Bab 2

2.5K 159 1
                                    

Saat memasuki sekolah, kesimpulanku adalah SMA Nusantara, SMA impian. Bagaimana tidak. Gedung tiga tingkat yang dilengkapi dengan fasilitas olahraga indoor  maupun outdoor, disertai lapangan parkir yang luas membuatku antusias membayangkan akan belajar di SMA ini.

Saat sedang berjalan aku dikejutkan oleh suara klakson mobil, dan membuatku untuk menepi.

Ada 5 mobil mewah yang lewat perlahan. Bisa kudengar bisikan siswa lain

"Itu mereka."

"Wah mereka keren banget"

Bisikan mereka membuatku penasaran dengan sosok-sosok yang berada di dalam mobil tersebut.

Saat mobil-mobil itu telah terparkir di lapangan parkir, tidak sedikit siswa baik laki-laki maupun perempuan yang mengerubungi.

Akupun hanya melihat dari kejauhan. Tidak ingin ikut serta. Setelahnya, aku lanjut masuk ke dalam sambil mencari tempat duduk untuk menunggu temanku Pingkan. Ya dia juga diterima di SMA Nusantara. Setelah mendapat tempat, akupun menghubunginya. Ternyata dia sudah di gerbang. Dan memintaku untuk menemuinya di depan kantor kepala sekolah, karena dia tidak mengerti dimana tempatku berada sekarang.

Akupun pergi sambil menunduk. Tiba-tiba aku menabrak seseorang.

"Maaf-maaf" kataku sambil menunduk.

Saat akan pergi, tiba-tiba ada yang menarik tasku. Saat menatap pelakunya, aku hanya bisa melongo.

Wah, ganteng banget!

Gumamku dalam hati.

"Heh babon, kalo jalan itu pake mata. Udah empat mata juga, kok jalan gak bener sih?!", bentak laki-laki itu kepadaku.

"Maaf kak. Aku nggak sengaja", jawabku sambil menunduk. Dari yang kulihat di seragamnya dia adalah kakak kelasku.

"Maaf maaf aja lo. Liat nih sepatu gue jadi kotor gara-gara lo injak. Malah sakit banget lagi kaki gue diinjak gajah", katanya sambil membentakku.

Akupun hanya bisa menunduk sambil meminta maaf.

"Udah ah. Awas lo!", ancamnya seraya pergi bersama teman-temannya.

Setelah mereka pergi, bisa kudengar banyak orang yang mengejekku.

"Mampus lo. Jadi berurusan sama Darren"

"Yah keliatannya bakal jadi bulan-bulanannya Darren nih"

Dari perkataan mereka, akupun jadi mengetahui nama dari kakak kelas yang kutabrak tadi. Dan dari perkataan mereka juga, aku mulai takut hal yang menjadi kekhawatiranku -dibully- akan terjadi.

"Ella ya ampun kamu nggak apa-apa?", kata Pingkan sambil menghampiriku.

"Nggak apa-apa kok. Kamu kok bisa nemuin aku sih?", jawabku sambil berusaha tersenyum.

"Ya gimana nggak. Pas sampe di depan ruangan kepsek, aku liat banyak orang ngumpul. Eh ternyata kamu lagi dibentak sama kakak kelas tadi. Sebenarnya aku mau balik bentak juga pas dengar dia ngehina kamu. Tapi setelah ngeliat siapa yang bentak kamu, aku jadi nggak berani. Maaf ya..", jawabnya dengan wajah menyesal.

"Iya nggak apa-apa kok. Oh ya memangnya kakak yang ngebentak aku tadi itu siapa?", tanyaku.

"Ya ampun kamu nggak tau? Dia itu Darren Anderson. Anak pemilik sekolah ini!", katanya sambil menunjukkan wajah terkejutnya karena ketidaktahuanku.

Ya bagaimana mau tahu, bergaul saja aku nggak pernah. Karena temanku cuma Pingkan saja.

"Oh iya? Ya ampun aku berurusan sama orang yang salah", kataku dengan wajah sama terkejutnya.

Tiba-tiba terdengar suara pengumuman bahwa para siswa baru agar berkumpul di aula sekolah. Dalam perjalanan perasaanku menjadi tidak enak, setelah mendengar info dari Pingkan.

Tuhan, semoga aku bisa lulus dari sekolah ini dengan aman, damai dan lancar.

ExtraordinaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang