"Lo kenapa bisa sakit sih, Yo? Ngerepotin aja tau nggak." Ujar Haikal dengan nada kesal yang di buat-buat.
Pagi ini Haikal sedang berada di rumah Gio karena pukul enam pagi dia di telvon oleh bi Jum. Asisten rumah tangga Gio itu mengabarkan bahwa Gio demam tinggi dan Gio meminta bi Jum untuk menelponkan Haikal.
"Karin mana?" Tanya Haikal penasaran. Sebab dari satu jam yang lalu dia tidak melihat keberadaan Karin.
Gio masih bergeming di atas tempat tidur. Badannya yang menggigil ditutup selimut. Kepalanya berdenyut sakit. Bibirnya juga pucat.
"Karin... pergi dari rumah."
Haikal cukup kaget mendengar jawaban Gio. Tapi Haikal mencoba untuk tidak bertanya lagi. Dia membiarkan Gio melanjutkan kalimatnya.
"Sudah tiga hari dia pergi dan gue nggak tau dia dimana. Gue udah nyari kemana-mana, tapi gue nggak jumpa Karin, Kal. Gue khawatir banget."
Haikal mengangguk mengerti. "Kenapa Karin bisa minggat dari rumah?"
Gio merubah posisinya menjadi duduk. "Ini salah gue Kal. Gue yang terlalu egois di permasalahan ini."
"Kal... Pernikahan gue sama Karin itu karena di jodohkan pak Dirga dan lo tau itu kan?" Haikal mengangguk.
Gio menceritakan perihal pernikahannya kepada Haikal. Mulai dari awal mereka menikah hingga permasalahan rumah tangga mereka saat ini. Haikal mengangguk paham. Dia tidak menyalahkan Karin maupun Gio. Dan dia juga tidak membenarkan keduanya. Menurut Haikal, permasalahan rumah tangga sahabatnya itu murni kesalah pahaman.
"Yaudah kalau gitu lo istirahat aja. Gue harus ke kantor."
Gio mengangguk. "Thanks ya."
"Santai. Gue duluan. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam."
Setelah kepergian Haikal, Gio mengambil hpnya di nakas. Yang pertama kali di lakukannya adalah membuka email, dan Gio harus kecewa karena emailnya tak kunjung di balas Karin.
Gio bangkit dari posisinya dan mengganti pakaian. Dia sudah bertekat mencari Karin melalui Rena. Tadi malam Gio telah membuat janji dengan Rena untuk bertemu di kedai kopi dekat kampus.
"Loh tuan mau kemana? Tuan kan masih sakit. Nanti tuan kenapa-kenapa."
"Nggak usah khawatir Bi. Saya pergi di antar mang Asep kok. Saya berangkat ya Bi. Assalamualaikum." Pamit Gio sembari mengeratkan jaket yang di kenakannya.
Meskipun suhu Jakarta lagi panas-panasnya, tapi Gio merasakan tubuhnya dingin, sehingga dia perlu mengenakan jaket.
Gio membelah jalanan ibu kota diantar mang Asep, supir pribadinya yang telah bekerja dengan Gio selama 8 tahun. Belakangan ini Gio jarang menggunakan jasa mang Asep karena Gio lebih suka membawa mobil sendiri. Setelah menyuruh mang Asep untuk menunggunya di mobil, Gio melangkah memasuki kedai kopi tersebut. Di pojok ruangan dekat kaca, terlihat Rena tengah duduk seorang diri.
"Maaf Ren, saya telat."
"Oh iya pak, nggak apa-apa. Bapak sakit?" Tanya Rena ketika melihat wajah pucat Gio.
"Sedikit." Jawab Gio tersenyum.
Rena mengangguk.
"Kamu tau Karin dimana Ren?"
"Maksud bapak?" Rena mengerutkan kening. Dia bingung dengan pertanyaan Gio.
"Karin pergi dari rumah, Ren. Saya bingung mau nyari dia kemana lagi. Semuanya gara-gara ini." Gio menyodorkan foto-foto Karin dan Christ yang di dapatkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(NOT) DREAM MARRIAGE
Teen FictionBagaimana rasanya menjalani rumah tangga tanpa dilandasi rasa sayang dan cinta? Apakah saling bertahan atau saling melepaskan? Yuk baca dan ikuti kisah Gio dan Karin :) Happy reading💋 -DelviSilvia- ---- 3 Februari - 28 September 2021