Tak terasa minggu berganti bulan, semenjak kejadian pemaksaan yang dilakukan kak Darren, yaitu mengklaimku untuk menjadi pacarnya. Sejak kejadian penyelamatan kak Nathan yang berujung statusku dan kak Darren diketahui kak Clara dan teman-temannya, tanpa menunggu lama, keesokan harinya kabar itu pun menyebar ke seluruh sekolah. Dan mendapat berbagai macam respon, dari yang acuh tak acuh karena sudah menduga dari awal, sampai tidak senang sama sekali karena merasa aku dan kak Darren tidak cocok.
Hubungan kami bisa ku katakan normal. Tidak ada kalimat-kalimat gombal dari kak Darren, dan aku tidak bermanja-manja. Karena kami berdua sungguh membenci hal itu. Setidaknya hubungan kami berjalan lancar. Masih tidak dapat dipungkiri, perlakuan romantis kak Darren yang anehnya masih membuatku merona. Seperti merangkulku atau menggenggam tanganku ketika kami berjalan beriringan, mencium jidatku semaunya tanpa mengenal tempat, dan hal-hal lainnya yang tidak ingin kuberitahu kepada kalian, yang pastinya akan membuat kalian iri. Entahlah, kak Darren melakukannya seperti itulah yang seharusnya dia lakukan.
Dan yang melegakan, kak Clara dan teman-temannya tidak lagi mengangguku - untuk saat ini. Hah leganya..
"Lo diundang Mama buat makan malam keluarga", ucapan kak Darren sontak membuatku terkejut dan mengakibatkan aku tersedak makananku.
Kak Darren segera memberikanku minum. "Lo nggak apa-apa kan? Makannya santai aja. Gue nggak bakal minta kok."
"Kapan?", ucapku setelah berhasil keluar dari keterkejutanku.
"Entar malam", jawab kak Darren.
Aku pun tersedak lagi. Dan kali ini air yang ku minum sebelumnya, keluar dari hidungku. Dan kak Darren kali ini berpindah duduk di sampingku, membantuku dengan menepuk-nepuk belakangku.
"Wah cowoknya gentle banget. Udah gentle, ganteng lagi. Mauu...", bisa ku dengar bisikan dari pengunjung yang berjarak 2 meja dari meja kami.
"Gak cocok sih sama tuh cewek. Kalo gue sih cocok", balas temannya. Tapi tak ku hiraukan, karena saat ini aku fokus dengan sedakanku. Fyi, saat ini kami sedang makan di restoran cepat saji di mall setelah aku menemani kak Darren membeli perlengkapan olahraganya.
"Kan udah gue bilang pelan-pelan", terdengar kekhawatiran dari suara kak Darren.
"Ahh leganya.. makasih kak"
"Iya iya.. makanya santai aja. Ini kan cuma makan malam biasa"
"Tapi kan-", ucapanku dipotong kak Darren.
"Ssttt... yang penting lo harus rapih. Udah gitu doang. Entar nanti gue jemput"
"Oke", balasku ragu.
"Pulang yuk. Risih gue diliat mulu sama orang-orang"
"Kakak kan memang selalu jadi pusat perhatian"
"Ya tapi gue biasanya jadi pusat perhatian cewek-cewek, bukan tante-tante girang dan cowok-cowok macho. Malah liatnya kayak mau nerkam gue lagi. Hiih ngeri gue. Yuk..", ajak kak Darren dan segera menggenggam tanganku untuk mengikutinya.
Aku hanya tersenyum mengiyakan permintaan kak Darren.
Ya, siapa juga yang tidak akan memusatkan perhatian pada sosok kak Darren? Tidak bosan-bosannya aku katakan bahwa kak Darren adalah tipe pasangan idaman semua cewek. Dengan paras sempurnanya, kak Darren bisa jadi idola semua kalangan. Dan aku sungguh selalu merasa beruntung, karena dari sekian banyak perempuan yang memujanya, kak Darren memilihku, gadis yang underrated ini dan yang selalu berusaha menjauhinya karena takut. Memang kak Darren mengatakan bahwa dia menyukaiku karena inner-ku, tidak mementingkan fisikku. Tapi tidak dengan pendapat orang lain. Tidak dapat disangkal, penilaian untuk standar kecantikan adalah fisik. Badan langsing, tinggi, berkulit putih mulus adalah poin penilaian yang mendasar. Jadi kalau ada yang berkata 'cantik itu relatif', aku rasa itu hanya sampai pada ucapannya, tidak sampai pada realitanya. Dan dalam kasusku dengan kak Darren, pasti orang-orang berpikir bahwa kak Darren buta, aku memakai pelet, atau pemikiran lain yang kesimpulannya adalah aku tidak cocok bersama kak Darren. Aku memakluminya. Aku berusaha untuk tidak peduli, walaupun sebenarnya aku adalah tipe orang yang memerdulikan komentar orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary
RandomSedari kecil aku diajarkan oleh untuk selalu bersyukur dengan apa yang telah kualami dalam hidup. Tapi ternyata ada momen-momen yang kusesali, yaitu saat dimana berat badanku naik drastis dan susah untuk diturunkan dan.. bertemu denganmu yang telah...