TIGA PULUH DELAPAN

3.5K 157 5
                                    

"Mas, kamu dari mana aja sih?" Tanya Karin ketika Gio baru saja melangkahkan kaki memasuki rumah.

Gio tersenyum lalu mengecup kening Karin.

"Keadaan kamu gimana? Udah membaik?"

"Kebiasaan deh di tanya malah nanya balik."

Gio terkekeh. "Jawab dulu pertanyaan mas. Keadaan kamu gimana?"

"I'm good, Mas." Jawab Karin sembari menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang tengah. "Aku udah makan dan minum obat juga. Mmm wait..." Karin menjeda kalimatnya.

"Kenapa?" Gio mengernyitkan kening.

"Obat yang aku minum itu obat apa?"

"Yang kamu minum itu vitamin sayang. Terus obat penenang juga."

"Obat penenang?"

Gio mengangguk.

"Emangnya aku gila?"

"Enggak sayang." Gio meraih tangan Karin lalu mengecupnya. "Obat penenang itu bukan cuma buat orang gangguan jiwa."

"Terus?"

"Tadi dokter ngasih kamu obat penenang karena kamu masih shock dengan apa yang terjadi belakangan ini. Kalau kamu udah ngerasa sehat dan nggak butuh lagi, its okay. Kamu nggak usah konsumsi obat itu lagi."

Karin menoleh kepada Gio lalu tersenyum lebar. "Bener?"

"Iyaa." Gio mengangguk lalu mengacak rambut Karin.

"Jadi kamu dari mana?"

"Panti Asuhan dan Rumah sakit."

"Siapa yang sakit, Mas?"

Gio menghela napas sebelum menjawab pertanyaan Karin. "Panti kebakaran dan tiga anak menjadi korban. Mereka sekarang lagi di rawat di rumah sakit, sayang."

"Kok bisa, Mas?" Tanya Karin yang terkejut mendengar penjelasan Gio.

Gio menggeleng. "Mas juga nggak tau. Kata pak Kardi tiba-tiba ada ledakan di area belakang panti dan dengan cepat api membakar semuanya."

"Mas yang sabar ya." Karin mengelus lengan Gio. "Aku yakin Mas bisa lewatin ini semua. Mas kan jagoan." Lanjut Karin dengan senyum lebarnya.

Gio terkekeh mendengar penuturan Karin. Dia bahagia melihat Karin bisa kembali tersenyum. Senyuman Karin juga mampu mengembalikan mood Gio dan juga mampu menghilangkan rasa lelah dan beban yang dipikulnya.

"Jadi korbannya siapa aja, Mas?"

Gio diam sejenak. Dia tidak langsung menjawab. Dia sedang berfikir, apakah Gio harus mengatakan kepada Karin bahwa Naya adalah salah satu korbannya? Tapi kalau tidak memberitahu Karin, Gio takut suatu hari nanti dia akan menyesal.

"Mas? Kok ngelamun sih?"

"Enggak."

"Jadi korbannya siapa aja?"

Gio menatap Karin dan jarinya mengusap punggung tangan Karin. "Korbannya Vina, Lula dan...... Naya."

Karin terdiam. Jantungnya berdetak kencang mendengar nama Naya.

"Na-ya?" Karin memastikan.

Gio mengangguk. "Kamu tenang ya sayang. Sekarang keadaan Naya sudah membaik. Dia udah melewati masa kritisnya. Dan dia pengen jumpa kamu."

"Besok kita kesana ya, Mas."

"Iya. Siapa tau dengan jumpa kamu bisa memberikan semangat baru buat Naya."

"Aamiin. Semoga Naya bisa segera pulih dan niat baik kita di segerakan yang maha kuasa ya mas."

"Aamiin ya Allah." Balas Gio lalu membawa Karin kedalam pelukannya.

(NOT) DREAM MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang