"Darren kok lo gitu sih? Ella sini sayang, sama kakak aja", ucap kak Andrew yang langsung mencairkan suasana yang sempat tegang dengan guyonannya.
"Biasa aja kali Ren liatinnya. Cuma bercanda kok, kecuali kalo memang Ella pengen sih, gue siap menerima", tambah kak Andrew.
"Enak aja lo. Ella sini jangan dekat-dekat sama dia", ucap kak Darren dan menarikku untuk duduk di sebelahnya - di atas ranjangnya.
"Lo ingat kan kata-kata gue tadi? Gue nggak akan lepasin lo, kecuali gue yang izinin lo lepas", tambah kak Darren saat aku telah duduk di sampingnya. Yang direspon dengan ekspresi mau muntah oleh teman-temannya. Aku hanya diam menunduk, masih syok dengan bentakan kak Darren tadi.
Setelahnya mereka menghabiskan waktu dengan mengobrol tentang pertandingan dan kondisi kak Darren, sedangkan aku hanya diam menyimak dan terkadang melamun, tidak ingin ikut karena masih trauma dengan bentakan kak Darren. Dan akhirnya The Boys pulang. Jadilah sekarang tinggal aku dan kak Darren.
"Kak?", ucapku membuka pembicaraan mengakhiri acara diam-diaman setelah kepergian The Boys.
"Kenapa?"
"Aku.. p-pulang dulu ya. Udah sore, aku belum kabarin Mama dan Papa"
Seketika kak Darren memelukku, membuatku kaget.
"Maaf ya, udah ngebentak lo tadi", ucapnya dan mencium dahiku.
"Nggak kok kak. Aku ngerti kok. Malahan aku yang harusnya minta maaf, karena udah buat kakak kecewa. Maaf ya kak", balasku.
"Iya. Tapi besok lo bakal datang kan?"
"Pulang sekolah, aku bakal langsung datang"
"Oke hati-hati ya", ucap kak Darren dan kembali mencium dahiku.
"Iya kak. Permisi", balasku dan setelahnya berlalu.
Dalam perjalanan, pikiranku masih tentang bentakan kak Darren tadi. Masih tidak percaya kak Darren membentakku dan membuatku malu di hari pertama kami pacaran. Tapi, aku meyakinkan diri, mungkin kak Darren begitu karena harga dirinya tercoreng sebagai kapten tim basket lewat kejadian tadi, dan menyesal karena tidak sepenuhnya ikut andil dalam memenangkan pertandingan, walaupun memang tim SMA Nusantara pemenangnya. Kemungkinan tersebut membuat pikiranku kembali lega dan kejadian tersebut berlalu begitu saja di pikiranku hari itu. Walaupun sebenarnya aku agak marah dengan kak Darren yang membuatku malu di depan teman-temannya, tapi aku selalu mengingat kalimat yang mengatakan jangan memendam amarahmu sampai matahari terbenam.
"ELLA PULANG...", teriakku saat aku membuka pintu rumah.
"Eh kakak udah pulang?", ucap Tessa yang sedang menonton TV.
"Belum"
"Ih kakak ngeselin deh. Makan gih, Mama udah balik ke toko"
Ya, aku berbohong pada kak Darren perihal aku yang tidak memberi kabar pada Mama dan Papa. Sebenarnya aku sudah izin pada orang tuaku untuk pulang telat karena hari ini ada pertandingan.
"Iya. Nanti sehabis kakak mandi aja deh baru makan"
"Kak, tumben kakak pulang sendirian", ucap Tessa saat aku sedang makan.
"Emangnya kenapa?"
"Yaa.. biasanya kan kakak diantar kak Darren. Apa kalian lagi marahan?"
"Marahan? Nggak kok. Kak Darren cedera, dan nggak bisa jalan, jadi nggak bisa anterin kakak"
"Cedera? Kok bisa?"
Akupun menceritakan kejadian yang dialami kak Darren saat di pertandingan. Dan alasanku pulang telat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary
RandomSedari kecil aku diajarkan oleh untuk selalu bersyukur dengan apa yang telah kualami dalam hidup. Tapi ternyata ada momen-momen yang kusesali, yaitu saat dimana berat badanku naik drastis dan susah untuk diturunkan dan.. bertemu denganmu yang telah...