Bab 11

1.8K 130 3
                                    

Setelah kejadian di toilet dan berakhir di rumah sakit, malamnya aku demam dan diharuskan untuk beristirahat total selama 3 hari.

Setidaknya aku bisa hidup tenang selama 3 hari ini tanpa ada bully-an..

Pingkan dan Carly setiap pulang sekolah tidak pernah absen menjengukku.
.......

"Ella.. kamu tau nggak. Sekolah itu nggak seru kalau nggak ada kamu", ucap Pingkan lesu.

"Iya. Makanya kamu harus cepat sembuh ya. Supaya kita bisa bareng lagi di sekolah", tambah Carly.

Aku hanya bisa tersenyum.

"Eh, kamu tau nggak. Selama kamu nggak ada, kak Darren kayak nyari kamu gitu", kata Pingkan.

Aku yang mendengar langsung takut.

"Kamu jangan takut. Mulai sekarang, kita bakal bantu kamu", ucap Carly menghiburku.

"Tapi kayaknya kak Darren udah ganti target deh. Soalnya tadi aku liat kak Darren lagi membully cowok. Kayaknya sih seangkatan kita", tambah Pingkan.

"Beneran? Akhirnya Ella.. kesabaran kamu membuahkan hasil", ucap Carly lega.

Aku yang mendengar jadi lega.
.......

Untunglah di hari ketiga demamku sudah turun dan badanku juga sudah fit, sehingga aku bisa beraktifitas meskipun belum bisa keluar rumah.

Hari ini hari Sabtu. Seperti biasa, aku dan Tessa membantu Mama di toko buah. Kali ini aku bertugas sebagai kasir. Sedangkan Mama dan Tessa sedang membuat pesanan parsel buah, aku ingin membantu tapi aku tidak ahli dalam merangkai.

"Ella, nanti kamu ikut sama Pak Edwin dan Risa ya, kalian akan mengantar pesanan parsel dan pesanan buah untuk acara", kata Mama menghampiriku.

"Oke Ma", balasku menyetujui.

Akhirnya semua pesanan parsel buah telah diantar. Terakhir kami akan mengantar pesanan buah untuk acara. Saat alamat yang diberikan telah ditemukan, kami semua memandang takjub pada rumah yang ada. Satu kata untuk rumah itu. Indah.

Tak mau menunggu lama, aku langsung menuju pos satpam untuk mengabarkan kedatangan kami. Setelah di konfirmasi oleh pemilik, kami diperiksa oleh satpam dan setelahnya KTP Pak Edwin sebagai sopir ditahan sementara sebagai jaminan.

"Wah dasar orang kaya ya.. mau masuk rumah mereka aja harus lolos pemeriksaan. Terus KTP ditahan lagi", ucap Risa setelah kami dipersilahkan masuk.

"Orang kaya mah bebas", tambahku menyetujui.

Pak Edwin yang mendengar celotehan aku dan Risa hanya bisa tertawa. Saat telah sampai di rumah, kami diarahkan lewat pintu belakang. Tanpa menunggu lama aku, Risa dan Pak Edwin mengangkat pesanan buah yang telah dikemas dalam keranjang.

Saat melewati dapur, mataku terpaku pada foto keluarga yang terpajang. 2 Pria dan 2 wanita yang berparas elok. Pria yang lebih tua - yang kuduga adalah kepala keluarga - memiliki struktur wajah orang barat, dan wanita yang kuduga adalah nyonya rumah ini berparas ayu ala wanita Indonesia. Dari potretnya, dapat disimpulkan bahwa mereka adalah keluarga yang harmonis. Saat melihat kedua anaknya, aku terpaku pada sosok laki-laki yang berada di dalam bingkai foto keluarga yang terpajang.

Kak Darren? Jadi ini rumahnya kak Darren?

Aku langsung jadi merasa takut, dan otomatis langkahku menjadi cepat. Pandangan ku arahkan ke lantai, karena tidak ingin kak Darren melihatku. Langkahku terhenti saat kudengar ada seseorang yang berbicara.

"Berhenti"

Aku yang mengenali suara tersebut langsung terdiam kaku dengan pandangan tetap di lantai.

ExtraordinaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang