Bab 6

1.8K 122 0
                                    

Hari ini merupakan hari ketiga MOS. Akhirnya.. besok akan mulai belajar. Aku antusias untuk melihat kelas dan ruangan lainnya karena selama ini kegiatan hanya dilaksanakan di aula.

"Pa, Tessa, aku masuk dulu ya.. hati-hati dijalan", ucapku lalu melambaikan tangan.

"Iya. Hari ini hari terakhir MOS kan? Semangat ya", kata Papa menyemangatiku.

"Dadah kak", tambah Tessa.

Aku melambaikan tangan membalas Tessa. Aku menunggu sampai mobil tidak kelihatan lalu berjalan masuk ke dalam sekolah.

"Carly!", panggilku saat melihat Carly yang juga sedang berjalan memasuki area sekolah.

"Eh Ella. Pingkan mana?", tanyanya padaku.

"Masih di jalan katanya. Yuk kita langsung tunggu di aula aja ya. Nanti aku bilang ke Pingkan", balasku.

"Ella.. Carly! Tunggu dong", teriak seseorang memanggil aku dan Carly yang ku kenal suara Pingkan.

"Eh itu Pingkan", kata Carly setelah membalikkan badannya.

"Kalian jalannya kok cepet banget sih. Lelah nih", ucap Pingkan saat telah bersama aku dan Carly.

"Sorry kita kan nggak tau kalo kamu di belakang kita", kata Carly menjelaskan.

"Yaudah deh yuk kita langsung ke aula aja", balas Pingkan.

Dalam perjalanan, tidak sedikit yang meledekku yang membuatku terus menundukkan kepala.

Eh itu ada si gendut! Buka jalan, buka jalan.

Eh minggir si babon mau lewat. Nanti kesenggol ama dia, badan kamu bisa terlempar 10 meter!

Besar banget sih! Tambah sesak nih sekolah kita!

Eh bulat, mendingan elo kecilin deh badan lo itu! Merusak pemandangan banget!

Ya. Ejekan yang ditujukan padaku dimulai dari kejadian kak Darren mempermalukanku di kantin. Seolah mendapat komando, sejak saat itu banyak orang yang mengejekku jika mereka melihatku atau ketika aku lewat di depan mereka. Membuatku menjadi lebih rendah diri dan tidak percaya diri. Pingkan dan Carly pun tidak bisa melakukan apa-apa, karena kami hanyalah siswa baru dan yang memulai semuanya adalah sang pemilik sekolah. Aku sangat mengerti dengan posisi mereka. Mereka hanya bisa menghiburku dan menyemangatiku serta selalu meminta maaf karena tidak bisa berbuat apa-apa untuk melindungiku.

Saat sampai di aula, ternyata sudah banyak siswa yang menunggu. Setelah mendapatkan tempat duduk, Pingkan dan Carly langsung memulai percakapan.

"Haah akhirnya ya.. hari ini sudah hari terakhir MOS", ucap Pingkan.

"Iya lega banget deh. Malah kita dimarahin terus, mendadak disuruh bawa yang aneh-aneh. Males deh pokoknya", tambah Carly.

"Tapi aku penasaran deh hari ini kita mau ngapain. Biasanya kan kalo hari terakhir itu tuh lebih menantang", kataku pada mereka.

"Aduh nggak tau deh. Semoga nggak yang aneh-aneh deh", balas Carly.

Bunyi bel pun terdengar menandakan kegiatan MOS akan segera dimulai. Setelah menyanyikan lagu kebangsaan dan berdoa, kak Angel selaku ketua OSIS menjelaskan apa saja yang akan dilakukan di hari terakhir MOS ini. Ternyata kami ditugaskan untuk mengumpulkan tanda tangan dari kakak kelas selain OSIS sebanyak mungkin dan yang mengumpulkan paling banyak akan diberi hadiah.

"Aku yakin kakak-kakak nggak akan ngasih tanda tangan dengan mudah", kata Pingkan.

"Iya juga sih. Tapi kalo aku dikasih tantangan yang aneh-aneh ya, aku nggak mau", balas Carly.

"Yakin kamu nggak mau. Kakak kelas kebanyakan galak loh", kataku menakut-nakuti.

