Bab 34

1.2K 103 12
                                    

Yeah. This is the day!

"Oke selesai! Anak Mama cantik banget deh", ucap Mama puas.

Sejak kak Darren meminta izin di makan malam waktu itu, keesokan harinya Mama langsung menunjukkan keantusiasannya. Membangunkanku pagi-pagi hanya untuk mengajakku mencari baju di mall. "Mama ingin anak Mama terlihat lebih cantik", katanya saat itu dengan semangat yang terlihat jelas di matanya. Aku yang belum tersadar sepenuhnya hanya mengiyakan.

Dan, tidak semudah itu kami menemukannya. Karena badanku yang oversize, puluhan toko kami datangi untuk menemukan baju yang pas dan tentunya sesuai keinginan Mama. Bayangkan! Saat itu aku harus berulang kali masuk fitting room, dan mencoba beberapa dress. Tatapan marah dari mbak-mbak penjaga toko saat kami tidak jadi membeli padahal sudah mencoba pun tidak terhindarkan dan membuatku merasa tidak enak. Tapi Mama? Hanya melenggang santai setelah meminta maaf. Wow!

Penelusuran kami berakhir ketika Mama berdecak kagum sekaligus puas melihat dress tosca yang ku kenakan. Sungguh aku lega, karena lelah sudah menghampiriku. Tapi ternyata belum berakhir. Tiba-tiba Mama terdiam di depan toko sepatu saat kami akan keluar pulang. Dan, siksaan bagian kedua pun dimulai. Tanpa menunggu lama Mama langsung menarikku masuk ke dalam toko, tidak memerdulikan penolakanku karena masih banyak sepatuku di rumah yang masih bisa dipakai. Dan akhirnya, aku pasrah disuruh untuk mencoba sepatu mulai dari heels 15cm -yang tentunya aku tolak mentah-mentah-, sampai flat shoes -yang ditolak Mama mentah-mentah. Akhirnya pilihan ditetapkan pada wedges dengan tinggi 5cm, dengan kesepakatan bersama dan juga sesuai kenyamananku. Akhirnya hari itu berakhir dengan kami berbelanja dress dan sepatu, yang rencana awalnya hanya untuk membeli dress tapi terjadi perubahan dan akhirnya sepatu pun kami beli.

"Ini nggak menor kan Ma?", tanyaku ragu karena melihat wajahku sekarang yang terlihat beda.

Aku mempercayakan sepenuhnya pada Mama mengenai penampilanku hari ini. Rambutku ditata Mama menjadi sangat cantik. Dan aku memutuskan untuk tidak memakai kacamataku, dan menggantinya dengan softlens berwarna senada dengan warna mataku, yang kubeli bersama Tessa kemarin.

Kok kelihatan cantik sih?

"Ya nggak lah sayang. Masa Mama tega sih bikin anak Mama malu. Ini karena kamu yang jarang di make up, jadinya kamu keliatan beda. Lebih bersinar"

"Bohong kak. Dandanan kakak kayak tante-tante", ucap Tessa menimpali.

"Mamaa... gimana dong?", rengekku.

"Tessa, kamu jangan gitu. Kamu harusnya buat kakak kamu jadi pede. Kayak kamu nggak tahu aja kakak kamu ini orangnya kayak gimana. Kepercayaan dirinya kurang banget", tegur Mama pada Tessa. "Ella, kamu jangan dengerin adik kamu ya, kamu cantik loh sayang. Mama bersyukur banget punya anak secantik kamu", ucap Mama padaku.

"Hehehe.. bercanda kok. Kak, kakak cantik banget loh. Aku tadi cuma bercanda aja. Suer deh kak. Pasti kak Darren bakal terpesona deh sama kakak. Kakak harus percaya diri. Oke?", ucap Tessa.

Aku hanya tersenyum sambil menatap pantulan diriku di cermin. Masih tidak percaya.

Suara pintu diketuk terdengar.

"Aku aja yang bukain", ucap Tessa dan segera keluar dari kamar untuk membukakan pintu.

"Pasti itu nak Darren. Aduh kok Mama gugup ya?"

Aku tersenyum melihat Mama.

"Kak, udah dijemput tuh", ucapan Tessa yang menongolkan kepalanya di pintu membuat degup jantungku meningkat. Aku mencemaskan reaksi kak Darren melihat penampilanku saat ini.

ExtraordinaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang