"Lo tunggu disini dulu, boleh? Gue udah kebelet banget nih", bisik kak Darren padaku, membuat aku yang sedang memusatkan perhatian di depan, menoleh padanya.
"Iya kak. Nggak apa-apa kok. Daripada nanti kakak ngompol", balasku dengan seringai jahil.
"Lo jangan kemana-mana ya? Disini aja", ucap kak Darren yang kujawab dengan anggukan.
"Oke", ucapnya, dan memberi kecupan di kepalaku sebelum pergi.
"Darren kemana?", tanya tante Maria padaku saat melihat kursi kak Darren kosong.
"Ke toilet, tante. Udah kebelet katanya"
"Ohh"
Dan perhatian kami pun kembali ke depan, karena saat ini Opa kak Darren akan berbicara. Seketika semua yang hadir pun kembali berseru iri, karena ucapan cinta dari Opa untuk Oma kak Darren.
Setelah semua rangkaian acara telah selesai, acara ramah tamah pun tiba.
Aku dihampiri oleh si kembar Max dan Matt yang mengajakku untuk makan bersama mereka. Aku pun langsung mengiyakan ajakan dari kedua moodbooster ku ini. Aku yang terlalu fokus pada acara makanku bersama si kembar, tidak menyadari bahwa kak Darren belum juga kembali. Dan ternyata, geng The Boys pun sudah tidak ada. Tante Maria menanyakan keberadaan kak Darren. Aku bingung, dan menghubungi kak Darren. Chat ku tidak dibaca dan teleponku pun tidak diangkat. Kemana mereka?
"Aduh.. mereka itu kebiasaan deh, suka menghilang. Aduh gimana nih? Bentar lagi mau foto keluarga besar. Nanti Mama sedih kalau sampai nggak lengkap fotonya", ucapan tante Maria membuatku mengajukan diri untuk pergi mencari keduanya.
Aku yang telah menghabiskan makananku, memutuskan untuk pergi mencari geng The Boys.
Aku mencari mereka di dalam rumah. Menanyakan keberadaan mereka kepada pelayan yang hilir mudik, tapi aku tidak mendapatkan jawaban. Mereka tidak melihat The Boys. Aku memutuskan untuk mencari lagi.
Menyusuri rumah ini, membuatku terpana akan keindahan rumah ini. Saat aku sampai di ruangan yang kutebak ruang keluarga, aku masih belum menemukan keberadaan geng The Boys. Aku terhenti melihat foto-foto yang dipajang disini. Foto-foto pernikahan, foto kelahiran, foto masa kecil. Dan semua itu membuatku terpesona.
"Kamu bisa nggak nemuin foto Darren?", ucapan seseorang di belakangku, membuatku menoleh kaget.
"Eh.. tante Nicole? Maaf aku udah lancang. Aku lagi cari kak Darren, tapi aku penasaran liat foto-foto ini"
"Nggak apa-apa kok. Jadi mereka menghilang lagi? Kebiasaan deh. Mereka memang begitu. Kalo ada acara kayak gini, mereka suka banget menghilang. Nggak tahu deh kenapa, mungkin bosan"
"Ohh gitu ya"
Pantasan semuanya pada hilang..
"Jadi kamu udah nemuin gak foto Darren?"
"Hehehe.. nggak tahu tante"
"Coba deh kamu perhatikan lagi"
Aku menuruti saran tante Nicole. Dan pilihanku tertuju pada foto seorang anak laki-laki dengan jaket warna merah berlatar belakang salju.
"Itu Mario, Papanya Darren, Gaby. Coba kamu cari lagi deh"
Setelah memperhatikan lagi, aku menetapkan pilihan pada foto seorang anak kecil yang memakai kaus warna kuning yang berpose seperti Spider Man di depan Universal Studio.
"Iya, itu Darren. Lucu kan?"
"Iya tante"
Aura ketampanan kak Darren sudah terlihat sedari kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary
RandomSedari kecil aku diajarkan oleh untuk selalu bersyukur dengan apa yang telah kualami dalam hidup. Tapi ternyata ada momen-momen yang kusesali, yaitu saat dimana berat badanku naik drastis dan susah untuk diturunkan dan.. bertemu denganmu yang telah...