Bab 23

1.4K 119 8
                                    

Tak ku sangka, ternyata kak Darren membawaku ke rooftop salah satu gedung sekolah. Aku kagum dengan rooftop ini. Aku yang penasaran, berjalan sampai ke pagar pembatas, dan pemandangan dari atas sini juga sungguh indah. Karena letak SMA Nusantara yang berada di ketinggian, membuatku bisa melihat pemandangan kota dari rooftop ini.
Pemandangan yang sangat indah, membuatku betah untuk berlama-lama disini. Aku menikmati pemandangan sambil melipat tanganku di pagar pembatas.

"Bagus kan?", ucap seseorang dari belakangku.

Karena terlalu terlena dengan pemandangan, aku lupa dengan seseorang yang menunjukkan semua ini padaku. Aku seketika menjadi sedikit merasa bersalah. Sedikit. Hehehe

"Iya kak", jawabku tanpa melepaskan pandanganku dari pemandangan di depanku.

"Kalo ngomong sama seseorang, natap matanya dong. Nggak sopan banget sih lo", ucap kak Darren. Kali ini suaranya terdengar sangat dekat di belakangku.

"Hehehe.. sorry kak.. pemandangannya bagus banget sih"

Awalnya aku biasa saja, tapi saat merasakan helaan dan hembusan nafas di rambut bagian belakang kepalaku, aku jadi tidak biasa. Badanku kaku, nafasku tersendat, jantungku berdebar kencang, dan aku yang awalnya agak membungkuk jadi berdiri tegak. Karena terlalu terlena dengan pemandangan, aku juga baru menyadari keberadaan tangan yang berpegangan di pagar pembatas di samping kiri dan kanan tanganku.

Ya ampun kak Darren!!

"Ini tuh tempat favorit gue di sekolah ini. Tempat gue buat nenangin diri"

Bisa kurasakan saat ini kak Darren meletakkan dagunya di puncak kepalaku, karena tinggi badanku yang memang hanya setara dengan dagunya kak Darren. Dan saat ini, perutku terasa bergejolak. Seperti dihuni oleh ribuan kupu-kupu.

Aku diam, tidak bergerak, tidak membalas perkataan kak Darren. Seperti patung. Lagipula, siapa yang tidak akan jadi kaku sepertiku jika diperlakukan seperti ini oleh kak Darren? Ini kak Darren loh! Cowok idaman se-SMA Nusantara! Cowok yang aku suka!

Okay Ella, fokus! Kamu nggak harus seperti ini. Memang sih ini pertama kalinya buat kamu. Tapi jangan jadi terlalu kaku kayak gini! Okay rileks.. tarik nafas dalam-dalam........ dan hembuskan perlahan.......

Setelah beberapa saat menenagkan diriku, akhirnya aku bisa fokus lagi. Dan muncul-lah ide untuk membuatku terbebas dari situasi yang menegangkan ini.

"E-eh kak?"

"Iya?"

"Anu... itu... aku... anu..."

"Lo mau ngomong apa sih Ella? Anu?", tanya kak Darren lembut. Tidak seperti biasanya yang ngegas, membuatku sempat gagal fokus tapi tidak lama.

"Eh itu.. hehe.. aku kebelet kak.. mau ke toilet.. hehehe"

Bagus Ella, kamu menghancurkan situasi romantis yang ada.

Tapi ini juga demi kebaikanku. Aku tidak akan memalukan diriku sendiri, karena jika berlama-lama, aku yakin aku akan pingsan atau yang lebih parah lagi mimisan. Lagipula kalau aku pingsan, aku hanya akan menyusahkan. Kak Darren nggak akan sanggup untuk mengangkatku yang kelebihan berat badan ini. Dan aku nggak mau itu terjadi. Bisa turun dong nanti poin aku.

Setelah mengatakan demikian, kak Darren menarik tangannya yang berpegangan di pagar pembatas, membuatku langsung bergegas menuju pintu keluar rooftop untuk mencari toilet terdekat. Tapi tidak berlangsung lancar karena kak Darren mencekal tanganku.

"Eh mau kemana lo?", ucap kak Darren.

"M-mau ke toilet kak", balasku heran.

Emangnya kak Darren nggak dengar kalau aku bilang udah kebelet ya? Please.. udah mau pingsan nih..

ExtraordinaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang