Bab 17

1.7K 124 3
                                    

"Hari Sabtu lo ada acara nggak?", pertanyaan kak Darren pagi ini membuatku terkejut.

Pagi ini di jam pertama, semua kelas lowong karena ada rapat guru. Kak Darren menjemputku di kelas dan akhirnya kami saat ini berada di cafe seberang sekolah. Hanya kami berdua pengunjung yang ada, karena ini memang masih pagi. Sebenarnya saat jam sekolah semua siswa SMA Nusantara tidak diperbolehkan untuk keluar halaman. Tapi siapa yang bisa menghalangi si anak pemilik sekolah? Tidak ada.

"Ehh hari Sabtu dan Minggu aku selalu membantu Mama di toko buah. Karena biasanya toko ramai pembeli"

"Sampe jam berapa?"

"Jam 7"

"Oke. Gue jemput lo jam 8"

"E-eh? Ada apa kak?"

"Gue mau ajak lo jalan"

Apa?

Aku yang kaget dengan pernyataan kak Darren langsung terbatuk. Kak Darren yang awalnya duduk di depanku, langsung pindah di sampingku dan menepuk-nepuk punggung.

"Lo kenapa? Lo baik-baik aja kan?", tanya kak Darren.

"Aku.. uhuk.. oke.. uhuk"

"Minum dulu"

Setelah meminum minuman yang diberi kak Darren, batukku berhenti.

"Makasih kak"

"Makanya lo kalau minum pelan-pelan aja. Jangan buru-buru"

"Maaf", ucapku dengan nada menyesal.

"Cute..", bisik kak Darren sambil tersenyum kepadaku.

Wajahku memanas karena dapat mendengar ucapan kak Darren yang diucapkan dengan berbisik itu. Tapi untuk meyakinkan diri, aku bertanya lagi.

"Apa?"

"Nggak kok. Lo pokoknya harus siap-siap ya"

"Nanti aku kabarin lagi ya kak. Aku mau izin sama Papa dan Mama dulu"

"Oh itu? Kalo urusan izin lo tenang aja. Gue udah minta izin dari kemarin"

"Apa? Kapan kak?"

"Pokoknya lo tenang aja"

Ingatanku langsung melayang pada kejadian kemarin, saat aku diantar pulang - lagi - oleh kak Darren. Aku melihat bahwa kak Darren dan Mama terlibat suatu pembicaraan. Tapi aku tidak ingin ikut campur, dan hanya ngobrol sama Tessa di ruang tamu. Setelahnya kak Darren pamit.

"O-oke kak"

Setelahnya obrolan kami berdua didominasi oleh kak Darren - seperti biasa - yang bercerita tentang keanehan dan kelucuan yang dilakukan teman-temannya. Sedangkan aku hanya tertawa - jika itu lucu -, dan berbicara saat ditanyai oleh kak Darren.

"Oh ya, kayaknya si Andrew naksir tuh sama temen lo"

"Hah? Siapa kak?"

"Aduh gue lupa lagi namanya. Itu tuh yang selalu bareng sama lo"

"Pingkan?"

"Iya dia. Tapi lo jangan bilang ke Pingkan dulu ya. Soalnya Andrew nyuruh gue untuk nggak bilang ke lo."

"Wah nggak bisa simpan rahasia ternyata"

"Hehehe. Pokoknya lo jangan bilang. Kalo Pingkan sampe tau, itu tanggung jawab lo"

"Oke.."

Tak lama terdengar suara bel pergantian jam.

"Udah masuk tuh. Yuk balik. Gue anterin"

ExtraordinaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang