"Tolong..!"
"Siapapun yang diluar, please bukain..."
"Tolong..!"
Hanya teriakan minta tolong yang dapat ku ucapkan. Karena memang tidak ada yang dapat kulakukan. Tadi saat menyadari aku membawa handphone - untuk bisa minta tolong pada Pingkan dan Carly -, selanjutnya aku jadi menyesal karena handphone aku tinggalkan di meja kantin saking kebeletnya aku tadi. Saat melihat jam di tanganku, aku jadi makin panik karena tinggal 5 menit lagi bel masuk akan berbunyi. Sudah 15 menit aku terkurung di bilik toilet ini. Dan teriakan ku belum ada yang merespon. Aku mulai putus asa. Suaraku mulai serak karena sedari tadi aku terus berteriak. Hanya menangis yang dapat ku lakukan sekarang.
Handphone ketinggalan, suara pun mulai hilang. Gimana caranya aku bisa keluar dari sini Tuhan?
Bel masuk berbunyi.
Harapanku hilang, karena pasti semua siswa sudah masuk ke kelas masing-masing. Aku hanya bisa berharap akan ada cleaning service yang akan datang membersihkan toilet ini sehingga aku bisa keluar.
Ini salahku yang tidak menghiraukan tatapan tidak suka saat bersama kak Darren. Bodoh kamu Ella!
15 menit kemudian, terdengar suara langkah kaki seseorang yang melintasi toilet. Aku yang tidak ingin kehilangan kesempatan langsung berteriak minta tolong dengan sisa suaraku.
"Tolong!"
Dan akhirnya langkah kaki tersebut berhenti dan kemudian pintu toilet dibuka.
"Tolong.."
"Ella?"
"Please siapapun tolong bukain pintunya.."
Setelah pintu bilik terbuka aku langsung lega. Ternyata itu Pingkan.
"Ya ampun Ella.. kamu kenapa bisa sampe terkurung disini? Aku sama Carly nyariin kamu dari tadi"
"Aku dikurung disini Ping. Nggak tau siapa yang ngurung", kataku didalam tangis.
"Suara kamu kok serak gitu. Yuk kita ke kelas dulu. Aku mau telpon Carly dulu, dia juga lagi nyariin kamu. Kebetulan hari ini pak Agus nggak masuk. Sakit katanya. Jadi saat ini kelas lowong"
Sesampainya di kelas, aku menerima tatapan penasaran dari teman-teman kelasku yang lain. Aku sadar, wajahku saat ini pasti kacau - dengan mata sembab karena menangis.
"Ella.. kamu dari mana sih? Kita nyariin kamu dari tadi", ucap Carly setelah aku duduk.
"Aku nemuin Ella di toilet. Katanya ada yang ngunci dia"
"Kok bisa?"
Aku yang merasa tenggorokanku kering, meminta minum pada mereka dengan isyarat karena suaraku sudah habis. Setelah minum, aku merasa lega karena suaraku sudah mendingan. Aku yang tidak ingin teman-teman kelasku yang lain mendengar, mengajak Pingkan dan Carly ke UKS. Sesampainya di UKS, untungnya ibu perawat tidak sedang berjaga, jadi kami tidak harus memberikan alasan. Karena terlanjur penasaran, Pingkan dan Carly langsung menanyaiku begitu kami duduk dan akupun menceritakan kronologi di toilet tadi - sambil minum karena suaraku belum kembali jernih.
"Sebenarnya tadi aku ragu untuk mencarimu di toilet itu. Karena ada tulisan toilet rusak yang dipajang di pintu toilet. Tapi setelah mendengar suara seseorang aku jadi yakin kalo itu kamu. Dan setelah membuka pintu bilik toilet itu, ternyata itu kamu. Maaf ya Ella.. kita berdua terlambat nemuin kamu. Jadinya kamu seperti ini. Mata kamu sembab, suara jadi serak..", ucap Pingkan menyesal.
"Udah nggak apa-apa kok. Mau disesalin juga, semuanya udah terjadi. Uhuk.. Aku malah berterima kasih sama kalian yang udah bantu aku sampe sekarang", ucapku menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary
RandomSedari kecil aku diajarkan oleh untuk selalu bersyukur dengan apa yang telah kualami dalam hidup. Tapi ternyata ada momen-momen yang kusesali, yaitu saat dimana berat badanku naik drastis dan susah untuk diturunkan dan.. bertemu denganmu yang telah...