"Ih Ella kamu kok gitu. Semoga nggak deh", balas Carly.

"Pokoknya nanti aku mau nyari The Boys buat minta tanda tangan. Sapa tau mereka ngasih nomor hape juga", kata Pingkan berbinar.

"Iya.. sekaligus pedekate lah", ucap Carly genit.

Tiba-tiba terdengar suara di belakang kami.

"Eh kalian ya cuma ngobrol aja disini. Cepat cari sana tanda tangannya", ucap kak Angel membentak kami bertiga.

"Iya kak", jawab kami bertiga kemudian menjauh dari kak Angel.

"Duh merinding aku", seru Carly.

Tidak jauh dari kami, terlihat ada kakak kelas perempuan yang sedang memainkan hapenya. Tanpa membuang waktu, kami bertiga pun menghampiri.

"Permisi kak.. bisa minta tanda tangannya?", ucapku.

"Oh ia boleh", ucapnya dan setelah itu memberikan tanda tangannya.

"Terima kasih kak. Permisi", ucap kami bertiga seraya pergi meninggalkan kakak tersebut.

Setelah mendapatkan tanda tangan pertama kami pun jadi lebih bersemangat untuk mendapatkan lebih banyak tanda tangan, dengan asumsi bahwa kami tidak akan diminta yang aneh-aneh sebelum tanda tangan diberikan. Tapi ekspektasi memang sangat berbeda dengan realita. Setelah kakak pertama, untuk kakak kelas selanjutnya kami diberi tantangan yang memalukan, seperti menyanyi lagu sesuai permintaan mereka, menari dengan semenarik mungkin, menggoda teman seangkatan, dan hal-hal lain yang sungguh membuat kami malu. Dan sialnya para kakak kelas kayak udah kerja sama selalu memberikan tantangan yang agak sulit kepadaku, dan diakhiri dengan kata 'genduut' yang terdengar sebagai ejekan. Walaupun memalukan tapi kami melakukannya.

Karena terlalu bersemangat untuk mencari tanda tangan, akhirnya kami bertiga kelelahan dan memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon yang berada di pinggir lapangan, sambil menghitung jumlah tanda tangan yang telah terkumpul.

"Wah lumayan nih punyaku udah 50. Kalian juga kan? Soalnya kita kan nyarinya bareng", ucap Pingkan.

"Iya", balasku setelah selesai menghitung punyaku.

"Masih kurang nih. Kita cari lagi ya. Tapi kita istirahat aja dulu. Lelah banget nih", ucap Carly.

Setelah selesai menghitung Carly dan Pingkan langsung berbaring, sedangkan aku tidak ikut berbaring karena asyik melihat-lihat. Bisa kulihat juga teman-teman lain yang sedang melakukan tantangan yang diberikan oleh kakak kelas. Suara beberapa mobil yang baru saja masuk ke parkiran mengalihkan perhatianku dari teman-temanku. Melihat salah satu mobil, aku jadi teringat pada kejadian 2 hari yang lalu di perjalanan pulang.

Kalo nggak salah itu kan mobil The Boys. Soalnya warna mobilnya sama dengan mobil yang mencipratiku waktu itu..

Setelah pengemudi mobil tersebut keluar dan dugaanku benar. Terlihat The Boys keluar dari mobil yang mengundang teriakan dari hampir semua siswi di SMA Nusantara. Teriakan yang membuat Pingkan dan Carly bangun dari acara berbaring mereka dan ikut berteriak setelah melihat The Boys. Sedangkan aku menjadi ketakutan, karena mengingat ancaman kak Darren di kantin waktu itu.

Tuhan, semoga hari ini dapat berjalan lancar, nggak akan ada masalah. Apalagi masalah dengan kak Darren..

"Ahh itu The Boys. Ihh ganteng banget mereka", ucap Carly.

"Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga", tambah Pingkan seraya tersenyum.

Tapi kok mereka baru datang ya? Padahal kan seharusnya mereka datang sebelum jam 7..
Oh iya.. kegiatan belajar kan nanti mulai besok, jadi suka-suka mereka dong mau datang apa nggak..

Ehh stop stop! Kok jadi sibuk mikirin mereka sih..

Yang punya sekolah mah bebas..

Stop Ella!

Batinku berperang.

ExtraordinaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang