TUJUH

3.9K 176 0
                                    

Karin menuruni anak tangga menuju lantai dasar. Dia tersenyum tipis ketika bi Sri tersenyum kepadanya. Hari ini Karin telah membuat janji dengan Rena untuk bertemu di mall. Karin meminta Rena untuk menemaninya sehari penuh karena Karin tidak ingin berada di rumah Gio.

"Oh shit!" Umpat Karin sesampai di beranda rumah. Karin baru sadar ternyata dia tidak membawa mobil ke rumah Gio. Karin mengambil hpnya lalu mengetik pesan untuk Gio.

Manusia ngeselin

Gue mau keluar. Tapi gada mobil.

Minta antar mang Asep aja.

Gue mau nyetir sendiri!


Mas nggak izinin

Kalau mau pergi silahkan minta antar mang Asep

Atau nggak usah pergi sama sekali


Lo kok jadi ngatur gue sih?


Because you're my wife💛


😡😡

Karin menghentakkan kakinya dengan kesal. Sungguh Gio sudah berani mengatur dirinya. Baru dua hari hidup bersama Gio, selama itu pula emosinya memuncak.

Tidak ada pilihan lain, Karin mencari mang Asep dan meminta mang Asep untuk mengantarnya ke tempat tujuan.

💮💮💮

Gio tersenyum ketika membalas pesan dari Karin. Wanita itu galak, tapi terlihat menggemaskan. Gio sengaja menyuruh Karin pergi dengan mang Asep-driver Gio agar dia selalu mendapatkan informasi kemana saja istrinya itu pergi dan yang paling penting dengan siapa. Gio tidak ingin Karin kabur dari rumah. Bukan karena dia berpikiran negatif, tapi hal itu bisa saja terjadi mengingat Karin masih labil meskipun umurnya sudah 22 tahun.

"Permisi Pak." Sherly telah berada di depan pintu dengan beberapa dokumen di tangannya.

"Ya Sher. Masuk."

"Ini ada beberapa berkas yang harus di tanda tangani pak." Sherly meletakkan map yang di bawanya di hadapan Gio. "Dan nanti setelah ini kita ada meeting di Aluna hotel, pak."

"Oke." Setelah membaca isi berkas yang dibawa Sherly, Gio pun menanda tanganinya.

"Makasih pak. Saya permisi."

"Eh Sher.."

"Iya pak?"

"Kado yang bagus untuk perempuan apa ya? Saya mau ngasih istri saya kado, tapi saya bingung mau ngasih apa."

Wajah Sherly langsung berubah. Tidak ada lagi senyum di bibirnya. Sherly akui dia punya rasa dengan bos nya itu. Hati nya terkoyak sangat dalam ketika mengetahui Gio menikah dengan seorang wanita, dan rasa perih itu masih tersisa hingga saat ini.

"Sher?"

"Iya pak."

"Jadi bagusnya apa?"

"Setiap perempuan memiliki selera yang berbeda pak. Ada yang suka boneka dan ada yang tidak. Ada yang suka perhiasan dan ada yang tidak. Tapi kalau saya lebih suka ke hal-hal yang sederhana pak, seperti dinner romantis mungkin."

"Istri saya nggak mungkin mau Sher."

"Maksud bapak?"

Gio mencari-cari jawaban lain, salahnya sendiri sampai keceplosan begitu.

"Maksudnya istri saya kurang suka makan di luar."

Sherly mengangguk. "Belikan saja tas atau sepatu pak. Kan istri bapak anak orang terkaya di Indonesia."

(NOT) DREAM MARRIAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang