Bab 46

1.3K 99 26
                                    

Setelah semua rangkaian acara selesai, Toni mengajak kami untuk melanjutkan menata kelas untuk persiapan lomba menghias kelas. Akhirnya kami melanjutkan sampai bel pulang sekolah berbunyi.

Drrt.. drrt.. drrt..

Ponselku bergetar saat aku baru selesai berbenah. Tanda panggilan masuk.

Kak Darren.

"Halo.."

"Udah mau pulang kan?"

"Iya, kak"

"Oke. Gue tunggu di parkiran"

Tut.. tut.. tut..

Tenang aja. Aku udah terbiasa.

Aku mengikuti Pingkan dan Carly, dan kami berpisah di parkiran karena aku akan menemui kak Darren dan mereka yang akan menunggu jemputan di gerbang.

Aku melihat kak Darren sedang bersandar di mobilnya sambil bermain ponsel. Mungkin bosan, entahlah. Aku tersenyum setelah pandangan kami bertemu. Dan yang membuatku shock, kak Darren hanya menatapku datar dan langsung menyuruh dengan tatapannya supaya aku langsung masuk ke dalam mobilnya.

Melihat responnya, aku jadi bertanya-tanya penyebab kak Darren seperti ini. Karena setahuku kak Darren dalam mood yang baik saat selesai pengumuman lomba tadi.

Melihat kak Darren yang lagi dalam mode badmood, aku tentu jadi kaku.

Aku masuk ke dalam mobil perlahan, takut kak Darren tersinggung.

"Lama banget", ucap kak Darren saat aku sedang memasang seatbelt.

"Sorry, kak", balasku seraya menyengir kecil pada kak Darren, mencoba mencairkan suasana. Aku kembali menunduk karena tidak mendapat respon.

Kak Darren menjalankan mobil setelah memastikan aku telah memakai seatbelt. Suasana dalam mobil sungguh canggung. Aku yang tidak berani untuk bersuara, hanya bisa menatap keluar lewat jendela di samping kiriku. Setelah beberapa menit dalam perjalanan, kak Darren membelokkan mobilnya ke restoran cepat saji.

"Gue laper. Kita drive-thru aja ya. Gue males makan di tempat rame", ucap kak Darren yang lebih ke pernyataan daripada pertanyaan.

Mungkin kak Darren badmood karena lapar..

"Oke", jawabku dengan nada pelan.

Setelah mendapatkan makanan yang dipesan dan menaruhnya di jok belakang, kak Darren kembali menjalankan mobilnya. Suasana pun kembali hening. Aku yang tadi bangun jam 4 subuh untuk menyiapkan diri buat lomba tadi dan setelah lomba lanjut dengan menghias kelas, ditambah dengan keheningan yang terasa menina bobokkan, membuat mataku perlahan terasa memberat. Tapi karena tidak enak pada kak Darren, aku berusaha menahan mata. Dan akhirnya aku kalah, menyerah, dan tertidur.

Aku tiba-tiba terbangun karena mimpi buruk. Aku bermimpi aku tidak bisa bernafas karena hidung dan mulutku dibekap seseorang. Dengan terengah dan kesadaran yang masih 80 persen terkumpul, terdengar suara tawa membahana yang terselip rasa puas di dalamnya. Baru sedetik aku menoleh ke kanan karena penasaran, aku masuk ke dalam pelukan orang yang tertawa tadi. Ralat, masih tertawa.

Siapa lagi kalo bukan kak Darren.

"Hahaha.. aduh lucu banget asli.. hahaha"

Aku yang telah sadar 100 persen, melepas pelukan kak Darren. Ternyata aku terbangun bukan karena mimpi buruk. Tapi karena kak Darren yang menyumpal hidung dan mulutku supaya aku tidak bisa napas.

Sebel banget.

"Kak Darren kok tega sih?"

"Lo sih tidurnya kayak kebo. Dibangunin kok gak bangun-bangun. Hahaha.."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ExtraordinaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang