Setelah kejadian aku menemukan kak Darren yang babak belur dan menolongnya, hari selanjutnya kak Darren sudah tidak menggangguku di sekolah. Walaupun ejekan yang ditujukan padaku tetap terdengar, tetapi aku jadi lega karena setidaknya sudah nggak ada gangguan fisik lagi.
"Hai Ella"
Dan satu hal yang membuatku bingung. Sekarang kak Darren berubah jadi ramah kepadaku. Seperti pagi ini, kak Darren menyapaku yang baru turun dari mobil.
"Eh kak Darren?", tanyaku terkejut dan bingung.
"Eh itukan temannya kak Ella yang babak belur ya?", ucap Tessa penasaran.
"Oh jadi dia toh teman kamu yang diceritain Mama", ucap Papa.
"Iya om. Kenalin aku Darren. Kakak kelasnya Ella", jawab kak Darren seraya mengulurkan tangan pada Papa untuk memperkenalkan diri.
Ya Tuhan apa lagi ini?
"Iya. Nama saya Henry. Salam kenal ya", balas Papa.
"Nama aku Tessa", ucap Tessa genit seraya mengulurkan tangannya yang dibalas oleh kak Darren.
Aku hanya memutar mata melihat kelakuan Tessa.
"Iya salam kenal", balas kak Darren.
Aku yang merasa canggung, langsung angkat bicara.
"Pa, Tess, aku masuk dulu ya"
"Iya. Kamu belajar yang benar ya"
"Dadah kak"
Seperti biasa, aku menunggu mobil hilang dari pandangan baru aku masuk ke dalam sekolah. Aku terkejut, pada saat berbalik ternyata kak Darren belum beranjak. Mencoba mengabaikan kak Darren - karena takut berdekatan -, aku langsung masuk ke dalam sekolah. Aku kembali dibuat terkejut saat kak Darren tiba-tiba sudah berada di sampingku, sehingga saat ini kami keliatan berjalan bersama. Bisa ku dengarkan bisikan siswa lain yang menyinggungku.
"Eh, itu kan si gendut Ella. Kok dia jalan bareng kak Darren sih? Nggak banget deh"
"Ih nggak sadar diri banget sih. Berani banget dia jalan bareng kak Darren"
"Perbandingannya kayak jempol ama telunjuk. Hahaha"
"Si tampan dan si buruk rupa"
Aku yang merasa sudah menjadi objek tontonan dan bahan gosip- dan aku sangat anti terhadap keduanya - menjadi sadar diri, dan berusaha berjalan cepat menghindari kak Darren.
Dan yang mengesalkan kak Darren tetap kukuh berjalan di sampingku, malahan sekarang dia semakin merapatkan tubuhnya kepadaku. Harum parfum kak Darren menghipnotisku. Tapi tak berlangsung lama, aku tersadar.
Ini nggak bener. Aku harus menjauh. Tapi kok kak Darren ngikutin terus sih?
Batinku mengeluh dengan kelakuan kak Darren pagi ini. Aku terus berjalan menuju kelas tanpa memperdulikan kak Darren yang masih berjalan di sampingku. Saat melihat bahwa kelasku sudah dekat, aku berlari supaya bisa cepat masuk ke dalam kelas dan manjauh dari kak Darren. Tapi tanpa kuduga kak Darren menahan tanganku dan dapat ku dengar jeritan kaget dari siswa-siswa yang memperhatikan kami berdua. Aku terdiam sejenak dan tersadar kemudian saat kak Darren menarikku untuk kembali berjalan bersamanya. Aku berusaha untuk melepaskan tangan kak Darren, tapi kak Darren malah mempererat cengkeramannya. Jadilah sekarang kak Darren tidak hanya berjalan di sampingku, tapi berjalan sambil menggandeng tanganku. Hal yang membuat aku menundukkan kepalaku lebih dalam dengan berbagai perkiraan yang berputar di kepala. Saat sampai di depan kelas, aku yang ingin masuk ditahan oleh kak Darren. Aku yang kaget refleks menatap kak Darren.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary
RandomSedari kecil aku diajarkan oleh untuk selalu bersyukur dengan apa yang telah kualami dalam hidup. Tapi ternyata ada momen-momen yang kusesali, yaitu saat dimana berat badanku naik drastis dan susah untuk diturunkan dan.. bertemu denganmu yang telah...