TUJUH BELAS

4.4K 199 1
                                    

"Karin sering-sering dong main kesini. Biar kita masak bareng." Ujar Umi di sela makannya.

"Iya Umi." Balas Karin tersenyum.

"Masakan Karin enak tau Umi." Timpal Gio mengacungkan jempolnya.

"Oh ya? Pantesan Gio jatuh cinta sama kamu. Udah cantik pinter masak lagi." Puji Umi yang membuat Karin bersemu.

"Enak masakan Mbak Kia apa Mbak Karin, Mas?" Tanya Gia to the point.

"Jelas masakan mbak Kia, Gia. Aku baru belajar masak, jadi nggak seenak masakan Mbak Kia."

"Jangan gitu Karin. Dulu masakan aku juga nggak enak kok. Pernah dulu Gio makan nasi goreng yang asin banget gara-gara aku. Udah lama sih, jaman SMP." Zakia bercerita di iringi tawa renyahnya. Kenangan ketika Gio makan nasi goreng asin buatannya masih jelas di ingatan Kia.

"Tapi sekarang masakan mbak Kia enak pake bangeeet. Gia pengen deh makan masakan mbak Kia terus."

"Makasih sayang." Kia mengelus kepala Gia.

Karin hanya tersenyum tipis mendengarnya. Dia benar-benar sudah tidak nyaman berada di sini, apalagi dengan kehadiran Kia. Tiba-tiba saja Karin tidak menyukai gadis itu.

Selanjutnya di meja makan hanya terjadi obrolan ringan seputar bisnis keluarga besar Gio dan di selingi cerita masa lalu mereka.

"Umi, Abi, Karin izin ke kamar ya. Karin ngerasa nggak enak badan."

"Perlu Umi panggilkan dokter, sayang?"

"Nggak usah Umi. Karin cuma butuh istirahat sebentar. Permisi ya Umi, Abi."

Karin beranjak menuju ke kamar Gio. Sebenarnya itu hanya alibi Karin agar bisa beranjak dari meja makan. Dia benar-benar tidak suka melihat Kia dan Karin juga lelah melihat Gia yang membanding-bandingkan dirinya dengan Zakia. Dari sudut pandang mana pun, mereka berdua sudah sangat berbeda.

Karin memejamkan mata ketika mendengar langkah Gio memasuki kamar.

"Allah tidak menyukai orang-orang yang berbohong dan menipu." Tutur Gio menutup pintu kamar lalu duduk di kursi meja belajarnya dulu.

Karin masih saja pura-pura tidur.

"Jangan pura-pura tidur sayang. Nanti nggak bangun lagi baru tau rasa loh."

"Jadi kamu doain aku biar cepat meninggal. Iya?." Karin langsung membuka matanya. Aktingnya gagal total sebab Karin takut dengan apa yang di ucapkan Gio barusan.

"Loh aku nggak ada doain kamu biar cepat meninggal."

"Trus tadi itu apa? Jahat banget sih."

Gio tersenyum menanggapinya. "Mas nggak mungkin doain kamu yang jelek-jelek, sayang. Malahan mas berdoa biar Mas dan kamu dikasih umur panjang biar kita menua bersama."

Karin menghela napas.

"Kamu kenapa?" Tanya Gio lembut. Gio tau bahwa dari tadi istrinya itu tidak baik-baik saja.

"Apanya?"

Gio memutar tubuhnya sehingga dia dan Karin saling berhadapan. Eye to eye.

"Cerita sama aku. Kamu kenapa? Sakit?"

"Sakit hati.!" Jawab Karin ketus.

"Kenapa? Ada yang salah dari omongan Umi dan Abi?"

"Enggak."

"Terus sakit hati kenapa?"

"Kenapa sih laki-laki nggak peka."

Gio memicingkan mata. Dia bingung dengan jawaban Karin. "Mas benar-benar nggak paham maksud kamu. Mas nggak ngerti kode-kodean begitu. Mending kamu cerita langsung biar masalahnya cepat selesai, sayang."

(NOT) DREAM MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang