Bab 14

1.7K 121 6
                                    

Rencanaku untuk menghindari kak Darren ternyata tidak berjalan lancar. Bagaimana tidak. Setiap pagi kak Darren telah menungguku di depan gerbang - atau di parkiran -, dan bersikeras untuk menemaniku sampai aku masuk di dalam kelas walaupun aku selalu menolak.

Saat jam istirahat, bekal yang ku bawa sering tidak ku makan di dalam kelas lagi, karena kak Darren memaksaku untuk makan bersamanya dan geng The Boys di kantin - membuatku malu karena selalu menjadi pusat perhatian pengunjung kantin. Pingkan dan Carly pun diajak karena kak Darren tidak ingin aku merasa sendirian. Dan kami bertiga hanya bisa makan dalam diam, karena sungkan untuk ikut ngobrol bareng The Boys, kecuali jika mereka bertanya pada kami. Jika aku bersikeras untuk makan di kelas, kak Darren dan geng The Boys lainnya dengan senang hati ikut makan bersamaku, Pingkan dan Carly setelah membeli makanan di kantin.

Saat pulang sekolah, kak Darren dengan setia menungguku di depan kelas untuk mengajakku pulang bersamanya, walaupun seringkali dia kelamaan menungguku hingga selesai mencatat, atau jika kak Darren memiliki jadwal latihan basket dia akan memaksaku untuk menunggunya di pinggir lapangan. Membuatku seringkali pulang telat dan menerima godaan dari Mama dan Tessa.

Saat bersama kak Darren, tidak jarang aku menerima tatapan tidak bersahabat dari siswa lain. Awalnya hanya tatapan penasaran dan terkejut, dan sekarang menjadi tatapan tidak suka. Dan aku mencoba untuk tidak menghiraukan hal itu dengan pemikiran "Sesuai dengan ucapan kak Darren, asal aku bersama kak Darren, nggak akan ada yang berani menyentuhku".

Dan yang menjadi kabar baik, sekarang aku sudah tidak lagi menerima bully-an dan ejekan yang ditujukan padaku. Membuatku bahagia.

Dan teman-teman kelasku sekarang sudah tidak memusuhiku lagi, malahan sekarang mereka berubah jadi ramah kepadaku.

Seperti saat ini. Karena kelas sedang lowong - ada rapat guru -, teman-temanku pun menjadikannya kesempatan untuk menanyaiku. Hingga mejaku dikerumuni oleh teman-teman kelasku. Mereka bertanya padaku tentang kak Darren karena penasaran. Membuatku jadi risih.

"Eh Ella, kok kayaknya akhir-akhir ini lo bareng kak Darren terus sih? Kalian deket ya?"

"Nggak kok. Aku sama kak Darren cuma temenan"

"Jadi Kak Darren udah nggak bully lo lagi?"

Aku hanya menganggukkan kepala.

"Aneh ya. Dulu lo jadi bahan bulan-bulanannya kak Darren. Eh sekarang malah dia jadi deket banget sama lo"

"Gue iri sama lo. Bisa sedekat itu sama kak Darren"

"Iya. Kita aja yang menyapa kak Darren di kantin, diacuhin.."

"Lo beruntung banget. Kak Darren yang selalu ajak lo bareng. Ke kelas bareng, Makan bareng, pulang bareng"

Aku hanya bisa tersenyum mendengar perkataan mereka.

"Bagi-bagi tips dong. Kita juga kan pengen deket sama kak Darren"

"Tips tips. Tips kepalamu. Bubar.. bubar.. kalian ganggu aja. Jadi Panas tau disini karena udah kalian kerumunin", ucapan Pingkan menyelamatkanku dari pertanyaan teman-temanku.

"Huuh gak asik lo ah"

Seru mereka pada Pingkan karena telah mengusir mereka.

"Makasih ya", bisikku pada Pingkan.

"Yoi"

Tak lama kemudian, bel istirahat berbunyi.

Aku yang berencana tidak ingin bertemu kak Darren berniat pergi ke perpustakaan. Untuk makan siang, aku telah memakannya saat jam lowong - diiringi dengan tatapan bingung Pingkan dan Carly. Sehingga aku tidak akan kelaparan nanti karena acara kabur-kaburan ku dari kak Darren.

ExtraordinaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang