Bab 28

1.6K 116 13
                                    

Saat aku masuk, kak Darren tidak menoleh dan tetap asik dengan gadget-nya.

"Udah gue bilang, gue nggak mau makan sebelum Ella datang", ucap kak Darren.

"Kak?"

Kak Darren langsung menoleh setelah mendengar suaraku.

"Lama banget sih lo"

"Hehe.. maaf kak, aku harus siapin makan siang, soalnya Mama sibuk jadi nggak bisa pulang buat bikin makan siang"

"Yaudah deh sini", ucap kak Darren seraya menepuk tempat di sampingnya.

Aku yang merasa tidak enak, mengambil tempat duduk di meja belajar untuk duduk di dekat kak Darren. Melihat itu, kak Darren memutar matanya.

"Lo bisa nggak sekali aja nurutin gue?"

"Maaf kak, aku rasa nggak etis, kalo kita berdua berduaan di kamar dan kita sama-sama di tempat tidur"

"Ya ampun Ella, lo hidup di zaman apa sih? Zaman sekarang tuh, yang kayak gitu nggak ada apa-apanya"

"Tapi aku nggak nyaman kak. Oh ya, aku bawain brownis buat kakak, buatan Mama", kataku mencoba mengalihkan topik.

"Oh ya? Nanti aja kita makan setelah kita makan siang. Kamu belum makan kan?"

"Iya belum kak"

"Bagus. Bi, bawain makanan", ucap kak Darren pada interkom di dekat ranjangnya. Hal yang tidak henti-hentinya aku kagumi.

Kak Darren menatap wajahku membuatku salah tingkah.

"Jidat lo kenapa?", tanya kak Darren curiga.

Aku kaget dengan pertanyaan kak Darren dan refleks meraba jidatku yang terkena lemparan bola.

Untunglah saat selesai permainan Pingkan dan Carly langsung menarik tanganku ke UKS, dan jidatku pun diobati sehingga tidak membiru seperti kata Carly, hanya ada bekas merah yang agak pudar. Aku yang tadinya berpikir bahwa itu tidak akan diperhatikan oleh kak Darren, kaget, karena ternyata kak Darren memperhatikannya.

"Eh? Itu.. tadi pelajaran olahraganya bermain dodgeball, dan aku nggak fokus dan akhirnya jadi gini deh. Salahku sendiri sih. Hehehe"

"Siapa yang lempar?", tanya kak Darren dengan nada dan ekspresi mengerikan.

"Nggak tahu. Aku kan melamun", ucapku disertai cengiran. Berusaha mencairkan suasana yang saat ini terasa mencekam.

Oke Ella.. calm down

Aku tidak ingin memperbesar kejadian ini dengan mengadu pada kak Darren. Sampai-sampai aku memberanikan diri untuk bermohon pada kak Nathan dan kak Nick untuk tidak menceritakan hal itu pada kak Darren. Aku tidak bisa membayangkan reaksi kak Darren nanti saat tahu bahwa yang melempariku adalah kak Clara mantan pacarnya, dan itu disengaja. Aku tidak mau.

"Yakin? Bukan karena lo nggak mau gue samperin orangnya?"

"Iya kak. Kakak kan tahu, kalau salah satu konsekuensi dari bermain dodgeball harus bersedia terkena lemparan. Cuma aku aja yang sial karena kenanya di jidat"

Kak Darren tidak membalas, malahan terus menatapku. Kak Darren kelihatannya masih ragu. Aku jadi salah tingkah karena ditatap sedemikian rupa. Dan selanjutnya kak Darren melakukan hal yang membuatku rasanya ingin pingsan. Kak Darren tiba-tiba menarikku ke pelukannya dan mencium jidatku. Aku tertegun. Dan segera menjauhkan diri saat telah sadar.

Aku merasa saat ini akan pingsan. Dan untunglah aku diselamatkan. Tak lama kemudian, pintu diketuk dan masuklah bibi ART membawa makanan. Semangkuk nasi dengan berbagai macam lauk dan dessert.

ExtraordinaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang