Hari pertama sekolah.
Saat bel berbunyi, kepala sekolah memberikan pengumuman bahwa seluruh siswa harus mengikuti acara perayaan hari pertama sekolah. Sebuah tradisi yang telah dilakukan dari saat pertama SMA Nusantara didirikan. Biasanya setelah sambutan dari kepala sekolah, kami siswa akan saling bersalaman, dan setelahnya mengantri untuk bersalaman dengan semua pekerja yang ada di sekolah. Bukan hanya guru, tapi juga tata usaha, petugas kebersihan, satpam, juga penjual di kantin. Tujuannya adalah untuk menjalin dan mempertahankan silaturahmi SMA Nusantara.
Ada yang beda dari acara penyambutan hari ini. Pemilik sekolah hadir. Om Mario, Papanya kak Darren. Maka dari itu, acara penyambutan kali ini terasa.. special?
Mungkin karena selama aku menjadi siswa di SMA Nusantara, ini pertama kalinya sang pemilik sekolah hadir dalam acara ini, setelah sebelumnya tidak bisa hadir karena berhalangan."Wow.. baru kali ini loh pemilik sekolah ikut acara ini", bisik Carly padaku. Yang aku balas dengan mengangguk.
"Cie.. cie.. ketemu Papa mertueee", tambah Pingkan menggodaku, yang kubalas dengan memutar mataku jengkel.
"Perhatiin tuh omongan pak kepsek, kalian nggak mau kan nama kalian disebutin?", bisikku pada mereka. Aku mengingatkan mereka pada acara perayaan tahun lalu, dimana pak kepsek menegur salah satu kakak kelas di sela-sela sambutannya. Dan itu sungguh memalukan.
Pingkan dan Carly pun langsung diam, dan kembali memusatkan perhatian di depan.
Setelah melewati berbagai rangkaian acara, akhirnya kami diperbolehkan untuk kembali ke kelas kami masing-masing. Hari pertama sekolah, kegiatan belajar belum dilakukan. Di hari inilaha kami akan mendapatkan jadwal pelajaran, dan dipersilahkan untuk mendaftar kegiatan ekstrakurikuler. Kami diberi kebebasan untuk mengganti atau tetap bertahan, dengan batas waktu yang telah ditentukan. Pertemuan awal seluruh kegiatan ekstrakurikuler langsung dilaksanakan setelah batas waktu pendaftaran berakhir.
Dan aku, tentunya masih setia pada ekstrakurikulerku. Mading. Karena sebuah kesenangan bagiku untuk memperlihatkan karyaku. Ya. Aku banyak membuat puisi yang kuposting di mading. Tentunya aku menggunakan nama samaran. Dan betapa senangnya aku, puisi hasil karyaku banyak mendapat respon positif. Btw, mading sekolah kami diakses lewat website sekolah.
"Ahh.. sebenarnya aku pengen banget ngambil brownis tadi. Tapi karena brownisnya ada di depan Pak Mario, nggak jadi deh", rutuk Carly dalam perjalanan.
Aku makin yakin bahwa acara perayaan kali ini special, karena tadi disediakan berbagai macam kue untuk dimakan bersama. Hal yang dulunya kupikir tidak mungkin terjadi.
"Emangnya kenapa?", tanyaku bingung.
"Ya gila aja, gue mau ngambil. Malu tau!", balas Carly heboh.
"Yee.. biasa aja kali. Aku aja berani ngambil croissant. Padahal itu di depan tempat duduk Pak Mario", ucap Pingkan bangga.
"Wah.. emang nggak malu ya kamu", balas Carly syok.
"Ngapain harus malu untuk ambil makan coba? Yang penting kan aku nggak kentutin si bapaknya", balas Pingkan santai.
"Kalo itu mah kamu nggak sopan namanya", ucapku.
"Eh tapi, aku nggak bisa bayangin deh kamu bakal diapain pak kepsek kalo sampe kamu kentut di depan Pak Mario", ucap Carly.
"Paling disuruh bersihin toilet", tambahku.
"Ah nggak seru itu. Lebih seru kalo disuruh bersihin satu sekolah", balas Carly.
Aku dan Carly tertawa, sedangkan Pingkan sudah cemberut setengah hidup.
"Iya.. iya.. temen lagi susah kok diketawain? Memang kalian itu sahabat sejati deh. Pake banget", rutuk Pingkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary
RandomSedari kecil aku diajarkan oleh untuk selalu bersyukur dengan apa yang telah kualami dalam hidup. Tapi ternyata ada momen-momen yang kusesali, yaitu saat dimana berat badanku naik drastis dan susah untuk diturunkan dan.. bertemu denganmu yang telah...