TIGA PULUH

4.2K 170 0
                                    

Gio membuka mata ketika handphonenya berdering. Dia mengedipkan mata berkali-kali menyesuaikan dengan cahaya yang masuk.

'Siapa yang nelvon tengah malam begini.' Gumam Gio dan mengambil hp nya yang berada di saku celana.

'Kamil?' Gumam Gio ketika melihat nama orang yang menelponnya adalah Kamil, asisten pribadi Dirga.

"..........."

"Ya selamat malam, Mil.?"

"............"

"Saya sedang di rumah sakit. Karin sedang di rawat. Ada apa?"

"......................................................................"

"Astaghfirullah... Saya minta tolong sama kamu, kamu tetap jagain beliau ya. Laporkan ke saya apapun yang terjadi. Minta dokter buat kasih yang terbaik."

"..........."

"Terimakasih Mil."

Gio mematikan sambungan telvon dan mengusap wajahnya lalu beristighfar beberapa kali. Pikirannya saat ini bercabang. Banyak sekali permasalahan yang harus diselesaikan dan Gio bingung harus menyelesaikan yang mana terlebih dahulu.

"Ada apa Mas?"

Gio mengalihkan pandangannya kepada Karin yang masih terbaring diatas tempat tidur rumah sakit.

"Nggak ada apa-apa, Rin."

"Bohong."

Gio menggeleng seraya mengusap kepala Karin. "Kamu tidur lagi ya."

"Nggak mau. Mas cerita dulu. Mas itu kenapa?"

"Nggak ada apa-apa sayang. Mas cuma kebangun aja."

Karin memandang Gio dengan tatapan tidak percaya.

"Sudah. Kamu tidur lagi ya biar besok bisa pulang."

Keadaan diam sesaat. Hening.

"Mas."

"Iya?"

"Ayah kapan pulang? Aku chat kok nggak di balas ya? Padahal selama ini ayah nggak pernah kayak gitu."

"Mungkin ayah sibuk. Besok kita telvon ya."

Karin mengangguk.

"Sekarang kamu tidur. Mas mau sholat."

"Iyaa."

Karin memandangi Gio yang masuk ke dalam toilet untuk mengambil wudhu. Karin yakin ada hal penting yang disembunyikan Gio.

***

09.45 Wib

"Selamat pagi pak, bu, saya periksa dulu ya."

"Iya silahkan dok."

Dokter Nike yang bertugas pagi ini memeriksa keadaan Karin. Dia memeriksa detak jantung dan juga tensi Karin.

"Alhamdulillah keadaan bu Karin sudah membaik tapi tensinya masih rendah. Ibu harus perbanyak asupan proteinnya ya."

Karin mengangguk. "Saya sudah boleh pulang, Dokter?"

"Sudah bu. Tapi ibu jangan terlalu capek dan stres."

"Baik dok. Terimakasih."

"Sama-sama ibu. Kalau begitu saya permisi ya pak, bu." Setelah Gio mengangguk, dokter Nike bersama perawat keluar dari ruang inap Karin.

"Yuk Mas kita pulang. Aku mau nyelesain skripsi."

Gio menatap Karin tajam dan sinis.

"Becanda sayaang." Karin terkekeh lalu memeluk Gio.

(NOT) DREAM MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang