TIGA PULUH TUJUH

3.3K 159 5
                                    

Karin mengerjapkan matanya beberapa kali. Ketika kesadarannya mulai terkumpul, Karin mengedarkan pandangan mencari keberadaan Gio, tapi dia tidak menemukan pria tersebut di dalam kamar.

"Mas.." Panggil Karin.

Ceklek

Karin langsung menoleh kearah pintu yang terbuka, disana terlihat Rena dengan nampan berisi nasi dan air mineral.

"Non, makan dulu."

"Mas Gio mana, Ren?"

"Tadi keluar, Non. Dan bapak minta saya buat jagain, Non."

"Keluar kemana?"

Rena menggeleng.

Karin menghela nafas lalu mengambil hp nya di nakas. Dia menghubungi Gio.

"Halo mas. Kamu dimana?"

"Kamu udah bangun sayang?"

"Aku nanya kamu mas. Kamu jangan nanya balik. Kamu dimana?"

"Mas ada urusan, sayang."

"Urusan apa?"

"Kamu udah makan?"

"Mas, urusan apa?"

"Kerjaan. Udah ya nanya-nanya nya."

"Ish."

"Sekarang giliran mas yang nanya, kamu udah makan?"

"Aku nggak laper."

"Mau sampai kapan kayak gitu? Sekarang kamu makan. Mas nggak mau tau. Nanti mas tanya sama Rena."

Tit..

"Mas. Ish." Karin mendecak kesal karena sambungan telvon di putuskan sepihak oleh Gio.

"Non, ini nasi beserta obat. Silahkan dimakan."

"Obat? Obat apa?" Karin mengambil piring kecil yang diatasnya terdapat 3 macam obat.

"Saya kurang tau Non. Tadi pak Gio meminta saya untuk meyiapkannya."

Karin memutar matanya malas. "Hmm Ren. Dirumah siapa aja?"

"Udah nggak ada siapa-siapa, non."

"Om Ameer?"

"Sudah balik Non. Beliau titip salam buat Non. Katanya nggak sempat nunggu non bangun."

"Oh yaudah."

"Saya permisi, non."

Karin mengangguk. Dia berjalan menuju sofa yang terletak dekat jendela kamar. Karin memandang nasi di hadapannya tanpa selera.

Handphone Karin bergetar mendapat satu pesan masuk dari Gio.

Mas Gio🕵

Nasinya dimakan. Obatnya juga. Jangan cuma di liatin doang sayang. Awas kalau kamu ga makan lagi.

Mas dukun ya?
Kok tau apa yang aku lakuin sekarang?


Karin memperhatikan sekeliling, lalu bergidik ngeri.

*

Gio tersenyum setelah membaca pesan dari Karin. Kemudian dia memasukkan hp nya ke dalam saku celana.

"Pak Gio." Pak Kardi, pengurus panti asuhan menghampiri Gio.

"Pak Kardi, kenapa panti bisa terbakar?"

Pak Kardi menggeleng. "Tadi saya dan anak-anak sedang bersih-bersih panti pak, trus tiba-tiba ada suara ledakan dari luar dapur dan tidak lama setelah itu api langsung membakar bagian belakang panti."

(NOT) DREAM MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang