Aku terbangun. Melihat jam di dinding, ternyata aku tertidur selama 1 jam.
"Udah bangun?"
Aku yang masih mengumpulkan nyawa, tidak sadar bahwa sedari tadi Tessa duduk di kursi belajar sambil menatapku tajam.
"Eh? Udah. Kamu ngapain?"
Tessa berdiri dan berjalan pelan menghampiriku.
"Aku tadinya bingung dengan sikap kakak yang nggak biasa. Melewatkan makan siang. Hal yang nggak pernah kakak lewatkan. Kakak kenapa?"
Aku gugup.
"Huh? Nggak kok. Emang tadi kakak ngantuk banget, makanya males banget buat makan"
"Oh ya? Oke alasan diterima. Terus, pipi kakak kok merah sih?", tanya Tessa dengan tatapan intimidasinya.
Mati deh aku
"H-hah? Masa? Nggak kok"
"Siapa?"
"Siapa apanya?"
"Yang nampar kakak. Kak Darren?"
"N-nggak kok. Oh ya.. i-ini tadi kakak mukul nyamuk di pipi, ternyata kakak mukulnya semangat banget sampe muncul tanda gini. Iya karena nyamuk"
Tessa kelihatan tidak percaya.
"Nyamuknya hinggap di pipi kanan sama kiri? Nonsense banget deh kak. Lain kali kalo mau cari alasan cari yang masuk akal deh kak. Udah bilang aja siapa orangnya"
"Nggak dek. Ini kakak sendiri yang mukul. Kok kamu nggak percaya sih?"
"Jangan boong deh, aku tuh nggak bisa diboongin. Udah bilang aja."
"Yaudah kalo kamu nggak percaya, yang penting kakak udah bilang yang jujur"
"Kak, jangan buat aku marah ya dan pergi melabrak kak Darren"
Melihat Tessa yang ngotot, mau tidak mau akhirnya aku memberitahunya. Daripada dia mencurigai orang yang salah dan beneran pergi melabrak kak Darren, masalahnya akan membesar. Kak Darren akan tahu dan aku tidak tahu kelanjutannya. Aku tidak mau itu terjadi.
Saat aku telah selesai menceritakan, Tessa diam. Tiba-tiba...
"Huaaa... hiks..."
Tessa menangis. Aku jadi panik.
"Dek, kamu kenapa?"
"Hiks kurang ajar banget. Apa sih salah kakak sama mereka? Aneh deh. Orang kak Darren yang mutusin dia, kok nyalahin kakak sih? Kakak kasian banget hiks"
Aku hanya diam, enggan menanggapi.
"Payah banget nyerangnya gerombolan hiks coba satu-satu hiks pasti kakak nggak akan pulang kayak gini hiks pipi jadi merah hiks pasti sakit banget hiks kasian kakak huaaa"
Aku tersenyum mendengar ucapan Tessa yang menghibur.
"Udah dong nangisnya. Nanti dikira Mama sama Papa kakak ngapa-ngapain kamu lagi"
"Tapi kakak jangan nurut sama mereka hiks Kalo kakak nurut, mereka bakal lebih macam-macam sama kakak. Bilang ke kak Darren aja", ucap Tessa lagi saat tangisnya mulai reda.
"Jangan. Kakak nggak mau masalah ini jadi lebih besar"
"Terus, kakak mau biarin mereka ngelunjak sama kakak? Iya? Wah aku nggak ngerti deh sama jalan pikirannya kakak"
"Kalo kakak bareng kak Darren, mereka nggak akan berani sama kakak. Untuk saat ini, karena kak Darren masih nggak bisa masuk sekolah, kakak bakal menghindar dari mereka"
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary
RandomSedari kecil aku diajarkan oleh untuk selalu bersyukur dengan apa yang telah kualami dalam hidup. Tapi ternyata ada momen-momen yang kusesali, yaitu saat dimana berat badanku naik drastis dan susah untuk diturunkan dan.. bertemu denganmu yang telah...