedang hamil.
"Iya nggak apa-apa kok kak. Btw udah berapa bulan kak?"
"Baru tiga bulan Rin."
Karin mengangguk.
"Kamu kapan nyusul Rin? Biar dedek dalam perut ada temennya nanti."
"Hah?" Karin yang mendapat pertanyaan seperti itu kaget. Dia tidak tau harus menjawab apa.
"Doain aja Din." Akhirnya Gio yang menjawab karena menyadari keterkejutan Karin. Dia takut nanti Haikal dan Dinda menjadi curiga.
Haikal meminum orange juice yang di sediakan bi Jum sebelum Gio dan Karin turun.
"Gimana Gio Rin? Enak?" Tanya Haikal to the point. Satu cubitan dari Dinda mendarat di paha Haikal. Pertanyaan Haikal membuat Dinda malu mendengarnya.
"Enak gimana mas?" Tanya Karin polos. Sedangkan Haikal dan Dinda cekikikan melihat ekspresi polos Karin.
"Udah deh Kal nggak usah nanya yang aneh-aneh." Potong Gio kesal.
Haikal mengangguk di iringi tawanya.
Enak? Maksudnya gimana? Pikir Karin. Lalu dia menunduk menyembunyikan pipinya yang seketika panas ketika mengetahui 'enak' yang di maksud Haikal.
Obrolan Gio, Karin, Dinda dan Haikal berlangsung sampai pukul sembilan malam. Mereka mengobrol perihal kehidupan rumah tangga, lebih tepatnya Dinda curhat bagaimana kehidupannya setelah mendapat suami seperti Haikal. Laki-laki humoris yang juga bisa sangat tegas apabila ada yang salah atau bahkan ada yang menyenggol kehidupan rumah tangga mereka, Haikal tidak akan segan-segan mengahabisinya.
Setelah Haikal dan Dinda pamit, keheningan terjadi di antara Karin dan Gio. Keduanya masih duduk di sofa, saling mengedarkan pandangan. Tidak tau apa yang akan di lakukan selanjutnya.
Tapi semenit kemudian Gio beranjak dari sofa terlebih dahulu."Mau kemana?" Tanya Karin ketika kaki Gio tepat melangkah di anak tangga kedua.
Gio berbalik lalu menautkan alisnya.
"Kemana?" Tanya Karin lagi. Kali ini suaranya lebih lembut.
"Ke kamar."
"Mas Gio mau nemenin aku duduk nggak?"
Gio mengerjapkan mata beberapa kali. Dia juga mempertajam telinganya. Apa barusan Gio salah dengar? Nggak. Gio nggak salah dengar. Dia mendengar jelas apa yang keluar dari mulut Karin. Sungguh ini sebuah keajaiban.
"Kamu sehat kan Rin?" Itu adalah pertanyaan bodoh yang keluar dari mulut seorang Ginova Farukh Setiawan. Sungguh tidak memperlihatkan dirinya sebagai laki-laki pintar.
"Lo kira gue kesurupan?"
Nah kan.. Setannya keluar lagi.
Gio kembali menuju sofa dan duduk di sebelah Karin. Jarak mereka hanya dua jengkal.
Karin mengerutkan kening heran. Dia mendelik tajam ke arah Gio. "Ngapain duduk lagi?"
"Mas Gio mau nemenin aku duduk nggak?" Gio meniru cara bicara Karin. "Lupa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
(NOT) DREAM MARRIAGE
Teen FictionBagaimana rasanya menjalani rumah tangga tanpa dilandasi rasa sayang dan cinta? Apakah saling bertahan atau saling melepaskan? Yuk baca dan ikuti kisah Gio dan Karin :) Happy reading💋 -DelviSilvia- ---- 3 Februari - 28 September 2021