Bab 8

1.7K 115 1
                                    

Bukan keinginanku untuk memiliki bentuk tubuh tidak proporsional seperti ini. Tidak ada walau hanya sebesar debu. Dikarenakan daya tahan tubuh kurang, aku sering sakit-sakitan saat masih kecil. Kondisiku yang demikian membuatku tidak bernafsu makan dan mengakibatkan tubuhku sangat kurus dan divonis dokter kekurangan gizi. Mama dan Papa yang waktu itu sangat cemas dengan keadaanku, akhirnya meminta saran dari dokter dan diberilah vitamin untuk menaikkan nafsu makanku agar supaya aku tidak kekurangan gizi lagi. Setelah beberapa waktu kemudian, karena pengaruh vitamin akhirnya aku sudah tidak divonis kekurangan gizi oleh dokter. Mama dan Papa sungguh bersyukur dengan hal itu. Sejak saat itu, nafsu makanku sudah tidak terkontrol lagi. Entah kenapa Aku selalu ingin makan. Dalam satu hari aku bisa makan 5 sampai 6 kali. Dan berat badanku pun mulai bertambah drastis. Ya. Akhirnya aku menjadi gendut. Sejak saat itu teman-temanku mulai mengejekku. Waktu diejek teman-teman SD, aku hanya cuek. Tapi tidak setelah memasuki jenjang SMP. Mungkin karena sudah masuk pubertas, saat mendengar ejekan teman-temanku aku mulai merasa malu dan kepercayaan diriku mengurang. Berbagai cara sudah ku lakukan untuk mencoba mengurangi berat badanku, mulai dari mengurangi porsi makan - yang hanya bertahan selama 3 hari, karena nafsu makanku yang sungguh besar -, sampai dengan berolahraga. Tapi entah kenapa semuanya tidak ada hasilnya. Sudah kuduga ejekan yang ditujukan padaku akan berlanjut sampai jenjang SMA, tapi tidak kusangka akan bertambah dengan penghinaan. Membuat diriku menjadi lebih merasa rendah diri.

Setelah puas menangis di kamar dan langsung bergegas untuk mandi - dalam rangka menghilangkan jejak -, memberikan alasan yang masuk akal tentang kepulanganku yang diluar jam pulang sekolah pada Tessa, Mama dan Papa, akhirnya hari itu berakhir dengan kenangan yang akan terus terpatri di otak.

Hari Senin...

Hari ini merupakan hari pertama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Seperti biasa, setelah sarapan bersama, Papa mengantarku dan Tessa ke sekolah.

"Dadah kak", ucap Tessa saat aku akan keluar dari mobil, yang kubalas dengan lambaian tangan.

Dan seperti biasa, aku menunggu sampai mobil hilang dari pandangan mata baru aku masuk ke dalam sekolah.

Setelah membalas chat dari Pingkan dan Carly yang mengabarkan bahwa mereka masih di jalan, aku memutuskan untuk langsung menuju ke kelas.

Dalam perjalanan, karena rasa penasaran aku menengok ke arah lapangan parkir. Dan tak kusangka, ternyata The Boys sudah ada dan terlihat sedang bercengkerama. Karena tidak ingin ketahuan sedang mengamati, akupun langsung memalingkan wajah dan berjalan cepat menuju ke kelas.

Saat telah sampai di kelas, ternyata baru aku sendiri yang datang. Aku langsung menuju ke kursi yang telah ditentukan. Dan kebetulan tempat aku dan Pingkan bersebelahan, sedangkan Carly di depan kami. Tanpa kusadari tiba-tiba ada orang yang menendang kaki kiriku, membuatku menjadi tidak seimbang dan akhirnya aku jatuh dengan kepala terantuk di ujung meja. Dapat ku rasakan sakit di kepala, kaki yang ditendang, dan rasa sakit di lutut karena kejadian di kantin lebih bertambah karena kembali terjembab. Saat melihat pelakunya, rasa takut kembali menyerang dan air mata tanpa sadar lolos dari mataku.

Kak Darren..

Kulihat dia menatapku dengan senyuman sinis dan matanya yang memancarkan rasa benci dan puas.

"Ini belum seberapa. Tunggu aja lo dengan realisasi janji gue untuk buat masa SMA lo disini jadi suram! Inget itu!", katanya sambil mendorong kepalaku dengan telunjuknya.

Saat akan berpaling, kak Darren kembali mendorong kepalaku yang terantuk, hingga membuatku berteriak kesakitan dan berakhir dengan menangis.

Tak lama Pingkan dan Carly datang menghampiriku. Dapat terlihat kecemasan dari wajah mereka saat melihat keadaanku sekarang yang masih terduduk di lantai.

ExtraordinaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang