Bab 39

1.2K 127 26
                                    

Aku baru saja akan mulai menikmati apel yang 'kucuri' dari salah satu kas buah yang dibawa Opa, tapi terhenti karena tiba-tiba 3 paket parsel diletakkan ke meja di hadapanku. Aku refleks menyembunyikan hasil perbuatanku di belakang tubuhku.

"Eh.. Opa?", ucapku salah tingkah.

Semoga nggak ketahuan..

"Hampir aja parsel-parsel ini Opa bawa pulang", ucap Opa. Dengan wajah datar.

"Eh.. iya.. aku kok bisa lupa ya? Makasih Opa", balasku.

Opa mengambil tempat duduk di sampingku. "Bagi dong apelnya. Jangan pelit", ucapan Opa membuatku menyengir malu seraya mengeluarkan apel dari persembunyiannya.

"Ketahuan ya", gumamku.

"Apa?", tanya Opa. Ternyata gumamanku bisa didengar samar oleh Opa.

"Eh.. nggak kok. Hehehe"

"Pantasan tadi apelnya kurang satu. Ternyata.. bisa juga ya kamu"

"Hehehe", hanya itu yang bisa ku balas saat ini.

"Lain kali kalau mau, kamu minta. Bilang dong. Jangan cuma diam saja. Opa tahu kok, sebenarnya kamu ingin bikin parsel buat dikasih ke teman kamu kan? Untung aja Opa peka, jadi bilang ke Oma", ucap Opa.

"Iya Opa. Tapi, Ella memang nggak punya keinginan buat bawa oleh-oleh kok. Teman-teman Ella aja bilangnya baru tadi pagi, mana tega Ella repotin Opa sama Oma cuma karena oleh-oleh"

"Kamu ini ya. Mana bisa orang yang pergi liburan nggak siapin oleh-oleh? Oh ya ampun"

"Ella nggak sempat mikirin itu, Opa, saking asiknya Ella bantuin Opa. Lagipula, liburan kali ini kan mendadak. Nggak direncanain sebelumnya. Jadi, Ella mana ada uang buat nyiapin oleh-oleh"

"Terus buah-buahan itu apa? Kamu ini ya, Opa merasa diremehkan deh sebagai petani buah", ucap Opa seraya menggelengkan kepala kecewa.

"Kan buahnya mau dijual", cicitku.

"Apa?! Ya ampun Ella. Kamu cucu Opa, nggak akan buat Opa rugi. Malahan Opa akan sangat senang kalau kamu minta buahnya buat oleh-oleh. Opa merasa dihargai", ucap Opa yang seketika membuatku merasa bersalah.

"Maaf, Ella udah buat Opa merasa nggak dihargai. Ella nggak bermaksud kayak gitu sama sekali. Nanti Ella nggak gitu lagi deh", ucapku seraya menunduk.

"Iya. Udah dong, jangan sedih gitu. Apelnya udah nunggu buat digigit tuh", balas Opa mencoba menghiburku dan itu berhasil. Aku tersenyum senang dan menggigit apel di tanganku.

"Tapi, Opa harus siap-siap buat rugi loh, karena mulai sekarang Ella nggak bakal tanggung-tanggung kalo minta buahnya", ucapku setelah kunyahan berhasil kutelan.

"Siap deh. Apa sih yang nggak buat cucu Opa. Memangnya sebanyak apa?", tanya Opa.

"Hmm... 5 kas deh kayaknya", balasku.

"Wow.. nggak heran badan kamu subur kayak gini", ucap Opa seraya meremas-remas pundakku.

"Ihh Opa.. bukan buat Ella makan. Buat dibagiin ke teman-teman", balasku.

"Bohong..", ucap Opa tidak percaya.

"Iya deh iya. Buat Ella makan. Siapa tahu Ella bisa jadi kurus kan, karena makannya cuma buah doang", balasku pasrah dan sedikit ngeyel.

"Eh? Jangan kurus lah. Nanti kayak pesakitan lagi. Kayak gini aja. Imut, gemesin, cantik, seksi dan montok. Hahaha"

"Iya, iya", balasku pasrah.

"Cantik apaan?", gumamku.

Opa nggak kreatif. Cuma bisa tiru ucapan aku tadi.. lagian tadi katanya pengen aku jadi kurus. Kok ini berubah? Hmm ternyata orang tua bisa labil juga ya..

ExtraordinaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang